Friday, December 30, 2016

2016: Wrap Up

2016 kalau harus gue rangkum dalam sebuah kalimat: Tahun Monyet Api nan Random dan Penuh Kejutan.

Tepat di Bulan Desember tahun 2015, saat itu gue dan temen-temen ring satu gue, Indun dan Maftuh, (Wano waktu itu ga ikut karena lagi di rumah sakit, Acid lg liputan) berencana untuk city tour ke daerah Kota. Kami udah bawa perbekalan super cukup untuk mengantisipasi kalau kita mesti jalan-jalan (literally) ke tempat-tempat yang lokasinya berjauhan.

Tanggal 31 Desember 2015, Gue, Indun dan Maftuh akhirnya mencoba naik KRL dari Pondok Cina ke Kota. Namun apa mau dikata, rencana party awal tahun kami disertai hujan deras yang tidak kita antisipasi sebelumnya. Padahal, kalo mau diinget, Indun punya pilihan untuk liburan taun baru ke Singapur tapi kenyataannya kita bertiga mengawali taun baru super garing di peron stasiun Kota sampe jam 2 pagi. Akhirnya kita balik ke Depok, tidur di kosan gue yang bau debu dengan kondisi yang: anyep. Hahahah.

Pesta awal tahun yg melenceng dari rencana itu lantas ga gue anggep sebagai ketidakberuntungan. Gue anggep itu berkah awal tahun karena hujan menurut gue adalah berkah.

Bulan-bulan berikutnya, sampai Desember tahun ini nyatanya gue dilimpahi rezeki dari Allah yang mustahil ga gue syukuri.

***

Gue bingung kalo harus merangkum tahun ini dalam kategori2 apa aja. Per bulan kah, per momen kah, per kisah kah. Tapi gue coba untuk bercerita secara cair aja ya. Hahaha.

Mungkin akan lebih tepat juga kalo gue sebut tahun ini adalah tahun move on dan tahun keliling. Yes, move on dan keliling dalam artian yang sesungguhnya.

Tahun ini gue move on dalam bab: Pekerjaan. Sementara kesempatan keliling Indonesia gue rasain terbanyak gue lakukan tahun ini.

Tahun ini gue juga nyoba bereksperimen dan alhamdulillahnya sebagian eksperimen itu direspon positif.

Tahun ini juga diisi kegagalan. Kegagalan terbesar gue adalah gagal menghimpun temen-temen angkatan kuliah di kampus gue untuk reuni akbar. Gue cukup sedih tentang ini.

***

Move On: Pekerjaan

Awal taun gue masih kerja di Metro Tv, yang saat itu divisi gue sedang melakukan perombakan manajemen dan struktur. Kerja di Metro TV SANGAT ASYIK. Metro TV punya andil besar dalam memperkenalkan gue ke dunia kerja.

Di tahun kedua gue kerja di Metro TV, gua masuk kantor masih bisa sesuka jidat, walaupun baliknya harus tetep ngikutin 9 jam. Kerjaan gue di Metro TV juga bisa dibilang menantang. Tahun 2016, gue udah melepas kerjaan riset Trending Topic dan mulai ngerjain Proyek Social Media di tim Media Research Center. Sesungguhnya pekerjaan di MRC itu sungguh asyik, jika saja atasan gue juga turut asyik. Hal yg terakhir itu yg jadi faktor terbesar gue cabut dari MRC/Metro TV.

Akhirnya, di Bulan Agustus, gue memutuskan resign dari Metro TV. Hal itu berdampak juga pada tempat tinggal gue. Selama itu, gue tinggal di kosan gue di Pondok Cina, Depok. Pada akhirnya gue jg harus berpisah dengan kosan sejuta memori penyemangat itu.

Setelah resign di Bulan Agustus, gue ga nunggu lama dapet kerjaan baru lagi. September, gue mulai melakukan perjalanan baru di tempat kerja baru.

***

Tahun Keliling

Tahun 2016 ini jadi tahun terbanyak gue keliling! Di tahun ini gue pertama kali menginjakkan kaki di Sumatera. Pertama kali juga menjejakkan kaki di Kalimantan. Cita-cita ke Bali juga akhirnya kesampean.

Bisa dibilang perjalanan gue ke Sumatera adalah perjalanan terepik. Awal-awal tahun, gue ke Sumsel untuk ngeliat pabrik kertas terbesar se-Asia. Letaknya di Ogan Komering Ilir. Perjalanan ke sana harus menempuh jalur Sungai Musi menggunakan speedboat selama 2 jam!

Lalu gue beberapa kali ke Riau untuk ikut beberapa kegiatan. Gue inget pertama kali gue ke Riau itu untuk ngeliput Suku Sakai, salah satu suku asli Proto-Melayu yang madih bertahan di Riau. Saat itu, rumah adat mereka baru selesai dipugar sehingga gue diajak untuk melihat kondisinya saat itu.

Beberapa kegiatan yg gue lakukan di Riau jg meliputi penanaman pohon dan kegiatan konservasi lingkungan. Ketemu gajah sedeket itu di Arboretum Arara Abadi, di kawasan cagar biosfer Giam Siak Kecil.

Selain ke Sumatera, gue juga jalan ke Kalimantan. Pertama kalinya gue ke Kalimantan gue langsung ke Derawan! Meeeennnnn itu adalah tempat paling keren yg pernah gue datengin!! Pulau Derawan dan beberapa pulau di sekitarnya menyajikan pengalaman super lengkap! Lo mau liat penyu super gede di pinggir pantai? Ada! Mau berenang bareng Ikan Pari? Ada! Mau ngasih makan Hiu Paus? Ada! Mau liat danau super jernih dan laut super biru? Ada! Pasir putih alus kaya terigu? Ada! Berenang bareng ubur2? Bisa! Aslik. Ke Derawan selama empat hari aja ga cukup mennnn!!!

Taun ini cita-cita gue dari kecil untuk ke Bali jg kesampean. Asyiknya dibayarin kantor pulak. Hahaha. Gue ke Bali buat ikut konservasi lingkungan di Gunung Batur, Kintamani. Nanem pohonnya setengah hari, jalan-jalannya 2 hari. Hahahah.

Taun ini juga diisi perjalanan minor ke Pulau Seribu berdua Aini, ke Jambi, Surabaya dan ke Semarang. Sisanya kayanya gue lupa kemana lagi. Hahahahah.

Yang kocak sih ya, waktu ke Derawan itu gue ketinggalan pesawat. (Ini gue ceritain di Path, ntar gue copy-paste aja ya)

***

Cerita apalagi ya. Oh iya, tahun ini gue juga ikut aksi damai menn!! Tapi cuma aksi 411. Gue ga ikut aksi 212 karena mager, men. Sebenernya gue amat merinding ngeliat gimana kerennya aksi 411. Bener2 terorganisir, rapi dan kerennn. Cerita ini pernah gue ceritain di Facebook, tapi gue males copy-paste. Hahahahah.

***

Tahun ini, gue juga mencoba beberapa eksperimen. Eksperimen pertama GUE NGECET RAMBUT. Impulsif aja sebenernya mau dicat ala ubanan. Karena sebenernya gue ga yakin kalo udah tua nanti gue masih punya rambut ato engga. Hahahahahahaha.

Eksperimen kedua adalah bikin challenge #BusMannequinTeloletChallenge bareng temen-temen kantor gue yang jadi viral dan diberitain plus masuk Line Today. Hahahahaha.

Kalo dibilang apa kegagalan gue taun 2016 ini, ya itu yg td gue sebut di awal. Gue ngerasa gagal karena gabisa menghimpun lagi temen-temen kampus gue di angkatan gue. Nyesel gue gbisa ngadain reuni akbar angkatan 2006.

Sedih.

***

Yaudah, itu aja kali ya rangkuman tahun 2016 ini. Kalo ada tambahan ntar gua tambahin, kalo inget dan pengen. Hahahaha

Wednesday, November 23, 2016

Status Facebook Amin

"Kamu ini bikin tulisan yang menyindir umat, kamu tau konsekuensinya apa? Kamu ini dianggap kafir, kamu dianggap tidak membela agamamu, kamu dicap liberal dan sekuler. Naudzubillah. Segera hapus tulisanmu itu. Saya tidak mau pondok pesantren ini dicap tidak bisa mengajari santrinya beragama yang baik dan betul", tegur Ki Dahlan kepada Amin seraya melihat ponselnya pagi itu.

"Yai, itu bukan menyindir namanya. Saya hanya bikin satire saja. Kenapa sih banyak dari kita yang terlalu reaktif hanya karena ucapan seorang kepala daerah yang belum tentu seperti apa yang kita tuduhkan?", bela Amin.

"Inikan sudah ada fatwa ulamanya. Kamu ini ngerti apa tentang agama? Ilmu kamu itu masih tidak ada apa-apanya dengan alim ulama yang sudah memberikan fatwa itu", tegas Ki Dahlan.

"Ya, memang betul Yai. Saya pahami itu. Tapi ada yang janggal, Yai. Bolehkah saya utarakan kejanggalan itu?", tanya Amin.

"Apalagi?"

"Kebetulan Yai sedang lihat ponsel, coba googling berita yg judulnya 'Terungkap, Ternyata Guru Besar Maha Guru Dimas Kanjeng Ada yang Pengemis dan Pemulung'. Di situ tertulis 'Guna meyakinkan pengikutnya, pria yang semuanya berjengot ini diberi jubah dan sorban layaknya seorang kyai atau ulama.' Inikan sebuah penipuan yang dilakukan orang yang seolah sebagai ulama namanya Yai. Apakah ini bukan penistaan terhadap ulama, Yai? Kok untuk kemudhoratan yang nyata seperti ini, alim ulama yang berada di pusat tidak memberikan fatwa Haram sama sekali?", tanya Amin heran.

"Itu beda konteks! Tak ada hubungannya dengan si Kepala Daerah yang mulutnya kayak jamban itu! Lagipula itu kan hanya oknum yang mengaku ulama!", tukas Ki Dahlan

"Lho, kalau si kepala daerah itu berbicara dalam konteks untuk mengingatkan dari bahayanya oknum yang mengaku-ngaku ulama itu, bagaimana Yai?", desak Amin lagi.

"Tetap saja dia salah. Karena dia bukan Muslim! Apa tujuannya coba? Bukan muslim kok ngingetin yg muslim!", jawab Ki Dahlan santai.

"Apa ada muslim yang sudah mengingatkan hal itu, Yai? Kalau ada, kenapa sampai sekarang masih ada oknum-oknum seperti itu, Yai? Apakah umat benar-benar serius menegakkan agama dan membela agama, Yai? Ataukah memang kita hanya bergerak karena kepentingan politis saja?"

