Saturday, June 29, 2013

Review Pementasan Musikal Ariah (@matah_ati)

Gue dateng ke Monas bareng Wano, Macel sama Indun. Disana kami masuk lewat pintu pameran monorel. Persis di deket parkiran Gambir. Abis itu, kami langsung bergegas menuju tempat pertunjukan persis berada di depan Monas. Kami dapet tiket Ariah hasil menang undian dari @matah_ati yang dimenangkan Wano. Doi berhasil dapet 5 tiket gratis. Tadinya kami akan berangkat berlima, ditambah Maftuh. Sayang Maftuh gabisa dateng di detik terakhir karena ada liputan mendadak.

 

Monas, baru dateng nih..

Masih sama dari terakhir gue dateng..

Nih lembar tiket Ariah..

Setelah masuk ke dalam area penonton, gue ngeliat setting panggung yang luar biasa keren dan settingan lampu yang walaupun belom nyala udah bisa gue prediksi pasti keren banget! Jadi stage itu berbentuk segitiga-segitiga yang berbidang miring dan lebar. Sehingga para penari bisa mengeksplorasi gerak dan tarian dengan jarak yang renggang. Sangat kolosal!

Selama pertunjukan, gue cuma bisa bergumam: "Anjing.. Anjing.. Anjing..!" "Tai..!" "Ngentot.. !". Gue orgasme secara audio visual ngeliat pementasan ini.. MEN!!! Si Erwin Gutawa ada dibalik orkestrasi pertunjukan ini, Jay Subiakto dibalik stage director pertunjukan ini, dan entah siapa yang berada di balik tata lampu dan video mapping pertunjukan ini itu semua adalah oknum-oknum yang paling bertanggung jawab karena gue NGENCRIT EPISTEMOLOGIS!

Karena ini bagus banget, gue gabisa cerita lebih lanjut. Faak! Gue kasih gambar-gambar dari foto gue aja ya.. Bodo amat lah resolusinya jelek.. Hahaha.



Monas dan Stage Ariah

Tata Lampu yang kontoool!


Dengan Video Mapping, stage lebih keliatan kontoool!

Monas bisa begini..








Ini adegan paling keren.. Gue sebut ini sinar Cyclops!



Friday, June 28, 2013

Dan Pemenang Aktris Pembantu Terbaik Jatuh Padaaaaa....

"CHAINSAW MAID with a sprinkle of Lux Aeterna.."



Ini adalah salah satu stopmo animation yang ceritanya sederhana sekali. Ceritanya cuma tentang bagaimana seorang pembantu rumah tangga menyelamatkan keluarga tempatnya bekerja dari serangan zombie, dengan sebuah senjata: gergaji mesin. Lumrah? Iya. Lumrah banget sih cerita gini, senjata gini dan lalalilinya. Terus apa yang bikin bagus menurut gue adalah imajinasi si pembuat film dalam menggarap film sederhana ini. Bagaimana imajinasi liarnya bisa diterapkan dalam film. Tidak sesuai dengan norma dan kebiasaan sosial? Ga jadi masalah. Justru kevulgarannya ini yang sangat asyik!

Thursday, June 27, 2013

Tembok

Gelombang berkali-kali ingin bertemu, menghantammu.
Kau tetap kuat mengoyak riak satu persatu.
Angin berkali-kali ingin bertemu, menjatuhkanmu.
Kali ini kau bersembunyi dibalik cendana.
Sembunyikan isak satu persatu.

Ketuklah hatimu,
Karena itulah tembok yang paling keras sedunia.

Wednesday, June 26, 2013

82

Ada fase di hidup gue yang perlu gue singgung sedikit. Rada aneh juga sih ini, haha. Jadi gini, ada masa dimana gue pernah menemukan bahwa hidup gue dikelilingi, secara koinsiden, sesuatu yang berbau dengan 82. Yap. Delapan dan Dua. Ini bukan angka tahun lahir seseorang, bukan. Bukan juga nomor rumah seseorang, bukan. Apalagi nomor togel, bukan. Tapi ini adalah sebuah sekolah menengah atas negeri yang bernomor demikian di Jakarta.

Krik.

***

Karena niatnya cuma buat nyinggung doang, jadi gue ga bakal ceritain gimana-gimananya karena yaa.. gimana ya.. Privasi sih. *tai*
Yaudalah ya. Jadi segitu aja dulu deh untuk malem ini. Hehehe. :D

Passion

Beberapa hari ini gue amat sangat banyak belajar dari kehidupan tentang passion dan pengaruhnya dengan kehidupan. Banyak temen-temen gue yang melakukan sesuatu yang amat sangat berseberangan dengan passion mereka, justru karena menginginkan agar tuntutan-tuntutan sosial yang dibebankan kepada mereka bisa terlaksana. Sah-sah aja sih, ga ada yang salah. Tiap orang kan dibesarkan dalam lingkungan dan latar belakang yang berbeda juga. Gue adalah salah satu orang yang begitu. Orangtua gue selalu menuntut gue untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan, bukan yang gue inginkan. Masuk UI, Wisuda, dan sebagainya adalah salah satu tuntutan-tuntutan yang kenyang banget gue lahap.

Tapi, gue pikir, ini saatnya gue jalanin hidup gue dengan passion gue sendiri. Umur gue bukan umur anak-anak lagi yang harus terus nurut dituntut. Sixto Rodriguez, seorang musisi dari Amerika, adalah salah satu contoh bagaimana dia melakukan sesuatunya dengan passion yang tulus. Melakukan apa yang dia cintai, dan mencintai apa yang ia lakukan. Walaupun doi terkenal, doi tetap milih hidup sederhana dan menjadi pekerja keras disamping (ketimbang) hidup bergelimang harta, punya rumah bagus, dikenal sebagai musisi superstar. Atau kisah Alexander Supertramp, seorang hipster yang memilih jalanan untuk menempa hidupnya setelah selesai bermanja-manjaan dengan fasilitas yang diberikan orangtuanya.

Kadang, passion sedikit diatas ambisi. Orang-orang yang penuh ambisi hanya menjalani hidup mereka dengan target-target-target dan target tanpa bisa menikmati setiap detik hidupnya. Passion, adalah bentuk metafisik. Lo emang ga pernah bisa ngeliat bentuk realnya passion. Dia cuma bisa lu rasain ketika lu ketemu dengan seseorang. Jadi, maklumin aja kalo susah dipahamin.

Gue mikir, Teater dan menulis adalah salah satu passion terbesar gue. Fotografi dan filsafat adalah skill gue. Sisanya, biar gue temuin orang-orang yang bisa membuat gue belajar secara informal, karena gue muak dengan sistem edukasi formal yang makin lama makin kaya tai kucing. Menyenangkan sekali kalo bisa bertemu orang-orang dan selalu menempatkan diri sebagai orang paling bego sedunia, karena gue bisa menyerap semua pengetahuan-pengetahuan mereka tanpa terlihat sebagai orang yang-tau-segalanya.

Ini gue. Ini tulisan gue. Ini hidup gue.

*Lo ada masalah?*

26 Juni 2013

Bulan ini gue kurang produktif banget yah buat nulis-nulis. Sebenernya ada beberapa sih hal yang ngebuat gue rada-rada males nulis. Tapi ada ga sih cerita di dunia ini tentang bagaimana penulis menyalahkan pembaca? Kayanya ga pernah ada deh cerita itu. Kebanyakan cerita yang ada itu justru pembaca yang menyalahkan penulis. Umum emang dan begitulah yang memang terjadi. Pembaca adalah raja yang menguasai interpretasi, membunuh si penulis atau peduli setan tentang penjelasan-penjelasan si penulis walau si pembaca tidak pernah sedikitpun meminta agar penulis memberi klarifikasi. Gitu.

Yah tadinya gue udah mempersiapkan beberapa tulisan review jalan-jalan gue. Ada juga beberapa tulisan yang nangkring aja gitu di draft dan jadi basi, ada juga yang belom sempet gue tulis tapi idenya udah ada. Entah kenapa semuanya jadi males gue lanjutin nulisnya sampe selesai. Kaya kemaren tuh gue sempet jalan-jalan ke Pantai Indah Kapuk dan nemu dua tempat yang sama sekali baru buat gue. Pertama adalah Yayasan Buddha Tsu Zhi Indonesia yang arsitektur gedungnya keren banget. Mungkin sangat umum sih arsitektur begitu di China, tapi jarang banget ada arsitektur begitu di Indonesia. Kedua adalah Taman Wisata Air Kapuk, juga di Pantai Indah Kapuk. Untuk pertama kalinya lu bisa nemuin wisata alam yang sangat jauh berbeda. Disana lu bisa liat bagaimana berbagai jenis burung-burung dan tanaman mangrove yang ada di Jakarta sebagai border alami untuk mencegah banjir. Tempatnya juga lumayan adem dan keren, keren buat foto-foto.

