Thursday, January 30, 2014

Tentang Damhoeri

Tentang Damhoeri. Ia seorang pengamen jang poenja mimpi djadi anak pedjabat teras. Ia ta’ mau tjapek-tjapek djadi pedjabat. “Lebih enak djadi anaknja adja, karena tinggal habisi doeit orangtoea. Foja-foja dan pesta setiap saatnja”, katanja.
Waktoe itoe, kali pertama akoe kenalan dengannja saat toeroen angkoetan kota bersama. Akoe bawa kandang jang berisi piaraankoe. Damhoeri penasaran karena akoe bawa binatang jang ta’ ladzim dipiara manoesia. Akoe piara roebah dengan boeloenja jang berwarna oranje kemerah-merahan seperti api jang menjala-njala. Ia orang jang banjak tanja karena rasa ingin tahoenja jang besar. Ternyata orangnja ramah dan bersahadja, walaoepoen moekanja tampak sangat menakoetkan.
Akoe ngobrol sebentar dengan Damhoeri karena penasaran djoega dengan kehidoepan djalanan teroetama jang mereka rasakan sendiri. Hanja ingin tahoe soepaja ada motivasikoe teroes oentoek bersjoekoer kepada Allah SWT.
Dia laloe bercerita singkat, menoempahkan kekesalannja kepada orang-orang djaman sekarang jang sedikit sekali peduli pada orang miskin matjam mereka. Bahkan terkadang, dianggap ada poen tidak. Dia pernah sekali waktoe ngamen di angkoetan oemoem, dimana semoea orang menggoenakan alat bantoe dengar jang tersamboeng dengan ponsel atau pemoetar moesik mereka. “Bagaimana mau njanji? Oentoek dengar soeara kita sadja, koeping mereka soedah disoembat. Gimana nanti mereka djadi Presiden atau Pedjabat? Masa maoenja denger jang enak-enak teroes..”
Sajangnja, Damhoeri pamit tjaboet dan njamboeng lagi ngamen di angkot berikoetnja. Ini seperti ironi dalam kehidoepan. Perbedaan jang ada poen semakin lebar dan nganga. Gila djoega. Banjakin sjoekoer-sjoekoer adja lah kita. Agak djaoeh berdjalan, akoe boeka tas. Akoe lihat alat bantoe dengar pemoetar moesikkoe. Laloe kami poen berpisah. Aku teroes berdjalan, dia ada di kotak sampah.