"Astaghfirullah Amin! Keterlaluan kamu meragukan gerakan umat! Amin, mulai sekarang saya melarang kamu membaca buku-buku Filsafat. Kamu akan saya kirimkan lagi ke Kudus, supaya kamu benar-benar lurus menjalankan ibadah dan tuntunan Islam!", sergah Ki Dahlan.


***

Berita yang dimaksud Amin: http://www.tribunnews.com/regional/2016/11/06/terungkap-ternyata-guru-besar-maha-guru-dimas-kanjeng-ada-yang-pengemis-dan-pemulung

Tuesday, November 22, 2016

Rush Money (Sebelum Jadi Hits)


"Pokoknya bapak-bapak hari ini harus tarik uang bapak dari bank Yahudi, bank Nasrani. Kita semua harus masukkan uang-uang itu ke bank syariah, karena lebih islami", kata Abu Tawaf pemimpin kelompok pengajian keliling di Sragen menjelaskan ke majlis pengajiannya.

Lalu salah satu murid Abu Tawaf, seorang pensiunan petani bertanya. "Assalamualaikum, boleh saya tanya? Manakah bank syariah yg tdk dimiliki oleh Yahudi dan Nasrani?"

"Tidak ada", jawab Abu Tawaf yang mengundang pertanyaan lebih.

"Lalu, bagaimana kami menaruh uang kami wahai Abu Tawaf?", sontak penanya lain langsung menimpali

"Tenang, bapak-bapak. Dunia ini belum memiliki sistem perbankan yg tdk berhubungan dgn Yahudi dan Nasrani. Tapi kita harus bersyukur punya Probolinggo", jawab Abu Tawaf tenang.

"Indonesia di Probolinggo itu punya bank syariah Islam pertama di dunia??", tanya Pak Luhur, murid Abu Tawaf yg mantan karyawan tambang.

"Bukan bank, tapi nanti uang bapak-bapak akan disimpan di sebuah bunker rahasia di sebuah padepokan Raja Probolinggo. Raja itu diberkahi karomah untuk bisa menggandakan uang, bukan karena riba tp karena seizin Allah"

***

.
.
.
.
.
.
... dan Tujuh bulan kemudian, terkuak siapa Raja Probolinggo tersebut.
 
 

Monday, November 21, 2016

Sumpah Biji Kuda

Terdengar suara keributan dari rumah Pak RT. Ternyata pangkal keributan berasal dari Burhan, preman komplek yang memang terkenal suka bikin ribut.

" Saya tidak mau tahu! Pokoknya KTP saya harus jadi. Pak RT ini sudah dipilih warga untuk melayani warganya! Saya ini warga Pak RT!", ujar Burhan tersungut-sungut.

"Saya bisa saja Bur bantu bikinin kamu KTP. Itu urusan mudah. Tapi kamu yg bener aja dong! Masa mau suruh saya nulis 'demonstran' di kolom Pekerjaan kamu!", balas Pak RT tak mau kalah.

"Saya ga punya pilihan lain pak! Kerja saya memang tukang demo! Saya bisa bayar berapa saja yang Pak RT mau! Gampang itu. Heh, pak asal bapak tahu, setiap ada momen pilkada gini, saya malah giat-giatnya bekerja! Kemarin saya dapat 100 juta buat kerahkan massa demonstrasi", Burhan lantang berbicara.

"Terserah kamu lah, Bur. Yang jelas saya ga bisa tulis Demonstran di kolom pekerjaan kamu. Kamu lebih baik cari pekerjaan lain atau tunggu calon Gubernur yang kamu dukung itu melegalkan 'demonstran' sebagai pekerjaan yang sah di Kota ini"

Burhan lalu cabut dari Rumah Pak RT, sambil bersumpah bahwa sampai Lebaran Kuda ia tak akan memakan biji kuda sampai ia berhasil membuat Pak RT menuliskan 'Demonstran' di kolom pekerjaan KTPnya. Sumpah ini lalu dikenal sebagai 'Sumpah Biji Kuda'.

Thursday, November 17, 2016

Demo Penistaan Agama Bupati Kendal

Terjadi demonstrasi besar-besaran di Kendal. Pangkalnya ibu-ibu dari Gabungan Majlis Taklim Kendal Raya berdemo menginginkan Bupati Kendal dicopot dari jabatannya terkait pidatonya di hadapan ibu-ibu pekerja tambang pasir belum lama. Murni binti Maimun, salah satu koordinator aksi dari Majlis Taklim Daarul Qalam asuhan Pak Haji Marbot mengatakan bahwa ucapan Pak Bupati tak bisa ditolerir karena menghina ayat suci dan menghina para suami. Murni menginginkan Pak Bupati untuk segera diproses hukum atau mereka mengancam untuk menggantung Pak Bupati di jembatan lima. "Kami menginginkan keadilan! Pak Bupati harus bertanggungjawab atas ucapannya yg melukai perasaan ibu-ibu di Indonesia! Lagipula menurut Fatwa MUI, Pak Bupati telah melakukan penghinaan Al-Qur'an! Segera proses hukum atau kami gantung!", ucap Murni
 
Kontroversi terjadi saat Bupati Kendal melakukan sosialisasi program kesehatan reproduksi kepada ibu-ibu pekerja tambang pasir. Ia menekankan pentingnya perempuan untuk produktif namun tetap tidak membahayakan kesehatan reproduksinya. Ia menyatakan dukungan penuh pemerintah Kendal bagi kebutuhan para perempuan pekerja termasuk mewajibkan seluruh pelaku usaha/dinas di Kendal yang mempekerjakan perempuan untuk memberikan cuti tambahan satu kali setiap bulannya. "Ibu-ibu harus mendapatkan cuti minimal sebulan sekali (apabila ibu menstruasi) di luar cuti tahunan, cuti hamil dan cuti melahirkan. Itu hak natural seorang ibu. Jadi ini untuk menjaga kesehatan reproduksi ibu dan juga menjaga hubungan psikologis antara anak-ibu, termasuk hubungan harmonis dengan suami. Saya gak mau nanti ibu-ibu dibohongi pake Surat An-Nisaa 3 terus nanti bapak punya istri lagi dengan alasan ibu sudah tidak produktif lagi. Tenang bu, Ini sudah kami support jadi peraturan pemerintah", ucap Pak Bupati kala itu.
 
Pernyataan tersebut lantas menimbulkan pro-kontra sehingga tercipta aksi demonstrasi ini. Terdapat potongan video pendek pidato Pak Bupati yang diedit dan disebar salah satu tim sukses dari Sekda yang hendak menjadi Calon Bupati di pemilihan Bupati. Video pendek ini akhirnya menimbulkan aksi demonstrasi besar-besaran yang diklaim Murni sebagai aksi demonstrasi ibu-ibu terbesar di Asia Tenggara. "Kami ini biasanya cuma bisa demo masak lho gara-gara liat promo panci atau kompor baru. Tapi gara-gara Pak Bupati, kami jadi demo beneran nih! Pokoknya kalo 1x24 jam Pak Bupati ga jadi tersangka pelecehan ayat suci atau pelecehan perempuan, maka kami akan kerahkan ibu-ibu yang lebih banyak lagi", Murni tersungut-sungut.
 
Saat dikonfirmasi di lain tempat, Pak Bupati menolak menarik ucapannya. Ia menyatakan bahwa tak ada yang salah dengan pidatonya. Justru menurutnya ia malah mendukung perempuan untuk terus bekerja dan berkarya tanpa melupakan natural rights-nya sebagai perempuan. "Kita kan tidak bisa menyamaratakan antara laki-laki dan perempuan dalam kerja ini. Kendal harus progresif. Laki-laki tidak menstruasi, sementara perempuan iya. Laki-laki tidak hamil, sementara perempuan iya. Laki-laki tidak menyusui, perempuan iya. Jadi ada beban lebih bagi perempuan kalau masih disamaratakan dengan pria. Kalau masih disamaratakan seperti yang terjadi sebelum saya ini, yang jadi korban ya selalu perempuan", tutup Pak Bupati. 
 
Sepertinya, kasus ini akan terus menjadi pembicaraan yang panas. Layak kita nantikan.


***

PS: Ini bukan berita. Ini hanyalah cerita fiktif. Saya tulis sebagai satire keadaan politik Indonesia, wabil khusus DKI Jakarta, pada November 2016. Ditulis sebagai tulisan pertama dari serial tulisan satire yang akan saya posting dalam beberapa waktu ke depan (yg tak ditentukan). 
 
 
(As I write on Facebook Notes https://www.facebook.com/notes/nihaqus-nihaq-yuhamus/demo-penistaan-agama-bupati-kendal/10153870099066640, November 16th 2016)

Friday, November 11, 2016

#GerakanNasiGoceng

Bulan ini gue komitmen untuk sisihin goceng tiap harinya utk biaya makan Pemulung/Jompo yang masih harus cari makan di jalanan yg gue temuin di jalanan dalam bentuk beliin mereka nasi dan laukpauknya.

"lah kok ngasih ikan, bukan pancingan?"

Bulan ini gue baru mampu ngasih ikan. Semoga aja bulan-bulan berikutnya udah bisa kasih pancingan. Semoga juga akan banyak orang yang punya komitmen sama, jadinya ga susah buat ngasih pancingan.

#GerakanNasiGoceng

Thursday, May 26, 2016

Bahaya Laten Mei

Gue cuma mau kasihtau, bahwa di bulan Mei ini lahir berbagai macam hari bersejarah:
Tanggal 2 Mei, hari Pendidikan Nasional.
Tanggal 20 Mei, hari Kebangkitan Nasional.
Tanggal 9 Mei, itu hari lahirnya PKI.

Oh omong-omong tentang PKI, sekarang lagi sering banget kampanye ketakutan-ketakutan akan bangkitnya PKI. "Awas bahaya laten PKI!". Come on, dunia udah berubah kali. Komunisme ga laku di mana-mana. China dan Rusia yang empunya aja juga ga komunis-komunis amat sekarang secara ekonomi.

Lu tau, di bulan Mei, bukan PKI yang berbahaya secara laten. Yang paling bahaya dari bulan Mei, adalah ini:

  
Hari Bahaya Laten Rindu, diperingati Rocky Gerung di tanggal 11 Mei.


 Sekian.










Saturday, May 7, 2016

Ada Apa Dengan Cinta 2 Dan Lini Masa Yang Berantakan

Sebagai penggemar film AADC garis keras, tentu mendengar film legendaris tersebut hadir kembali merupakan berita yang menguras segala hal: Memori, emosi, air mata, tenaga dan tentu saja isi dompet. Oh untuk masalah isi dompet, gue cuma becanda. Tapi sisanya, Serius!
Lalu muncullah film AADC 2 di tengah kerinduan itu. Ingar-bingar kerinduan para penonton seputar pada kelanjutan cerita Cinta dan Rangga: apakah mereka bakal nostalgia ala mantan lagi, apakah mereka blablabla dan lain sebagainya. Namun bersamaan itu, muncul juga sebuah keraguan. Apakah film ini adalah film yang mampu menembus segala kerinduan penonton akan AADC selama 14 tahun?

Jawaban bisa berbeda pada setiap orang. Dari segi statistik kuantitas penonton, mungkin ya. Satu juta penonton dalam 2 hari tayang adalah pencapaian luarbiasa. Namun jawaban gue, AADC 2 adalah film yang tidak memenuhi ekspektasi kerinduan akan film AADC pertama. Sebagai fans AADC garis keras gue kecewa. Namun kekecewaan tersebut hendak gue tuliskan dalam sebuah tulisan, mengingat itu hal yg gue bisa.

Oke. Gue mulai utarakan dulu kekecewaan gue akan film AADC 2 ini dengan mengucap bismillah. Supaya Dian Sastro inget bahwa lulusan filsafat kaya kita berdua emang ga cocok kerja di BUMN. *Lah terus apa hubungannya?*

***
AADC dan AADC 2 adalah dua film yang berbeda walaupun kedua film itu dikerjakan dan dibintangi oleh oknum yang hampir sama. Dalam film AADC 2, masih ada lima aktor utama di AADC seperti Dian Sastro, Andinia Wirasti, Titi Kamal, Sissy Priscillia, Dennis Adhiswara, dan Nicholas Saputra. Masih ada juga Anto Hoed dan Melly Goeslaw sebagai penata suara dan duet Riri Riza - Mira Lesmana di balik layar.
Dalam AADC 2, tak ada Ladya Cherille (Alya), tak ada Pak Diman (Wardiman), tak ada Jujur Prananto (Penulis Skenario), dan tak ada Rudy Soedjarwo (Sutradara). Walau beberapa karakter lama tak ada, dimunculkan karakter-karakter baru seperti Ario Bayu (Trian), Christian Sugiono (Entahlah) dan Dimi Cindyastira (Sukma). Tapi di sanalah kuncinya, film AADC 2 ini menjadi jauh dari ekspektasi karena tanpa kehadiran yang tak ada tersebut sementara karakter baru tidak cukup membangun kisah. Ibarat lengkuas, mereka yang tak ada ini adalah lengkuas-lengkuas yg dibutuhkan dalam rendang kondangan! Karena tanpa mereka tak akan ada tamu kondangan yg terkejut karena memakan bagian lengkuas, bukan daging rendang. Ya, film AADC 2 hampir miskin kejutan.

Geng Cinta di AADC 2
***

Mari kita mulai. Gue cukup batasi kritik film AADC 2 ini dari segi linimasa, karena mungkin kritik yang lain mungkin sudah ditulis oleh penulis lain. Kembali ke judul tulisan ini, AADC 2 dan Lini Masa Yang Berantakan, sebelum gue mulai nonton gue berharap bahwa film AADC dan film AADC 2 akan membentuk sebuah linimasa yang koheren, tampak nyambung satu sama lain. Tapi harapan ini nyaris tak dikabulkan.

Dalam sebuah scene, Alya tampil hanya dalam bentuk nisan. Tertulis lahir tahun 1986. Sampai sini, terlihat bahwa jalinan cerita ini masih koheren dengan struktur setting waktu di AADC. AADC muncul pada tahun 2002 dengan latar anak-anak kelas 2 SMA. Jika Alya lahir tahun 1986, artinya persis umurnya di tahun 2002 ia berumur 16 tahun. Umur yang sesuai dengan struktur umur anak sekolahan pada saat itu. Kesimpulan gue pun, karena tak ada keterangan lain, umur masing-masing anggota geng Cinta dan Rangga adalah sama persis: 16 tahun. Tapi inilah yang akan menjadi pangkal masalahnya.

Di scene berikutnya, kita mendapat informasi bahwa Rangga memutuskan Cinta di tahun 2006. Itu terlihat dari sebuah surat yang dibuka kembali oleh Cinta di apartemennya. Cerita tentang mengapa Rangga memutuskan hubungannya inilah yang akhirnya menjadi kisah utama dalam AADC 2. Ya, AADC 2 sebenarnya adalah film yang memperlihatkan kualitas buaian lelaki. Eh. Sorry, maksudnya, film AADC 2 hanyalah rangkuman alasan mengapa Rangga meninggalkan Cinta selama 9 tahun tanpa kabar. Oke. 9 tahun. Artinya ada sebuah informasi lagi yang kita petik dalam film ini bahwa film ini mengambil setting tahun 2015, karena berkali-kali Cinta bilang 9 tahun tanpa penjelasan sementara satu-satunya waktu yg menjelaskan adalah surat putus Rangga yg dibuka Cinta dari kotak sepatu entah merk apa itu di Apartemen Cinta. 

Setting waktu tahun 2015 ini juga dikuatkan dengan tahun nisan Alya. Alya meninggal di tahun 2010. Dalam sebuah scene di mobil, Cinta juga menjelaskan kalau Alya meninggal 5 tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan. Artinya, persis ini setting tahun 2015.

Kalau kepastian setting tahun telah didapatkan, yakni tahun 2015 maka selanjutnya adalah kisah Rangga yang membuat bangunan ini berantakan. Dalam sebuah scene, Rangga menjelaskan mengapa ia meninggalkan Cinta.

Rangga menjelaskan ia meninggalkan Cinta karena pada saat orangtua Cinta dan Cinta liburan ke New York, Rangga dibisiki sebuah wangsit. Sorry sorry. Maksudnya, dibisiki oleh ayahnya, agar cepat menikahi Cinta agar ia tak lama menunggu. Tapi Rangga bilang bahwa saat itu kuliahnya berantakan, dan saat itu ia menjelaskan bahwa dia berumur 23 tahun. See? Pada saat itu, satu-satunya waktu yg kita tahu adalah Rangga memutuskan Cinta di tahun 2006 dan ia bilang bahwa pada saat itu umurnya 23 tahun. Artinya, Rangga lahir pada tahun 1983. Jika kita kembali pada asumsi awal, artinya Rangga dan Alya TIDAK seumuran! Artinya lagi, waktu SMA Rangga berumur: 19 tahun bukan 16 tahun!

Ada gap yg jauh sekali. Hampir 3 tahun. Entah Rangga anak bego dan ga lulus kelas berkali-kali, atau Rangga emang lagi berbohong dan merangkai cerita supaya balikkan lagi sama Cinta. Gue gatau pasti apa motivasinya. Yang jelas, ucapan ini membuat berantakan semua linimasa cerita AADC dan itu cukup mengganggu gue yg seorang fans garis keras AADC dengan modal 1 poster AADC jaman Dian Sastro masih kuliah. 

***

Linimasa ini juga kembali berantakan karena  mini drama Line yg muncul sebelum film ini rilis. Dalam mini seri AADC versi Line dan AADC 2. Ya sih, walaupun emang ini cuma iklan, tapi entah kenapa mini drama di Line lebih bagus ketimbang AADC 2 sendiri. Namun, bukannya melanjutkan atau paling tidak mengembangkan dari mini drama ini, AADC 2 berdiri sendiri. Setting waktu, tokoh berantakan satu sama lainnya. Dalam mini seri Line, tokoh Alya misalnya masih hidup dengan latar waktu tahun 2014. Sementara dalam AADC 2, Alya meninggal di tahun 2010 oleh kecelakaan.

Proses pertemuan Rangga dan Cinta juga berbeda. Tak ada pertemuan dari grup alumni SMA seperti cerita di Line dan tak ada kalimat ini beda purnama di Bekasi dan New York. (Iya emang ga ada).
Somehow, gue bisa bilang minidrama AADC versi Line lebih bagus ketimbang AADC 2 sendiri.


***

Intinya, AADC 2 benar2 berantakan dan jauh dari harapan. Too obvious dan hampir tak ada kejutan. Adegan-adegan bandara yang legendaris pun tak ada eksplorasi sama sekali. Kalau gue ga salah, adegan bandara hanya ada saat scene kedatangan dan kepulangan Rangga dari dan menuju New York. Masa AADC 2 tak mau mengeksplorasi adegan bandara, padahal sebuah produk air mineral bisa menjadikan adegan bandara sebagai sebuah jokes yang segar.
Adegan Bandara AADC
Adegan Bandara Minidrama AADC versi Line
Adegan Bandara iklan air mineral versi AADC



***


Yang jelas film AADC 2 ini bener-benar jauh dari harapan! Apa-apaan ini film! Masa nonton film bawa pacar tapi malah bikin kebayang mantan2!!! Ga bagus bgt!!! Masa gua mesem-mesem senyum baper sendiri pas nonton sama pacar gua, tapi yang keinget bukan pacar sendiri!!!

Hayo lo nonton film ini keinget siapa hayo!
Apa-apaan Cinta jalan sehari semaleman udah jalan ke penyewaan mobil, ujan2an di candi2an, makan di Sate Klathak (pasti kena asep tuh! Makannya deket tukang masaknya soalnya), nonton wayang serem (pasti ga ada ac tuh!), naik-turun di Puntuk Stumbu trus balik2nya tetep ga lepek rambutnya!!! Ga minyakan mukanya!! Idih bokis abis!!

Cinta ini mutant anti lepek. Patut masuk X-Men episode selanjutnya.
Apa-apaan taksi sepanjang film ini cuma Gamya (ada sih satu taksi gajelas pas adegan di Jogja), minuman dalam film ini sebagian besar cuma air putih (ada sih eh teh manis), handphone dalam film ini cuma Nokia Lumia (eh bener ga sih?) dan keterangan mobil mitsubishi ber-GPS (yang dikendarai Geng Cinta di Jogja) benar2 ga diperlihatkan, malah yang dipake mobil Jeep. Ini scene-scene Mubazir! But frankly, mungkin adegan-adegan mubazir yang beriklan ini ga akan kejadian kalo sutradaranya Rudy Soedjarwo atau penulis skenarionya masih Jujur Prananto.

***

Mari Berdamai
Sampai di taraf kesimpulan, marilah kita tutup kekecewaan ini dengan shadaqqallahul'adzim. Marilah berdamai, karena gue tetep masih berharap dan menuntut adanya film AADC 3 dimana berisi cerita tentang bahtera rumah tangga antara Rangga dan Cinta. Mau tau gue, mereka berantem ga sih masalah Korea, atau jangan-jangan Rangga suka kentut tiba-tiba dan bau busuk, atau misal ternyata Cinta itu kalo tidur suka makan tempat. Dalam rumah tangga mereka, mereka sering rebutan remote tv ga sih buat nonton infotainment. Rangga ini suka insom-insom gitu juga belom dikulik. Cinta yg artsy-artsy hipster juga belom dikulik. Somehow, gue tetep merindukan kejutan itu hadir dalam film dengan embel-embel "Ada Apa Dengan Cinta", bukan film-film yg semacam udah bisa ketebak jalan ceritanya dari awal.

Ya. Mari berdamai.

Monday, April 25, 2016

25 April 2016

3:45 AM

Semacam rindu kembali nulis di jam-jam segini.
Diliat-liat juga, rindu juga nulis di blog.
Barusan ngecek, tulisan yang masih jadi draft ternyata banyaaaaak banget.
Surat cinta Bang Naga yang barusan gue posting itu ternyata mendem gitu aja dari bulan Januari, sampe gue lupa sendiri tuh mau nulis apa. Untung inget lagi.

Pernah ga sih lo jatuh cinta untuk pertama kalinya, sementara kapital simbolik lo miskin banget sehingga ga ada yang bisa membantu lo menyukseskan perjuangan cinta lo?
Ya, semacam Bang Naga gini. Ga dapet pelajaran formal dari sekolah membuat dia kalah penguasaan modal. Setidaknya pelajaran di sekolah bisa menambah referensi sebagai bahan obrolan dengan si perempuan ini. Belum lagi kapital sosialnya yang miskin perasaan. Hehehe.

Coba gue mau tanya, seandainya lo cewek dan dapet surat dari Bang Naga ini. Menurut lo, surat si Bang Naga ini bakal dibales ga sih?
Kirim jawaban via email (ribet). Hahahahahaha.

***

Ah, apa gue nanti bikin tulisan Proses Kreatif di balik tulisan-tulisan gue ya?
Eh jangan deh. Sebagian kan kode soalnya. Hahahahahah!

Yaudah ah. Segitu aja.

***

Cheeers!

Anggap Saja Surat Cinta

Anggap saja ini surat cinta,
sebelumnya aku ingin kau maklumi dulu usahaku sampai disini.
Aku orang yang tak bisa merangkai-rangkai kata indah,
bukan pula orang yang gemar hambur-hamburkan waktu demi menulis surat cinta.

***

Namaku Naga, peranakan batak. Mamakku Batak, tapi tak jelas bapakku siapa, bagaimana dan darimana. Mamak sendiri bingung aku ini lahir dari bapak yang mana. Tapi kau lihat dari mata sipitku yang tak ada di Mamak, mungkin ini adalah barang peninggalan bapakku untukku. Barangkali dulu mamak mabuk di lapo lalu Mamak dipake cukong-cukong yang biasa mampir di sana.

Sedari kecil, aku hidup di sini, Terminal Kampung Rambutan. Jadi temer atau jadi debt collector. Aku mandi di sini, main kelereng di lapangan kecil dekat masjid itu, dan kencing di sebelah sana. Nah, pohon rambutan yang di sana itu adalah tempat favoritku buang air kencing. Kadang kalau aku terlalu banyak minum tuak di lapo, aku bisa kencing sambil bisa kutulis nama-nama yang sedang terpikirkan olehku di pohon itu dengan air kencingku. Orang mabuk, jadi suka-sukanya lah. 

Aku tak pernah sekolah. Aku belajar dari usahaku sendiri bertemu orang-orang yang pintar. Aku belajar berhitung dari Mamak Loren, salah satu perempuan paling berpengaruh di terminal Kampung Rambutan, selain Mamakku sendiri. Mamak Loren adalah bos temer trayek T19 jurusan Depok - Kampung Rambutan. Aku belajar berkelahi dari Bodat. Tak susah menemukan Bodat, ia paling menonjol karena tattonya ada dimana-mana. Tempat favoritnya adalah di pos depan, dekat pohon meranti yang di salah satu cabang besarnya ada bekas patahan itu. Tapi sekarang ia sedang sulit ditemukan di sini, kecuali kau mau ke Lapas Cipinang. Terakhir kudengar ia membunuh orang lagi. Walau aku tak pernah sekolah, percayalah aku senang sekali belajar. Terutama di Lapo Dame, lapo favoritku.

Sebentar, kau jangan salah sangka dulu. Lapo bukan hanya sekedar tempat minum tuak atau makan saksang! Untuk urusan makanan, kuberitahu di sana ada Arsik dari ikan, ada manuk napinadar yang daging ayam, dan yang terenak adalah dali no horbo! Bah! Jadi lapo itu tak hanya menyediakan babi dan anjing saja. Nah, di lapo pun kau akan bertemu dengan banyak orang Batak dari berbagai macam latar pendidikan. Di sana ada yang sekedar bernyanyi dan berkaraoke, sekedar makan lalu pulang, yang bermain catur, namun ada juga yang senang berdebat. Banyak hal yang kupetik dari semua orang yang berada di lapo. Aku hanya bermasalah pada satu hal. Tak ada orang yang pintar menulis surat cinta di satu terminal ini, bahkan di Lapo Dame tempatku biasa mengisi waktu.

***

Aku sering melihatmu keluar, masuk, naik, turun angkutan umum di terminal ini. Awalnya kulihat tak ada yang menarik darimu. Rambutmu selalu berantakan. Pakaianmu juga biasa saja. Badanmu juga tak bagus-bagus amat. Namun setelah sempat kita papasan, aku langsung jatuh cinta padamu. Tapi siapa pula aku. Siapa pula kau. Aku tak tahu siapa namamu, kau tinggal dimana dan hendak kemana. Yang kutahu hanyalah trayek kau saat masuk terminal dan trayek kau saat keluar terminal. Kau selalu menuju Kalideres, kan?

Panjang lebar kuceritakan tentang diriku, tentang Lapo Dame, dan tentang masa kecilku ini padamu bukan tanpa alasan. Tentu kau ingat beberapa kali sudah aku minta tolong menitip buah-buahan untukmu pada sopir-sopir angkutan umum yang biasanya mengantarmu ke Terminal ini. Tiap kuperhatikan wajahmu selalu tampak kesal, ada apa rupanya dengan buah-buahan itu? Tak cukup segarkah? Atau barangkali sopir-sopir itu meledekmu ya? Sampai kudengar mereka meledekmu seperti monyet, biar kuberi pelajaran nanti. Asal kau tahu, aku memberimu buah-buahan agar kau selalu sehat, supaya setiap hari bisa kulihat kau di terminal ini lagi. Senyumlah lagi, itu pengantar tidurku yang paling manis.

Ah, tapi bukan itu alasan utamaku. Aku ingin berkenalan denganmu. Aku sudah jatuh cinta padamu tatapan pertama. Mungkin papasan yang pertama kali itu kau pasti sudah mengenaliku. Tak ada lagi pria yang sepertiku. Hanya ada satu Naga di Terminal ini, dan itu sudah kupastikan jauh-jauh hari. Tapi kalau kau belum mengenaliku, ya bagus. Artinya kita sama-sama belum saling mengenal. Kuundang kau bertemu besok malam di Lapo Dame, setelah kau selesai kerja atau kuliah atau sekolah. Percayalah, tak ada anjing atau babi diantara kita.

Kalau kau mau bertemu denganku, berilah aku tanda. Pakai baju merah besok. Tunggulah aku di dekat tukang Roti Tan Ek Tjoan, di dalam ruang tunggu Terminal. Kupastikan tak akan ada yang berani mengganggumu di terminal ini.


Sekian,

Naga.

Wednesday, April 20, 2016

Pencuri Yang Tertangkap Basah

Tahun 2009, pernah ada orang yang menulis sesuatu di status facebooknya. Jelas sekali saya ingat betul apa yang ia tulis itu adalah persis buah pikiran yang sempat saya tulis lewat notes facebook. Orang tersebut, junior saya di kampus. Ia memang sempat bilang bahwa ia menyukai apa yang saya tulis. Ya memang hanya kutipan kisah cinta yang remeh-temeh, tapi kamu tau sendiri bahwa menulis bukanlah perkara mudah. Jelas saya damprat dia, dengan baik-baik. Lewat pesan via Facebook.

"Kalau kamu suka tulisan saya dan mau kutip juga, silakan. Tapi, pesan saya kalau kamu mau kutip, jangan pernah lupa kreditnya. Jangan pernah hapus siapa yg nulis. Saya tak berharap terkenal di lingkaran anda. Tapi sebagai penulis, itu adalah respek. Terimakasih"

Ia lalu membalas pesan saya. Meminta maaf, lalu menghapus status tersebut. Tak lama ia memposting status yang sama, dengan bubuhan nama saya sebagai penulisnya.

***

Tahun 2011, pernah ada lagi orang yang mengambil buah pikiran saya. Ia kutip sebagian tulisan saya dalam laman pribadinya yang menurutnya sudah dilihat puluhan ribu kali oleh penikmat tulisannya. Kebetulan orang tersebut kawan dekat saya. Saya sindir halus. "Wih. Kaya kenal nih tulisan ini, pernah liat dimana ya gue?"

Ia tak membalas sindiran saya. Dua-tiga bulan saya cek laman pribadinya lagi, postingan tersebut sudah dihapus. Barangkali ia merasa sindiran tersebut sudah cukup menelanjanginya.

***

Belakangan ini saya lihat beberapa blog dan tumblr yg serta merta menulis apa yang pernah saya tulis tanpa menulis nama saya sebagai kreditnya. Ini juga ketahuan karena saya iseng menulis beberapa rangkaian kalimat dalam tulisan saya sebelumnya ke google dan mendapati tulisan tersebut ada di blog/tumblr lain. Tulisan tersebut diambil baik dari Facebook, Kompasiana, Blogspot, Tumblr, atau sumber tulisan lainnya. Lagi-lagi, hanya pokok tulisan remeh-temeh. Hehe.

Karena saya bukan penulis produktif, yang menulis segala hal seperti orang lain. Tulisan saya hanya seputar apa yang saya lihat dan saya rasa, maka hanya sedikit tulisan tersebut namun saya ingat betul jiwa-jiwa setiap tulisan saya. Saya memang marah dan kecewa melihat ada blog dan tumblr yang demikian, tapi energi saya sudah keburu habis jika harus menghadapi pelaku plagiat ini.

Entah apa motivasinya menjadi pelaku plagiat? Padahal seharusnya menulis adalah mencintai diri sendiri, artinya jujur pada diri sendiri.

***

Saya tak ingin repot-repot mendamprat para pelaku plagiat seperti ini lagi. Biar saja dulu. Kebenaran akan selalu menemukan jalannya sendiri. Sampai sejauh ini, saya biarkan dulu blog/tumblr yg mengutip tulisan-tulisan saya itu bermunculan. Tapi mungkin nanti, bisa saja saya berubah pikiran. So, you better read this before I blacklisted you.

Monday, March 21, 2016

Sebentar Yang Lalu

Sebentar yang lalu aku dimadu
Dimadu tamu yang tak pernah bertemu
Oleh X, Y dan Z
atau mereka yang kusebut begitu

Mungkin bukan karena rindu,
tapi hanya nostalgia-nostalgia bisu,
mereka merengkuh leherku
manatah sisa-sisa nafas lamaku keluar dari mulutku.

Aku hampir lupa bahwa mereka pernah ada.
Satu dua inchi dalam pertemuan yang penuh doa dan dosa
Pada X, Y, Z aku dulu merayap-rayap membelai harap
 Aku sempat mencintai mereka semua,
cinta yang kini hampir hampir hampir lenyap.

tapi seperti yang kau tau,
cintaku bagai bahan bakar
mereka beri api sekali (lagi),
kami akan mati.

18 Maret 2016 - 19 Maret 2016

Halo semuanya!
(Yak, gue sok nyapa semacam banyak gitu yang baca blog ini.)

Gue udah bingung mau memulai cerita lagi, berhubung udah ga terlalu clique dengan blog ini. Jadi langsung aja deh, tanpa embel-embel.

18 Maret
Jum'at sore gue ngajakin Mumut sama Unge buat ngerokok di kafe kantor. Tapi kok ya laper. Yaudah, akhirnya gue mesen makan di kantin. Eh kok di kantin ada kue donat. Sebenernya gue cuma pengen nyobain, tapi yaudah berhubung kupon makan gue masih banyak gue beli 2 donat plus makan sampingnya nasi teriyaki. Laper, meeeen!

Lalu, Mumut punya inisiatif buat malakin lilin dari kafe. Yah alhasil, jadi deh party kecil.. Buat foto doang sih sebenernya.. Biar kesannya ada aja gitu yang kasih gue surprise. HAHAHA
Beli donat sendiri, lilin juga hasil malak, HAHA

Lalu, malemnya gue lanjut ketemuan. Kali ini bareng alumni FIB tahun 2006 di cafe Thirty 3 di Kemang Utara. Rencananya kita mau rapat ngobrolin reuni akbar, yang #SemogaBukanWacana. Untuk sebuah pertemuan perdana (setelah 10 tahun) ya lumayaaaaan. Ada gue, Eka dari Sastra Belanda, Indun dari Sastra Prancis, Wano dari Sastra Inggris, Rikos dari Ilmu Perpustakaan, Mare dari Sastra Rusia plus Dara dari Bahasa dan Kebudayaan Korea. 




Di tengah kesibukan membicarakan konsep-konsep kegiatan dan lalalili tiba-tiba muncul gandalf bawa kue. Kucluk~ Kucluk~ Aaaaak, kali ini gue dapet surprise beneraaaan. Bukan kue beli sendiri. Bukan lilin hasil malak. Ayang akooooh ngasih surprise, meeeen! :""""""""""""""""""""""")

 
Kesayangan Akoooooh~
Tapi sebel, dia ngaku ternyata tulisan 'sayang' di kue ini bukan inisiatif dia. Malah emba-emba tukang kuenya yang inisiatif nambahin tulisannya. Hft. Lyf. *tapi tetep shayang*

 ***

Malemnya, abis nganterin kesayangan akooh ke tempat travel, gue lanjut lagi ke Kantin Sastra UI. Gue di whatsapp sama Dadang dari jam 7 buat ikutan acara #JumatKeluar yang dia adain barengan sama Gareng. Tapi ya gitu, paling isinya mabu-mabu'an.

Gue baru sampe kantin jam 2 pagi. Karena gue harus keliling nyari ATM Mandiri yang ga offline buat bayar GrabCar. Ternyata dari jam 12 sampe jam 2 pagi itu, ya ga ada yang online. Fak. Akhirnya gue minta izin buat bayar GrabCar kalo udah siangan.

Di kantin, gue ketemu anak-anak Sastra lumayan rame. Selain Dadang dan Gareng, ada juga Ivan Payung Teduh, Raya Bungabel dan lain-lainnya. Mereka pada mabu. Ah, gue udah ga doyan mabu intisari dan kolesom anggur merah. Demi kesehatan.

Di kantin itu juga gue sempet ketemu sama Diman dan Gambreng, kita ngobrolin lagi tentang rencana reuni akbar. Berharap acara tersebut #SemogaBukanWacana.

***
19 Maret 
Sabtu itu, gue ke Kemang lagi. Ternyata malemnya itu gue sekip. Tas kecil gue ketinggalan di kafe. Jadinya gue mesti balik ngambil tas lagi. Randomnya adalah gue naik GrabBike. Dari Depok ke Kemang ternyata menghabiskan 25 ribu rupiah. Tapi gue nego, bakal kasih 50++ kalo misalnya dia mau anterin balik ke Depok lagi abis itu, karena gue mager lama-lama di sana.

Eh ternyata gue ketemu sama tukang GrabBike yang alim bener. Ya, setelah gue cabs dari Kemang menuju Depok lagi, kita mulai pembicaraan random. Yak, tentang pengajian. Gue diajakin sama kang GrabBikenya buat ikut pengajian dia di Citayam. Subhanalloh yah.

***
Malemnya, gue sempetin jalan dan ketemuan lagi sama Diman di Kami Kafe. Kafe yang baru buka beberapa hari tapi ga punya menu makanan yang menggugah selera. Hahahaha. Padahal gue laper banget, alhasil gue di kafe itu cuma numpang ngebul sama kumpul-kumpul bareng aja. Ga rame-rame banget, cuma ada Diman, Jipi, Frilia, Viren, sama junior-junior gue yang lagi jadi home band di lantai bawah.

Lu ngapain sih man pake Kacamata item di ruangan?

Lanjut dari Kami Kafe, gue ke PHD. GUE MESEN MAKAN. Laper banget, coy. Sekalian gue beli Big Box untuk acara kecil-kecilan di kosan Wano yang sebelahan sama kosan gue. Mengingat kalo mau ngadain acara di kosan gue, situasi kamarnya lagi gawat darurat banget setelah gue tinggal 2 bulan. Fyuh. Masa gue bobo bareng laba-laba. Spidey abis.

 Acara kecil-kecilannya diisi oleh tiup lilin lagi. Gue dapet surprise lagi. Kali ini surprise dari Wano, Indun, Maftuh, Acid, Adhe, dan Fajar. Kuenya juga kocak. Roti dilapisin coklat dan topping nyam-nyam. Pas lilin di atas kuenya ditiup, nyam-nyamnya buyar~ :"


Alhamdulillah. Tahun ini hangat dan random dalam waktu yang bersamaan.

***

Tahun ini, gue teringat oleh pembicaraan random gue dengan Laire, sahabat gue waktu kuliah dulu. Kita pernah terlibat dalam percakapan random tentang kehidupan, mungkin 10 tahun yang lalu. Terus gue inget pernah bilang, "Gue pengen mati di umur 27 tahun". Hahahaha, suicidal abis yak jaman-jaman mahasiswa. 

Ya kalo pada akhirnya ucapan itu diamini oleh para malaikat, setidaknya gue pengen banget acara Reuni Akbar FIB UI 2006 kejadian di tahun 2016 ini sebelum.... Udah satu dasawarsa, meeeen! 

***

Yaudah, gitu aja.
Gue gamau tidur malem-malem lagi.
Cepet botak ntar...

Bye, 26! Ah tapi gue masih feels like 22 kok!

*Cheers!*



Aku dihardik rasa-rasa rindu.
Lagi-lagi dan lagi.
Perempuan yang itu-itu lagi.
Tembok-tembok pemisah, runtuh-runtuh kembali.
Sekuat itu melawan rasa-rasa rindu,
sekuat itu rindu meniju-ninjumu kembali.


Monday, March 7, 2016

We? Oui?

Kita ga tahu apa-apa, ga paling ngerti semuanya. Kita cuma berpendapat yang mungkin benar, mungkin salah. Karenanya kita manusia, ga sempurna. Tapi kita tetep manusia. Karena itu, aku cinta kamu. Kita mungkin ga selalu bisa selalu sama. Kita bisa beda, di waktu dan tempat yang ga selalu tepat. Tapi, memang itu kan, tujuan kita? Memahami yang berbeda di antara kita, bukan memaksa agar sama. Sekarang, anggap saja ketidaksamaan dan keberbedaan kita adalah fenomena bahwa kita sebagai manusia lagi dicoba. Mendapat cobaan untuk membuktikan hipotesis-hipotesis kita.



Friday, February 5, 2016

Social Media Analyst (Based on Research)

Media Sosial menjadi alat yang begitu powerful semenjak kehadirannya di era 2000an. Dimulai dengan berbagai forum diskusi via internet, instant messaging, blogging, sampai mikro blogging seperti Facebook, Twitter, Path dan sebagainya. Penggunaannya pun tidak hanya sebagai alat untuk menyebarkan kisah atau pengalaman hidup, namun seiring dengan dimungkinkannya interaksi dengan sesama pengguna internet maka media sosial juga telah berkembang menjadi alat politik dan bisnis.

Kekuatan media sosial dalam politik misalnya, seperti untuk mengorganisasi individu tidak bisa disepelekan lagi. Kita bisa melihat efek yang dihadirkan media sosial ketika gelombang protes menyebar di Timur Tengah dengan gerakan yang kita kenal dengan Arab's Spring. Rezim para pemimpin diktator yang memimpin negara-negara di Timur Tengah dan Afrika tersebut runtuh karena gerakan massa yang dikelola dari media sosial.

Lalu, lihat bagaimana negara seperti Hongkong, China dan Korea Utara secara ketat mengatur penggunaan media sosial bagi warga negaranya. Yap, lagi-lagi karena mereka telah memahami bahwa media sosial tidak saja berguna dalam menggapai informasi, namun bisa menjadi senjata yang ampuh bagi masyarakatnya untuk meruntuhkan sebuah rezim.

MEDIA SOSIAL DI INDONESIA

Dalam risetnya http://www.smartinsights.com/social-media-marketing/social-media-strategy/new-global-social-media-research/, Indonesia menjadi negara yang masuk dalam 10 besar penggunaan beberapa platform di media sosial. Indonesia berada di peringkat 6 pengguna Facebook terbesar dunia; peringkat 10 pengguna Youtube; sementara untuk Twitter dan Google, Indonesia menjadi yang nomor satu!

Penggunaan media sosial dalam politik di Indonesia pun telah dibuktikan secara jelas dalam Pemilihan Umum 2014 lalu. Bagaimana kandidat calon presiden dan wakil presiden, Prabowo Subianto dan Hatta Radjasa yang didukung koalisi partai penguasa dengan mesin politik yang mumpuni kelimpungan dengan kampanye kandidat calon Presiden Joko Widodo yang memanfaatkan secara maksimal media sosial sehingga persebaran kampanyenya mampu mengalahkan mesin-mesin politik Prabowo Subianto yang telah berpengalaman dan lebih mumpuni.

(Secara lebih detail tentang kontribusi masyarakat Indonesia dalam penggunaan internet dan media sosial bisa dilihat dari paparan Simon Kemp ini http://www.slideshare.net/wearesocialsg/digital-social-mobile-in-2015.)

Lalu, apakah media sosial erat kaitannya dengan politik? Tentu tidak melulu media sosial berkaitan dengan Politik. Media sosial adalah media alternatif turunan dari media konservatif. "Media is an instrument on communication, like a newspaper or a radio, so social media would be a social instrument of communication". Media sosial juga dapat dilihat sebagai sebuah alat untuk berbisnis. Dilihat dari penggunanya yang setiap tahun meningkat, biaya yang lebih murah dibanding di media konservatif, serta pertimbangan lainnya maka media sosial membuka kesempatan bagi tiap individu untuk mendapatkan keuntungan dari bisnis yang dikelola di media sosial.

Bisnis seperti apakah yang membutuhkan media sosial? Semua bisnis membutuhkan media sosial. Saya katakan, semua bisnis membutuhkan media sosial! Entah berperan dengan fungsi sebagai marketing, sebagai Public Relation, atau peran-peran lainnya. Hootsuit dalam blognya memaparkan paling tidak 10 keuntungan penggunaan media sosial dalam berbisnis (http://blog.hootsuite.com/social-media-for-business/)

Tiap fungsi media sosial dalam bisnis memiliki peran uniknya masing-masing. Media sosial sebagai Public Relation misalnya berfungsi untuk menjalin komunikasi dengan para kompetitor, para pengguna jasa, dsb. Media sosial sebagai marketing artinya menggunakan media sosial untuk keperluan penjualan dan bagaimana media sosial bisa menggenjot keuntungan bisnis. Peluang ini juga saya tangkap dengan mengaplikasikannya dalam dunia kerja. Cara-cara yang saya paparkan di atas tadi lebih self-centered. Sementara yang saya lakukan saat ini adalah bagaimana media sosial bisa berimplikasi lebih dari luar, dari faktor eksternal. Yap, mengelola sentimen adalah fungsi yang paling berpengaruh dalam bisnis. Karena sentimen positif di media sosial terhadap sebuah produk akan memunculkan citra yang baik pula bagi sebuah produk. Dalam bisnis, CITRA yang baik adalah modal UTAMA.


MENGELOLA SENTIMEN

Seringkali entitas bisnis tidak mengetahui bagaimana pentingnya prestasi, sebuah produk yang baik dan berbeda dari kompetitor, pencapaian yang baik, serta segala sesuatu yang positif dan menginspirasi merupakan nilai jual yang amat berharga dan YANG HARUS DIKETAHUI oleh konsumen. Sekecil apapun prestasi dan pencapaian-pencapaian itu, tentu akan berpengaruh pada nilai jual sebuah entitas usaha. Departemen Sales dan Marketing pasti akan menggunakan segala usaha mereka untuk menjual segala kebaikan sebuah produk yang akan dijual kepada calon pembeli, namun bagaimana agar calon pembeli yakin bahwa produk yang mereka akan beli merupakan produk yang layak dibeli? Ya, cara termudah adalah mencari positive testimonial terhadap produk tersebut, kan?

Yap. Pengelolaan sentimen dengan analisis data inilah yang mulai saya kembangkan di Media Research Center, Metro TV. Sebagai pilot project, saya mengerjakan sebuah proyek dengan client besar dengan nilai proyek yang juga tidak sedikit. Tujuannya? Mengelola sentimen dengan pemaparan segala data-data terbaik tentang entitas bisnis mereka di media sosial. Artinya lo bikin fake testimonial, dong? No. Itulah yang menjadi pembedanya. Tetap ada strategi yang saya gunakan dengan tetap mengutamakan pengembangan riset dan data. Berbeda dengan para marketing agency yang mengelola akun-akun resmi dan bertindak sebagai spokeperson resmi, saya justru bertindak agar netizen mengemukakan sentimen positifnya dengan sukarela terkait entitas bisnis/produk usaha. Ya, memang akan meliputi Public Relation dan Marketing, tapi itu semua akan mengerucut pada bagaimana media sosial akan membantu tim yang PR dan Marketing entitas bisnis ini dalam meyakinkan para calon pembeli bahwa they are not talk shit about their product.

PELUANG MASA DEPAN?

Saya pikir ini akan menjadi sesuatu yang lazim di masa depan. Sebenarnya pola-pola seperti penggunaan fake account untuk membantu campaign sebuah produk/person sudah amat lazim di masa-masa lalu. Banyak akun-akun anonim yang berfungsi untuk menjelekkan sebuah produk/person karena berbayar. Atau penggunaan buzzer-buzzer influencer sebagai brand ambassador juga sesuatu yang lazim. Ya, cara-cara ini sudah lazim dan USANG.

Saya rasa penggunaan analisis data dan riset dalam pengembangan sebuah produk dan pengelolaan sentimen, serta monitoring secara komprehensif belum banyak yang menggunakannya, dan INILAH MASA DEPAN. Bagaimana sebuah data dan riset bisa meyakinkan para calon pembeli bukan dengan cara berjarak dengan pihak-pihak tersebut namun justru menjadi bagian dari mereka. Bukan bekerja dengan menggunakan logika para produsen, namun bekerja dengan logika konsumen.Ya. Inilah yang sedang saya kerjakan.

Thursday, January 21, 2016

Reportase Perjalanan: Suryono Sang Penjaga Hutan.

Rumah Adat Suku Sakai

Ada yang menarik ketika saya kemarin mengunjungi Provinsi Riau. Sebenarnya, saya datang ke sana untuk melihat peresmian rumah adat Suku Sakai, di Desa Kesumbo Ampai, Kabupaten Bengkalis (19/1). Usai acara peresmian rumah adat Suku Sakai, terpikir oleh saya untuk menggali cerita dan melihat lebih dekat masyarakat yang tinggal di lahan-lahan hutan konsesi milik perusahaan yang berada Provinsi Riau. Perlu diketahui, di wilayah Provinsi Riau, sepanjang mata memandang banyak sekali tanaman sawit dan hutan tanaman industri seperti pohon Eucalyptus dan pohon Akasia yang tinggi jenjang. Apalagi belum lama ini terjadi bencana nasional kebakaran hutan, maka saya pikir akan lebih menarik untuk menggali cerita dari masyarakat yang tinggal di hutan-hutan konsesi ini dan terpapar asap pada kebakaran hutan yang lalu.

Pohon Akasia, Tinggi dan Jenjang

Akasia menjulang, menantang awan

Lalu saya mencari perusahaan-perusahaan untuk saya jadikan target repertoar perjalanan ini. Tujuan utama saya saat itu adalah PT. Arara Abadi, anak perusahaan APP - Sinarmas Agroforestry, salah satu perusahaan yang memiliki konsesi hutan tanaman industri. Sekedar untuk diketahui, Rumah Adat Suku Sakai berada di Kabupaten Bengkalis, sementara hutan-hutan tanaman Industri banyak berada di Kabupaten Siak. Untuk mencapai ke area PT. Arara Abadi di Kabupaten Siak, saya harus menempuh jarak sekitar 200an kilometer dari tempat penginapan saya di Kabupaten Bengkalis. Perjalanan selama 4 jam yang ditempuh dengan mobil itu terasa amat jauh dan membosankan, ya karena di kanan dan kiri jalan saya hanya melihat hamparan Pohon Sawit.

Namun jarak yang jauh bukan jadi penghalang untuk memulai sebuah cerita, ya kan?

Setelah perjalanan yang lumayan melelahkan, saya lalu menemui pihak perusahaan. Saya mengemukakan maksud dan tujuan saya kepada pihak perusahaan untuk menemui masyarakat yang berada di dalam areal konsesi perusahaan. Rupanya saya diperbolehkan dan diizinkan untuk melihat langsung masyarakat yang tinggal dan berada di dalam lahan hutan konsesi mereka. Saya lalu dibawa masuk ke dalam lahan konsesi HPHTI (Hak Pengelolaan Hutan Tanaman Industri) PT. Arara Abadi, letaknya di Distrik Rasau Kuning, Desa Pinang Sebatang Barat, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak.



Awalnya saya membayangkan bahwa areal Hutan ini hanya berisi pepohonan Akasia atau Eucalyptus saja. Karena sejauh mata memandang, memang pohon-pohon berkarakter langsing semampai ini yang menjadi santapan mata saya. Namun setelah 15 menit berjalan dengan mobil dari gerbang utama, saya menemukan areal yang di dalamnya terdapat lahan-lahan yang diolah menjadi lahan pertanian. Tanaman yang ditanam pun bermacam-macam, ada tanaman sayur bayam, kangkung, kacang panjang, pepaya madu, melon, duren dan karet. Rata-rata tanaman semusim.

770 Hektar Yang Diperuntukkan Tanaman Kehidupan.

Saya bertemu dengan Suryono, salah seorang masyarakat yang sudah tinggal di Desa ini selama 15 tahun. Ia adalah ketua kelompok Tani Jaya, kelompok tani yang berjumlah 18 orang. Menurutnya, kelompok taninya bergerak di perkebunan dan pertanian. Pak Suryono sendiri, selain menjadi petani, ia juga menjadi pedagang. Saban panen, ia pasti akan menjajakan hasil tanamannya ke pasar.


Suryono


Pertemuan saya akhirnya menghasilkan sebuah diskusi hangat. Sesuatu yang jarang saya dapati di ibukota. Menurutnya, pada awalnya sempat terjadi konflik antara petani dan perusahaan. Konflik tersebut lantaran masyarakat merasa bahwa mereka sulit mendapat manfaat langsung dari hutan akasia yang ditanami oleh perusahaan. Konflik itu bermuara pada tuntutan masyarakat agar bisa memanfaatkan lahan-lahan tidur yang belum dimanfaatkan perusahaan. Akhirnya, pada tahun 2011 terciptalah kesepakatan antara para petani dan perusahaan dalam sebuah MoU tentang tanaman kehidupan.

Ada 770 hektar lahan yang diberikan perusahaan untuk dimanfaatkan para petani dan masyarakat untuk ditanami tanaman kehidupan. Tak berhenti disana, Suryono dan para petani lain diberikan pelatihan dan pembinaan terutama tentang sistem bercocok tanam dan teknis lain tentang pertanian. Tak berhenti di sana, Suryono juga dipinjamkan modal uang untuk pembelian bibit, pupuk, media tanam dan lainnya. Contohnya, kelompoknya diberikan modal sebesar Rp 4.100.000 untuk menanam melon. Dari modal ini, petani bisa mendapat keuntungan kira-kira sampai Rp 15 juta setelah menunggu Melon panen selama 65-70 hari. Suryono cukup beruntung ia memiliki kecakapan dalam berdagang sehingga ia tak kesulitan dalam mendapatkan pasarnya. Namun, ia mengatakan bahwa ternyata petani yang tidak punya kecakapan berdagang yang seperti dirinya juga diberikan semacam kemudahan karena perusahaan bersedia untuk menjualkan hasil-hasil tanaman tersebut dan uang penjualannya diberikan kepada para petani.

Lahan Pak Suryono ini pun sangat menarik. Ia sendiri mengelola sekitar 2 hektar, yang ia tanami berbagai macam tanaman seperti yang telah saya sebutkan di atas. Di tanah seluas 2 hektar tersebut, kanan kirinya dibatasi oleh hutan akasia, tanaman sawit, hutan konservasi dan kebun karet. Ya. Tanah yang difungsikan kembali oleh Suryono ini sebenarnya dulunya adalah lahan-lahan bekas kebun sawit yang sudah berumur 7 tahun. Namun setelah melakukan kalkulasi, hasil yang dihasilkan tanaman sawit ternyata sama sekali tidak menguntungkan. Justru tanaman-tanaman holtikulturalah yang memberi keuntungan paling banyak. Sehingga, Suryono dengan segera membersihkan tanaman sawit tersebut dan mengubahnya menjadi lahan untuk tanaman kehidupan.

Suryono dan kelompok taninya sempat kesulitan air dalam suatu musim kemarau. Usahanya untuk meminta bantuan agar dibuatkan danau buatan untuk lahan tanaman kehidupan di areal konsesi ini dikabulkan perusahaan sehingga para petani dan masyarakat bisa memanfaatkan danau buatan tersebut untuk menjadi sumber air lahan pertaniannya.

Pembakar Hutan?

Ah, saking takjubnya saya pada oase di hutan Akasia ini, saya sampai lupa pada tujuan utama saya mendatangi Pak Suryono. Ya. Menggali cerita tentang kebakaran hutan. Belum lama ini, telah terjadi kebakaran hutan yang sangat masif yang tidak hanya menyerang Pulau Sumatera, tapi juga pulau-pulau besar termasuk Jawa, Kalimantan dan Papua. Banyak yang menuduh kebakaran hutan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dengan motif 'land clearing' untuk memangkas biaya; ada lagi yang menuduh kebakaran hutan dilakukan oleh masyarakat yang melakukan perambahan liar.

Ada yang menarik sebenarnya. Masyarakat seolah digiring oleh sebuah kesimpulan bahwa seluruh perusahaan-perusahaan itu bersalah. Menurut saya jelas ada yang berbeda, ketika kita secara objektif, memisahkan antara perusahaan pulp and paper yang seluruh alat produksinya adalah kayu dengan perusahaan sawit yang tidak memerlukan kayu sebagai alat produksinya. Sementara kebakaran yang terjadi, melahap semua sektor lahan dan hutan, baik gambut, kebun sawit dan hutan industri. Bagi saya, untuk apa perusahaan pulp and paper dengan sengaja melakukan pembakaran pada alat produksinya sendiri?

Ah, tapi lupakan dulu argumentasi saya tersebut. Saya lebih ingin menggali, sejauh apa sebenarnya keseriusan perusahaan-perusahaan ini dalam melakukan tindakan pencegahan kebakaran atau pemadaman kebakaran. Banyak yang menuduh perusahaan melakukan publisitas palsu dengan tim-tim kebakaran hutannya yang tidak sebanding dengan luas wilayah kebakaran.

Menurut Suryono, setiap dua kali dalam setahun ia selalu mengikuti pelatihan tentang persiapan pemadam kebakaran yang diberikan perusahaan di balai-balai pelatihan. Petani lainnya juga diberikan pelatihan untuk mencegah kebakaran. Beberapa warga masyarakat juga dijadikan sebagai Masyarakat Peduli Api yang berfungsi sebagai tim pencegah dan reaksi cepat dan selalu menggarisbawahi bahwa perambahan liar dengan membakar adalah pelanggaran hukum. Namun Suryono menekankan fungsinya sebagai petani dalam hal pencegah kebakaran ini lebih sebagai orang terdepan yang memberikan informasi kepada Masyarakat Peduli Api atau Regu Pemadam Kebakaran perusahaan apabila ada titik-titik api yang ia lihat.

Rambah Liar dan Bercocok Tanam

Memang menjadi masalah ketika masyarakat masih menganggap bahwa hutan bisa dirambah secara liar dan pembukaan lahan dengan dibakar adalah sesuatu yang wajar. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, adalah pihak yang berperan sebagai penentu paling akhir. Pemerintah sebaiknya memang harus terus memberikan pendidikan dan pemahaman yang memadai kepada masyarakat tentang perlunya menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak membuka lahan hutan dengan cara membakar. Penghukuman kepada perusahaan-perusahaan bukan saja akan berdampak ekonomi besar, tapi juga berdampak sosial yang sangat besar. Tidak hanya itu, penghukuman ini juga akan menambah beban pemerintah sendiri dalam menjaga areal hutan konsesi yang kosong dari ancaman para perambah liar.

Saya pikir, perusahaan memang hanya bisa berperan dalam sebagian kecil saja. Mereka bertindak sebagai mitra yang membantu pemerintah dalam mengupayakan angka nol kebakaran hutan dan lahan. Terkait kebijakan yang lebih tinggi, mustahil perusahaan mengupayakan langkah. Upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan dengan memberikan pemahaman sehingga persepsi para perambah liar berubah serta pemberdayaan masyarakat di wilayah konsesi, bukan hanya berfungsi untuk memberikan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat tersebut tapi sekaligus mencetak para penjaga-penjaga hutan yang sebenarnya.

Saya pikir, cara-cara seperti inilah yang mampu menciptakan agen-agen penjaga hutan dan pencegah kebakaran yang paling efektif dan efisien. Pemberdayaan masyarakat secara total akan menciptakan Suryono-Suryono lain sebagai sang penjaga hutan.

Suryono, Sang Penjaga Hutan

Wednesday, January 20, 2016

Suku Sakai: Perjuangan Berkompromi Dengan Modernisasi

Saya mau ngisi tulisan pertama di tahun 2016 ini dengan pengalaman pertama saya menginjak kaki di tanah Sumatera. Orangtua dari pihak ibu yang dari Sumatera rupanya ga bantu banyak supaya bisa cepet ke Sumatera. Lucunya lagi, bukan Palembang atau Lampung, tanah Sumatera yang saya injak pertama kali. Namun Riau.

Ya, saya berkesempatan untuk mengunjungi salah satu Suku Melayu Tua (Proto Melayu) yang tersisa di Tanah Sumatera. Bukan suku Batak, bukan juga suku Minangkabau. Suku ini cukup asing di telinga masyarakat Indonesia. Suku tersebut adalah Suku Sakai, yang saat ini terbanyak berhimpun di Desa Kesumbo Ampai, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

Saya berangkat ke Desa Kesumbo Ampai untuk mengunjungi peresmian Rumah Adat Suku Sakai (19/1), yang dibangun oleh APP - Sinarmas Forestry yang membantu agar kelestarian adat istiadat, budaya dan kesenian Suku Sakai terjaga di Indonesia.












Latar Belakang




Provinsi Riau memiliki lima kabupaten yaitu, Kab. Kampar; Kab. Bengkalis; Kab. Indragiri Hulu; Kab. Riau; serta ada satu Kota Madya Pekanbaru yang menjadi Ibukota Riau. Orang Sakai hidup di wilayah Kab. Bengkalis. Sedangkan orang Sakai terbanyak adalah yang berada di wilayah Kecamatan Mandau. Sebagian kecil lainnya hidup di wilayah Kecamatan Bukit Baru. Desa-desa yang berpenduduk asli suku Sakai ada di desa-desa seperti Talang Parit, Talang Sei Limau dan sebagainya.
Tempat tinggal orang Sakai pada umumnya terletak di tepi-tepi mata air dan rawa-rawa. Melalui jalan sungai atau jalan darat, yaitu dengan jalan kaki atau merambah hutan, tempat tinggal mereka dapat dicapai. Sehingga sebetulnya orang Sakai tidak sepenuhnya terasing dari masyarakat luar Riau. Karena lingkungan hidup mereka jauh dari pantai, maka lingkungan hidup mereka adalah rawa-rawa, atau daerah berpayau-payau, berhutan serta bersungai. Fauna dan flora lingkungan hidup mereka sama dengan lingkungan alam wilayah Riau, khususnya lingkungan alam bukan pantai. Mereka hidup tepencar-pencar dalam sebuah satuan wilayah yang berada dalam sebuah satuan administrasi yang dinamakan bathin (dukuh) kalau penduduknya sedikit, dan kepenghuluan kalau jumlah penduduknya banyak. 

Ketika kota Duri mulai dibangun dan dikembangkan, orang Sakai sebagian besar yang menghuni wilayah-wilayah di sekitar kota tersebut diminta pergi dengan diberi pesangon untuk penggantian rugi atas tanah dan pepohonan serta tanaman-tanaman yang ada di ladang-ladang mereka. Sebagian dari mereka berpindah tempat pemukiman ke kelompok-kelompok tempat tinggal atau desa-desa orang Sakai lainnya, dimana mereka mempunyai kerabat. 


Dalam KBBI, Sakai diakui sebagai sebuah suku bangsa yang mendiami Kepulauan Riau dan Tanah Melayu. Beberapa orang mengatakan bahwa Orang Sakai datang dari kerajaan Pagaruyung, Minangkabau, Sumatra Barat, dalam dua gelombang migrasi. Kedatangan pertama diperkirakan terjadi sekitar abad ke 14, langsung ke daerah Mandau. Mereka ini ada lima keluarga yang masing-masing membangun rumah dan tempat pemukiman sendiri, yang karena itu disebut dengan perbatinan lima. (lima dukuh).
 
Setelah beberapa tahun tinggal di Desa Mandau, rombongan yang berjumlah lima keluarga ini, memohon untuk diberi tanah atau hutan untuk mereka menetap dan hidup, karena tidak mungkin bagi mereka untuk kembali ke Pagaruyung. Oleh kepala Desa Mandau, masing-masing keluarga diberi hak atas tanah-tanah atau hutan-hutan. Yaitu di daerah sekitar Minas, sungai Gelutu, sungai Penaso, sungai Beringin, dan di daerah sungai Ebon. 

Berdasarkan data Departemen Sosial Propinsi Riau pada tahun 1982, terdapat 4.995 orang Sakai. Mereka hidup di 13 desa (kepenghuluan) yaitu: Pinggir, Semunai, Muara Basung, Kulin, Air Jamban, Tengganau, Petani, Kuala Penaso, Betulu, Syam-syam, Minas, Kandis, Sebangu. 

Setiap orang Sakai harus memiliki sebidang tanah, bahkan orang dewasa atau remaja yang masih bujangan pun harus memiliki tanah atau ladang. Karena hanya dari ladang itulah mereka dapat memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari. Untuk pembuatan ladang melalui empat tahapan. Yaitu, memilih tempat untuk berladang. Tanah yang dipilih biasanya tidak banyak semak belukarnya. Tanahnya miring agar tidak tergenang air, berdekatan dengan anak sungai atau air yang mengalir, dan tidak ada sarang semutnya.Yang kedua, membuka hutan untuk dijadikan ladang. Mereka memberi tahu Bathin, tentang maksud membuka ladang diwilayah hutan yang mereka pilih. Bila telah selesai urusan ini, maka mereka menebang pohon-pohon yang ada dihutan yang mereka pilih. Yang ketiga, mereka menanam benih padi. Kemidian mereka menanam ubi kayu beracun dan sayur-sayuran serta tanaman-tanaman lainnya. 
 
Menjerat hewan, menangkap ikan dan meramu hasil hutan. Biasanya orang Sakai juga menjerat berbagai jenis hewan liar, (kijang, kancil, babi hutan) atau hewan lainnya yang secara tidak sengaja terjerat. Mereka juga menangkap ikan dengan menggunakan cukah yang terbuat dari anyaman rotan. 




Selain itu, mereka juga menggunakan jaring untuk menangkap ikan kecil-kecil. Serta menggunakan serok untuk udang-udang yang berada dirawa-rawa. Kegiatan ini dilakukan ketika kegiatan di ladang berkurang atau seusai menanam padi. Di samping itu mereka juga meramu atau mengumpulkan hasil hutan. Seperti dahan-dahan kering untuk kayu bakar, jamur setelah hujan turun, pucuk-pucuk daun untuk bumbu, damar, kemenyan, kapur barus dan karet.

Orang Sakai dikenal sebagai pembuat benda-benda anyaman tikar dan rotan yang baik. Semua orang bisa membuatnya. Karena kebanyakan peralatan mereka terbuat dari anyaman dan ikatan. Mereka mengayam berbagai wadah dan tempat untuk membawa barang. Di samping itu mereka juga ahli dalam membuat berbagai macam jenis mainan, yang merupakan replika dari rumah, mobil, istana, kapal terbang dan sebagainya yang mereka buat dari daun kapau.


 Suku Sakai: Perjuangan Berkompromi Dengan Modernisasi

Latar belakang tersebut membuat saya tertarik untuk datang ke lokasi ini. Menurut saya, ada hal yang menarik selain masih kurangnya pengetahuan saya akan suku bangsa ini, namun juga saya tertarik mengaji bagaimana suku bangsa ini bisa bertahan dalam arus globalisasi dan modernisasi, apalagi saat Sumatera bergeliat dengan Kelapa Sawit dan Minyak Bumi.

Ketertarikan ini membawa saya pada wawancara singkat dengan Bathin Sakai Sobanga, Bpk M. Yatim. 

 
M. Yatim, Bathin Suku Sakai Bathin Sobanga

 
Oh ya, sistem pemerintahan dalam Suku Sakai ini dapat dilihat dalam foto ini:

Ini adalah sistem pemerintahan dalam Suku Sakai secara umum
Sistem Pemerintahan yang ada dalam Bathin Sobanga

Bathin selain untuk penyebutan sebagai kerapatan suku adat, bisa juga untuk penyebutan sebagai Kepala Suku atau Pimpinan Adat. Pada Suku Sakai Bathin Sobanga ini, Bathin dipimpin oleh Mohamad Yatim yang lahir pada sekitar tahun 1942. Saya mencoba merangkum percakapan saya dengannya.

T: Berapa populasi Suku Sakai sekarang ini, pak?

J:
Suku sakai saat ini (secara keseluruhan) terdiri dari 13 batin. Masyarakat suku sakai dipercaya berjumlah puluhan ribu. Dalam Bathin ini saja terdapat 300an Kepala Keluarga. --> Kepala suku punya 4 anak, 6 cucu. Mungkin bisa diperkirakan.
T: Bisa diceritakan sedikit tentang Suku Sakai?

J:
Kami hidup terasing, tersingkir oleh perkembangan teknologi dan modernisasi. Hutan dan tanah Sakai dicaplok pemerintah. Tonggak sejarah, ditemukan ada ladang minyak tahun 1931. Lalu eksplorasi besar-besaran di Tanah Sakai. Namun, tak ada yang diberikan dengan nilai sepadan.
Masyarakat suku sakai dianggap perusak lingkungan. Sehingga masyarakat ini terusir dan berpindah-pindah mencari ladang tinggal baru. Akhirnya masyarakat tersingkir dengan sendirinya.


T: Bagaimana cara mempertahankan Suku Sakai?


J:
Mempertahankan kampung itu sangat sulit. Apalagi zaman Soeharto. Masyarakat selalu dikatakan sebagai perusak hutan. Perambah liar. Pernah suatu ketika suku-suku pedalaman dikumpulkan oleh CPM (Polisi Militer), lalu mereka dipaksa keluar (dari hutan) dan dibawa pos keamanan. Mereka ditelanjangi dan disuruh mendiami ilalang itu. Saat itu, suku sakai untungnya tidak sampai seperti itu, hanya beberapa kali ada pemanggilan dari CPM untuk sosialisasi. Saya coba mengangkat semangat suku sakai agar bisa berjalan ke depan. Bagaimana bisa berbuat sesuatu sehingga bisa hidup berdampingan.

T: Ada peran pemerintah?

J:
Pembinaan sosial dari pemerintah itu asal-asalan. Kami dibuatkan sekolah, ya sekolah. Kami dibuatkan fasilitas, ya tinggal. Tapi kami mau hidup bagaimana? Tak ada penghidupan. Maka kami kembali ke hutan. Namun, Kami dianggap merusak hutan. Merusak bagaimana? Paling satu tahun kami menebang pohon untuk membuat ladang padi cuma habis 2 hektar.


T: Bagaimana interaksi dengan orang luar?


J:
Saya memulai (perbauran sosial) dengan mengundang orang luar datang ke daerah Sakai. Yang diharapkan oleh suku sakai adalah penghidupan. Bukan tempat tinggal atau pendidikan. Setelah ada penghidupan yang jelas, tempat tinggal dan pendidikan itu adalah hal-hal yg mengikuti. 



T: Bagaimana penghidupan atau cara Suku Sakai bertahan hidup?

J:
Mata pencaharian masyarakat Suku sakai adalah berkebun karet dan berkebun sawit. Dengan sistem tanam campur. Ada yg menanam sawit, ada yg menanam karet. Kalau mencari ikan dengan tombak, beberapa masih ada. Tapi masalahnya, ikan yg dicarinya yang tak ada. 



T: Masyarakat berkebun di hutan adat?


J:
Saat ini (khusus bathin Sobanga) punya sekitar 300 hektar hutan yang tidak diperbolehkan ditebang. Kami menjaganya dengan sanksi. Kalau ada (suku sakai) yang menebang satu pohon, maka harus diganti pohon lagi. Penebang juga didenda minimal didenda satu tepak sirih (sebuah tempat seperti bakul yg harus diisi emas penuh). Kalau ada penebang dari luar, ya bisa dibunuh.

300 hektar hutan itu tidak bisa diambil sama sekali. Dibiarkan begitu saja. Itu dinamakan Rimbau adat. Masih ada pohon langka seperti kulim, seminai, gaharu di dalamnya.



T: Bagaimana penentuan penempatan lokasi Rumah Adat Sakai ini?

J:

Penempatan lokasi Rumah Adat ini sudah ada dari dulu, dari jaman nenek moyang. Pada pembangunan ulang rumah adat ini, Masyarakat disertakan dalam rancang bangun. Materi kayu, dulu dan sekarang berbeda. Dulu meranti dan bahan-bahan yang tak mudah dimakan rayap. Sekarang, bahan kayu tersebut sudah tak ada. Tapi masyarakat memesan beberapa materi kayu ini dari perusahaan yang membantu membangun. (Landasan rumah adat ini juga sepenuhnya besi)

T: Arsitektur rumah ini unik, bisa diceritakan?

J:
Rumah terbagi atas rumah induk 11x9m, ada dua anjung sitimbal balik di bagian sayapnya. Apapun yang bersifat mufakat diselesaikan di rumah ini. Yang beranda depan disebut potapak (petapah) jatuh ukurannya 4x9m. Di bagian belakang disebut Gajah monusu yaitu bagian dapur. Semua ada ukurannya, ada filosofinya.

T: Bagaimana proses pembangunan Rumah Adat Sakai?

J:
Gedung lama terakhir dipakai pada tahun 2000. Setelah itu rusak. Proses bangun ulang dimulai pada tahun 2012. Selama dibangun ulang, aktivitas adat ada di rumah penduduk atau masjid. Agama Islam masuk 1917. Sebelumnya animisme.
Islam Baru 3 generasi (sebelum Bathin). Setelah merdeka, sebutan Sakai karena pada saat melawan Jepang, orang Sakai terkenal kebal dan sakti. Ilmu kebal disebut sebagai Berkumatan. Ilmu yg berhubungan dengan dewa-dewa. Tradisi animisme. Saat ini, ilmu beladiri masyarakat sakai ya Pencak silat. 

T: Saya tertarik dengan hutan adat. Luasnya begitu besar, 300 hektar. Bagaimana menjaganya?

J:
Untuk menjaga 300 hektar hutan Rimbau Adat, ada laskar yg terdiri dari masyarakat suku sakai sendiri. Mereka diberikan pemahaman agar tidak menebang lagi. Namun hanya memanfaatkan hasil hutannya saja (karet dan sawit). 



***