Tadinya dua tempat itu mau gue ulas dengan lebih rinci. Tapi, ga ada waktu dan niat ah.. Hahaha. Yaudah jadinya begini aja dulu, siapa tau nanti gue niat nulis lagi terus ada keajaiban deh buat nyelesaiin review jalan-jalan gue. Hahaha.

*Cheews*

Tuesday, June 25, 2013

Room 9204


Gue mau bikin skenario judulnya Room 9204. Tapi berhubung ini ceritanya bakal susah untuk dijadikan pertunjukan teater, jadinya kemungkinan besar ini akan gue jadiin skenario film. Genre filmnya Slasher nih. Kenapa Slasher, karena menurut gue jenis film Slasher di Indonesia belom terlalu banyak sehingga cerita-ceritanya masih bisa digali lebih jauh. Buat yang tertarik produserin cerita ini untuk dijadiin film, boleh lho hubungin gue. Hehehe.

Nah berikut ini adalah sinopsis dari skenario film yang sedang mau gue bikin.

[Disclaimer: Sinopsis ini adalah karya gue dan mengandung muatan-muatan eksplisit yang perlu dapat perhatian lebih dari orang dewasa, karena kalo lu baca ini mentah-mentah jatohnya gue kaya nulis cerita stensilan.. Hahaha]


ROOM 9204
Ardi, seorang petugas pembersih kamar tidak sengaja menemukan kartu akses masuk kamar yang terjatuh milik seorang pemilik kamar. Ia tidak mengetahui itu milik siapa. Namun, bukannya dikembalikan kepada pihak apartment, ia malah menyimpan kartu itu karena timbul sebuah rencananya untuk memanfaatkannya.

Ketika pergantian shift, Ardi tak segera pulang. Ia diam-diam mengendap dan masuk ke kamar yang nomornya tercantum dalam kartu tersebut: 9204. Niat awalnya hanya untuk mengambil barang-barang berharga milik si pemilik kamar. Namun, setelah ia memperhatikan barang-barang dan foto-foto telanjang pemilik yang berada dalam kamar itu, ia justru mengubah niatnya dengan yang lain: bersembunyi dan mengintip aktifitas si pemilik kamar itu. Karena ternyata si pemilik kamar adalah seorang dokter perempuan yang sangat cantik dan juga memiliki fantasi yang luar biasa..

***

Donita, si pemilik kamar, masuk kamar dengan perasaan bingung karena sesungguhnya ia merasa kehilangan kartu akses masuk kekamarnya namun ternyata kamarnya berada dalam keadaan yang tidak dikunci, dan kartu akses masuk itu berada di alat pengungkit listrik kamar. Donita panik namun setelah mengecek seluruh barang-barang berharga yang ia miliki, Donita mengurungkan niat untuk menelpon pihak keamanan apartment karena tidak ada satupun barang berharganya yang hilang. Ia lalu berganti baju, melakukan phone sex dengan seorang lelaki sambil bermasturbasi.

Kegiatan ini diperhatikan betul oleh Ardi yang bersembunyi di balik lemari yang memiliki kisi-kisi yang cukup lebar untuk mengintip. Ardi menonton dan menikmati seluruh adegan-adegan itu, sambil mencoba bermasturbasi juga. Usai bermasturbasi, Donita mengambil handuk dan bergegas hendak mandi. Sementara Ardi, yang ikut bermasturbasi belum sempat keluar air maninya.

Sebelum sampai kamar mandi, ponsel Donita berbunyi. Donita menjawabnya. Ternyata Donita sedang berbicara dengan seorang Bandar Narkoba dan Donita sendiri adalah bagian dari gurita peredaran bisnis narkoba dan perdagangan perempuan. Ia diteror untuk melunasi hutang-hutangnya atau keluarganya terancam dibunuh. Si Bandar lalu menutup telfon itu, Donita terduduk lunglai di sebuah bangku kayu. Ia lalu mengambil sebotol vodka. Ia meminumnya langsung dari botol. Di dalam lemari, Ardi bergerak dan terlalu berisik sehingga Donita mencurigai bahwa ada seseorang di dalam lemari.

Donita lalu mengambil pisau dapur, Ardi melihat itu dengan tegang. Donita mendekat ke lemari lalu menancapkan pisau kearah lemari tersebut, Ardi teriak bukan karena terkena hunusan pisau itu tapi karena terkejut!. Donita mengambil lagi pisau yang sempat terhunus ke dalam lemari tersebut dan membuka pintu lemari. Ardi tampak terkejut dan Donita juga demikian. Donita bertanya kepada Ardi, siapa dia dan kenapa ia bisa masuk ke dalam kamarnya. Ardi menjelaskan semuanya, terutama tentang kartu akses masuk kamar hotel yang ia temukan dan membuatnya penasaran sehingga masuk ke dalam kamar. Ia menjelaskan bahwa tadinya ia hendak mencuri barang-barang berharga di kamar itu namun karena melihat foto telanjang Donita yang berada di meja, ia lalu hanya ingin mengintip aktifitas Donita dan pergi. Lalu Donita bertanya apa saja yang sudah diketahuinya, Ardi menjawab seluruhnya dari awal sampai akhir..

Donita masih tampak tidak percaya. Ia takut jika Ardi adalah mata-mata polisi atau intel yang hendak menangkapnya. Lalu Donita meminta dompet dan memeriksa seluruh kartu identitas Ardi. Setelah memeriksa seluruh identitas Ardi, dengan tetap menodongkan pisau, Donita menyuruh Ardi untuk membuka seluruh pakaiannya. Ardi tampak bingung. Tapi ia diancam dengan pisau oleh Donita. Akhirnya Ardi membuka seluruh pakaiannya kecuali celana dalam yang ia kenakan. Donita bertanya mengapa Ardi tak membukanya, Ardi menjawabnya dengan takut: karena ia malu. Lalu Donita membuka sendiri celana Ardi dan meraba Ardi. Karena kemaluannya itu diraba, Ardi tidak bisa menahan ereksi, Donita lalu melakukan oral seks. Dibawah todongan pisau, Ardi lalu diminta untuk berbaring oleh Donita. Donita, yang juga sedang dalam keadaan mabuk, lalu melakukan oral seks dengan sangat liar.

***

Donita masuk kamar mandi dan mandi. Ardi terbaring dalam keadaan lemas di lantai. Pakaiannya berantakan dimana-mana. Suara bel kamar berbunyi. Ardi terkejut, ia segera bergegas membereskan pakaian-pakaiannya dan bersembunyi lagi ke dalam lemari. Suara bel berbunyi lagi, kali ini diikuti suara pintu yang terbuka. Seorang pria berumur masuk ke dalam kamar tanpa diketahui Donita. Selesai mandi, Donita masih berbicara-berbicara tentang "permainannya" tadi yang diarahkan kepada Ardi, namun Donita terkejut karena yang berada dikamarnya justru seorang lelaki yang ternyata Bandar narkoba yang tadi menelfonnya.

Alex, si Bandar narkoba, menyuruh Donita yang masih berlingkar handuk itu untuk duduk di kursi kayu sambil mengahadapnya. Tatapan Alex yang dingin membuat Donita mati kutu. Alex berjalan mengelilingi Donita, sambil mempertanyakan kesungguhan Donita melunasi hutang-hutangnya. Ia lalu berdiri dibelakang Donita, memberikan semacam kompromi untuk mengurangi nilai hutangnya. Tangannya mulai membelai rambutnya, membuka handuknya, dan meremas-remas payudara Donita. Donita membalasnya dengan lenguhan. Alex lalu menyalakan rokok, meneguk beberapa gelas Vodka, dan berdiri di hadapan Donita sebelum membuka retsletingnya. Dengan penuh tekanan, ia menyuruh Donita melakukan oral seks untuknya sebagai tanda kesungguhan Donita melunasi sebagian hutangnya. Donita menurutinya. Alex meminta Donita melakukan itu dengan penuh gairah. Donita hanya bisa terus menurutinya. Beberapa kali Alex menyiksa Donita dengan menyundutnya menggunakan rokok, mencekik, serta menampar Donita. Donita hanya bisa menahan sakit.

Ardi yang sedari tadi melihat adegan itu dari dalam lemari, menjadi geram. Saat Alex meminta Donita untuk melakukan perkelaminan, Donita sedikit mengelak. Alex marah lalu menampar Donita dengan kencang. Karena tamparan yang terakhir itu, Ardi keluar dari lemari dan menghantam kepala Alex berkali-kali dengan bangku kayu. