Wednesday, December 17, 2014

PSLNGKH

Hai pecinta,
Semoga sudi membaca kisah ini.

Inilah kisah sang Peselingkuh,
yang bermesra pada waktu yang angkuh;
bercumbu pada saat menjelang subuh;
berpeluk pada nasib yang setengah utuh.

Inilah kisah sang Peselingkuh,
Padanya hanya ada tubuh yang tak berjiwa,
Mencari dambaan yang telah terikat perkawinan.
Bukan hendak menghancurkan, tapi hanya melepaskan ego yg tak tertahan.

Inilah kisah sang Peselingkuh,
Ia yang memulai tragedi ini:
Menggali lubangnya sendiri, terjerembab dan terjebak dalam kenangan.
Tak bisa keluar tanpa pertolongan.

Inilah kisah sang Peselingkuh,
yang tak bebas memiliki:
Waktu, ruang, dan tubuh.
Ia dihakimi masa lalu yang belum,
atau tak pernah,
atau memang tak ingin
diselesaikan.

Ialah sang peselingkuh!
Yang mencium bibir suamimu dalam kegelapan, bercumbu dalam rapatnya tembok.
Tembok-tembok yang rapuh.
Menyebarkan suaranya dan suara suamimu melenguh.
Membiarkan badannya dan badan suamimu bertukar peluh.

Karena pada peselingkuh,
Ada api tenang yang diam-diam melenyapkan.
Yang tak pernah padam atau tak ingin dipadamkan.

Kau mencintai suamimu.
Si peselingkuh mencintai suamimu.
Dan suamimu: AKU.

Sunday, December 14, 2014

Schwellenangst.

"Schwellenangst is a fear of crossing a line, a border, or a threshold; entering into a new phase in life."
Gue mesti bilang kalo gue sempet mengalami sebuah kompleksitas mental bernama Schwellenangst ini. Takut memasuki fase baru dalam hidup mungkin karena apa yang telah kita hidupi sudah dirasa cukup dan membuat nyaman. Kejanggalan ini mulai gue rasa dari tahun 2011an, masa-masa penulisan skripsi. Ya. Gue pernah mikir buat apa gue lanjutin nulis skripsi kalau ternyata keilmuan gue ini belum cukup menjadi modal gue bergelar sarjana. Terlalu mudah bagi orang-orang untuk jadi sarjana, padahal keilmuan mereka belum bisa dipertanggungjawabkan.

Selain tekanan idealisme itu, muncul lagi masalah-masalah baru. Gue takut keilangan temen, gue takut keilangan pacar, gue takut segala yang udah gue bangun semenjak mahasiswa ilang gitu aja. Haha. Ternyata, itu beneran kejadian semua di tahun 2012. Tahun 2012, gue putus dari Nanda. Gue sempet mentally breakdown berbulan-bulan. Gue sampe gatau lagi bagaimana cara memulai. Mungkin sampe sekarang gue masih kebawa trauma dengan berhubungan yang terlalu serius, walaupun ga separah tahun 2012-2013.

Terus, masuk lagi ke fase wisuda. Temen-temen yang biasa gue temuin dalam 6 tahun, mulai ilang satu persatu. Semakin lama, kampus bukan lagi tempat yang menyenangkan. Banyak wajah baru yang berdatangan yang ga gue kenal, yang membuat gue terusir dengan sendirinya. Hehehe. Sementara pergaulan anak-anak jaman sekarang udah beda banget, gue sulit untuk gabung.

Gue tipe orang yang butuh beradaptasi dengan orang baru dan lingkungan baru. Itu mungkin yang membuat gue mikir untuk ogah geser dari lingkungan kampus (tadinya). Sampe akhirnya gue berpikir, kalo gue begitu terus gue akan stuck disitu aja dan usia gue bakal sia-sia aja gitu. Dunia ini berputar dan kita gabisa minta waktu berhenti untuk nungguin ketinggalan kita doang, men!


Pertanyaan gue lalu berubah, mau sampe kapan Schwellenangst, haq?

***

Tawaran kerja dateng dari Metro TV. Gue diminta untuk jadi bagian dari korporasi mereka untuk terjun dalam divisi yang sedang mereka kembangkan dalam waktu pendek ini, dan (mungkin) untuk menjadi sebuah anak perusahaan mereka dalam waktu panjang. Gue udah mulai sedikit demi sedikit berani untuk melangkah. Gue terima pinangan Metro TV. Beruntungnya, Metro TV punya lingkungan pekerja yang memudahkan gue sebagai orang baru untuk cepat beradaptasi. Ga ada gap antara orang lama - orang baru atau semacamnya. Semua diterima dengan sejajar tanpa ada bentuk subordinat.

Untuk masalah perempuan, ini lain lagi. Untuk yang ini, sampe sekarang gue emang masih terlalu hati-hati. Gue sempat mencoba berhubungan dengan beberapa perempuan, tapi hasilnya nol besar. Mungkin ketololan gue adalah mencoba membanding-bandingkan (dalem hati) antara perempuan-perempuan ini dengan Nanda. Emang butuh waktu untuk akhirnya bisa netral lagi cuk. 
Sekarang alhamdulillah gue udah jarang keingetan lagi haha. Rahasianya? Lost contact sama sekali. Sekarang yang jadi kendala bukan lagi masalah ngebandingin perempuan lain dengan Nanda, tapi justru bangun dan nemuin chemistry dengan perempuan. Sekarang gue anaknya gampang ilfeel. Hahahahaha. Lagipula, entah kenapa justru sekarang ini gue pengen lebih serius lagi berhubungan. Gue pengen cari istri. Karena alasan itu juga mungkin, makanya gue terlalu berhati-hati milih. :D

***

For me, personally, I think it better to have gone too far than not far enough, it’s always better to know rather than to wonder about what could have been. We will have learnt something, about life and ourselves. We will know better next time.

*Cheers*

Thursday, November 27, 2014

Sihirmu Tia

Kemarin aku sedang mabuk, karena mabuk aku jadi jujur.
Terlalu jujur malah.
Padahal aku sudah sekian lama berkelit. 
Bukan karena mengelak dari perasaan,
tapi gengsi.
Gengsi yang diucap berkali-kali, nyatanya luntur.

Pas mabuk, aku bilang apa?
Kau dengar sendiri.
Itulah sihirmu Tia.

Tuesday, November 18, 2014

Aum

Sebagai perempuan, ketika kau bertemu lelaki, jangan keburu lihat tampang dulu. Tampan bisa dibentuk kapan-kapan. Lewat operasi plastik misalnya jika kau mau cari cara paling instan. Atau, jika kau bersabar, tampan bisa dibentuk lewat kebiasaan. Membiasakan. Siapapun lelakinya bisa jadi tampan jika kau terbiasa dengannya. Apalagi hanya dengan dia setiap harinya. Jangan juga keburu lihat badan bagus. Badan juga bisa dibentuk kapan-kapan, enam-tujuh bulan latihan rutin juga bisa tegap dan kekar. Paling penting, cari lelaki yang punya kualitas otak dan sikap. Karena lelaki brengsek, akan sulit jadi tak begitu.

Percayalah pada lelaki yang pelihara binatang. Semakin langka binatang yang ia pelihara semakin baik. Alasan paling penting adalah lelaki yang biasa memelihara binatang selalu memiliki rasa untuk dibagi. Katanya sih. Tapi, sepertinya itu bersifat universal. Katanya-katanya-katanya-katanya. Begitu katanya.

N to M

Halo. Kembali lagi. Nyala lagi.
2014 ini adalah tahun yang sepi sekaligus ramai.

Liat aja perbandingan tulisan di tahun ini dan tahun lalu, jomplang.
Tapi tahun 2014 ini merupakan tahun yang lumayan ramai.
Ramai diisi oleh orang-orang baru.

Berteater dengan kelompok baru, bekerja dalam lingkungan baru, bertemu perempuan baru.
Semua serba baru tapi banyak yang terlalu cepat berlalu.

Tahun ini, lumayan ramai juga dengan banyak hal yang ga berhubungan sama diri sendiri.
Piala Dunia, Lebaran, dan Pemilihan Presiden yang waktunya hampir bersamaan.
Semuanya ramai. Semuanya bersorak.
Tapi dalam akhir perjalanan, selalu ada yang menang ada yang malang.

Oh tentang judul tulisan ini, N to M.
Bisa jadi maksudnya November to March.
Bisa jadi Nihaq to Mmm..

