Friday, February 5, 2016

Social Media Analyst (Based on Research)

Media Sosial menjadi alat yang begitu powerful semenjak kehadirannya di era 2000an. Dimulai dengan berbagai forum diskusi via internet, instant messaging, blogging, sampai mikro blogging seperti Facebook, Twitter, Path dan sebagainya. Penggunaannya pun tidak hanya sebagai alat untuk menyebarkan kisah atau pengalaman hidup, namun seiring dengan dimungkinkannya interaksi dengan sesama pengguna internet maka media sosial juga telah berkembang menjadi alat politik dan bisnis.

Kekuatan media sosial dalam politik misalnya, seperti untuk mengorganisasi individu tidak bisa disepelekan lagi. Kita bisa melihat efek yang dihadirkan media sosial ketika gelombang protes menyebar di Timur Tengah dengan gerakan yang kita kenal dengan Arab's Spring. Rezim para pemimpin diktator yang memimpin negara-negara di Timur Tengah dan Afrika tersebut runtuh karena gerakan massa yang dikelola dari media sosial.

Lalu, lihat bagaimana negara seperti Hongkong, China dan Korea Utara secara ketat mengatur penggunaan media sosial bagi warga negaranya. Yap, lagi-lagi karena mereka telah memahami bahwa media sosial tidak saja berguna dalam menggapai informasi, namun bisa menjadi senjata yang ampuh bagi masyarakatnya untuk meruntuhkan sebuah rezim.

MEDIA SOSIAL DI INDONESIA

Dalam risetnya http://www.smartinsights.com/social-media-marketing/social-media-strategy/new-global-social-media-research/, Indonesia menjadi negara yang masuk dalam 10 besar penggunaan beberapa platform di media sosial. Indonesia berada di peringkat 6 pengguna Facebook terbesar dunia; peringkat 10 pengguna Youtube; sementara untuk Twitter dan Google, Indonesia menjadi yang nomor satu!

Penggunaan media sosial dalam politik di Indonesia pun telah dibuktikan secara jelas dalam Pemilihan Umum 2014 lalu. Bagaimana kandidat calon presiden dan wakil presiden, Prabowo Subianto dan Hatta Radjasa yang didukung koalisi partai penguasa dengan mesin politik yang mumpuni kelimpungan dengan kampanye kandidat calon Presiden Joko Widodo yang memanfaatkan secara maksimal media sosial sehingga persebaran kampanyenya mampu mengalahkan mesin-mesin politik Prabowo Subianto yang telah berpengalaman dan lebih mumpuni.

(Secara lebih detail tentang kontribusi masyarakat Indonesia dalam penggunaan internet dan media sosial bisa dilihat dari paparan Simon Kemp ini http://www.slideshare.net/wearesocialsg/digital-social-mobile-in-2015.)

Lalu, apakah media sosial erat kaitannya dengan politik? Tentu tidak melulu media sosial berkaitan dengan Politik. Media sosial adalah media alternatif turunan dari media konservatif. "Media is an instrument on communication, like a newspaper or a radio, so social media would be a social instrument of communication". Media sosial juga dapat dilihat sebagai sebuah alat untuk berbisnis. Dilihat dari penggunanya yang setiap tahun meningkat, biaya yang lebih murah dibanding di media konservatif, serta pertimbangan lainnya maka media sosial membuka kesempatan bagi tiap individu untuk mendapatkan keuntungan dari bisnis yang dikelola di media sosial.

Bisnis seperti apakah yang membutuhkan media sosial? Semua bisnis membutuhkan media sosial. Saya katakan, semua bisnis membutuhkan media sosial! Entah berperan dengan fungsi sebagai marketing, sebagai Public Relation, atau peran-peran lainnya. Hootsuit dalam blognya memaparkan paling tidak 10 keuntungan penggunaan media sosial dalam berbisnis (http://blog.hootsuite.com/social-media-for-business/)

Tiap fungsi media sosial dalam bisnis memiliki peran uniknya masing-masing. Media sosial sebagai Public Relation misalnya berfungsi untuk menjalin komunikasi dengan para kompetitor, para pengguna jasa, dsb. Media sosial sebagai marketing artinya menggunakan media sosial untuk keperluan penjualan dan bagaimana media sosial bisa menggenjot keuntungan bisnis. Peluang ini juga saya tangkap dengan mengaplikasikannya dalam dunia kerja. Cara-cara yang saya paparkan di atas tadi lebih self-centered. Sementara yang saya lakukan saat ini adalah bagaimana media sosial bisa berimplikasi lebih dari luar, dari faktor eksternal. Yap, mengelola sentimen adalah fungsi yang paling berpengaruh dalam bisnis. Karena sentimen positif di media sosial terhadap sebuah produk akan memunculkan citra yang baik pula bagi sebuah produk. Dalam bisnis, CITRA yang baik adalah modal UTAMA.


MENGELOLA SENTIMEN

Seringkali entitas bisnis tidak mengetahui bagaimana pentingnya prestasi, sebuah produk yang baik dan berbeda dari kompetitor, pencapaian yang baik, serta segala sesuatu yang positif dan menginspirasi merupakan nilai jual yang amat berharga dan YANG HARUS DIKETAHUI oleh konsumen. Sekecil apapun prestasi dan pencapaian-pencapaian itu, tentu akan berpengaruh pada nilai jual sebuah entitas usaha. Departemen Sales dan Marketing pasti akan menggunakan segala usaha mereka untuk menjual segala kebaikan sebuah produk yang akan dijual kepada calon pembeli, namun bagaimana agar calon pembeli yakin bahwa produk yang mereka akan beli merupakan produk yang layak dibeli? Ya, cara termudah adalah mencari positive testimonial terhadap produk tersebut, kan?

Yap. Pengelolaan sentimen dengan analisis data inilah yang mulai saya kembangkan di Media Research Center, Metro TV. Sebagai pilot project, saya mengerjakan sebuah proyek dengan client besar dengan nilai proyek yang juga tidak sedikit. Tujuannya? Mengelola sentimen dengan pemaparan segala data-data terbaik tentang entitas bisnis mereka di media sosial. Artinya lo bikin fake testimonial, dong? No. Itulah yang menjadi pembedanya. Tetap ada strategi yang saya gunakan dengan tetap mengutamakan pengembangan riset dan data. Berbeda dengan para marketing agency yang mengelola akun-akun resmi dan bertindak sebagai spokeperson resmi, saya justru bertindak agar netizen mengemukakan sentimen positifnya dengan sukarela terkait entitas bisnis/produk usaha. Ya, memang akan meliputi Public Relation dan Marketing, tapi itu semua akan mengerucut pada bagaimana media sosial akan membantu tim yang PR dan Marketing entitas bisnis ini dalam meyakinkan para calon pembeli bahwa they are not talk shit about their product.

PELUANG MASA DEPAN?

Saya pikir ini akan menjadi sesuatu yang lazim di masa depan. Sebenarnya pola-pola seperti penggunaan fake account untuk membantu campaign sebuah produk/person sudah amat lazim di masa-masa lalu. Banyak akun-akun anonim yang berfungsi untuk menjelekkan sebuah produk/person karena berbayar. Atau penggunaan buzzer-buzzer influencer sebagai brand ambassador juga sesuatu yang lazim. Ya, cara-cara ini sudah lazim dan USANG.

Saya rasa penggunaan analisis data dan riset dalam pengembangan sebuah produk dan pengelolaan sentimen, serta monitoring secara komprehensif belum banyak yang menggunakannya, dan INILAH MASA DEPAN. Bagaimana sebuah data dan riset bisa meyakinkan para calon pembeli bukan dengan cara berjarak dengan pihak-pihak tersebut namun justru menjadi bagian dari mereka. Bukan bekerja dengan menggunakan logika para produsen, namun bekerja dengan logika konsumen.Ya. Inilah yang sedang saya kerjakan.