Entahlah tahun ini, gue lebih banyak merefleksi diri.
Tahun-tahun ini juga gue lebih sering mikirin kapan nikah, kapan nikah...
Mungkin bawaan umur-umur segini kali ya?
Haha.

Tapi lucu juga, temen-temen gue masih nganggep gue cowo yang jago deketin cewek.
Padahal ya dari jaman 2012 gue putus itu juga masih aja gue ga bisa seyakin itu dengan namanya pacaran (lagi).
Buat memulai lagi juga kadang-kadang gue terlalu sinis pada diri sendiri.
Hahaha.

Tapi, ya sekarang jadi kepikiran juga..
Mungkin gue emang udah ga butuh pacaran kali ya. Biar langsung aja gitu. Cus.

Tapi, siapa?
Ntar juga nemu.
Siapa?
Ntar juga nemu.
Terus aja muter pertanyaan dan jawaban yang kaya gitu.


//

Udah ah. Selamat membaca kembali. :)

Friday, November 7, 2014

Kembang Api

“Kapan kamu petik kembangmu? Ibu sudah ga sabar nunggu panenan. Punya kembang-kembang kecil lucu yang bisa ibu timang-timang. Coba kamu bayangkan – ”

“Hehehe, ya kan kembangnya masih dipilih bu”

Anak lelaki ibu hanya bisa menjawab diplomatis. 
Di sampingnya ada perempuan, sekretaris anak lelaki ibu. 
Dalam hati perempuan itu hanya menggerutu.


“Seandainya kau tahu mas, kembangmu ini kembang api. Masih kau pilih kembangmu, apinya sudah meledak di dada ini.”

Kedoya, 25 September 2014

Thursday, November 6, 2014

Head to Toe

And then I saw you,
with that splendid purple shoe
you are magic, head to toe
no wonder I love you

O girl, i wanna be with you.

Thursday, January 30, 2014

Tentang Damhoeri

Tentang Damhoeri. Ia seorang pengamen jang poenja mimpi djadi anak pedjabat teras. Ia ta’ mau tjapek-tjapek djadi pedjabat. “Lebih enak djadi anaknja adja, karena tinggal habisi doeit orangtoea. Foja-foja dan pesta setiap saatnja”, katanja.
Waktoe itoe, kali pertama akoe kenalan dengannja saat toeroen angkoetan kota bersama. Akoe bawa kandang jang berisi piaraankoe. Damhoeri penasaran karena akoe bawa binatang jang ta’ ladzim dipiara manoesia. Akoe piara roebah dengan boeloenja jang berwarna oranje kemerah-merahan seperti api jang menjala-njala. Ia orang jang banjak tanja karena rasa ingin tahoenja jang besar. Ternyata orangnja ramah dan bersahadja, walaoepoen moekanja tampak sangat menakoetkan.
Akoe ngobrol sebentar dengan Damhoeri karena penasaran djoega dengan kehidoepan djalanan teroetama jang mereka rasakan sendiri. Hanja ingin tahoe soepaja ada motivasikoe teroes oentoek bersjoekoer kepada Allah SWT.
Dia laloe bercerita singkat, menoempahkan kekesalannja kepada orang-orang djaman sekarang jang sedikit sekali peduli pada orang miskin matjam mereka. Bahkan terkadang, dianggap ada poen tidak. Dia pernah sekali waktoe ngamen di angkoetan oemoem, dimana semoea orang menggoenakan alat bantoe dengar jang tersamboeng dengan ponsel atau pemoetar moesik mereka. “Bagaimana mau njanji? Oentoek dengar soeara kita sadja, koeping mereka soedah disoembat. Gimana nanti mereka djadi Presiden atau Pedjabat? Masa maoenja denger jang enak-enak teroes..”
Sajangnja, Damhoeri pamit tjaboet dan njamboeng lagi ngamen di angkot berikoetnja. Ini seperti ironi dalam kehidoepan. Perbedaan jang ada poen semakin lebar dan nganga. Gila djoega. Banjakin sjoekoer-sjoekoer adja lah kita. Agak djaoeh berdjalan, akoe boeka tas. Akoe lihat alat bantoe dengar pemoetar moesikkoe. Laloe kami poen berpisah. Aku teroes berdjalan, dia ada di kotak sampah.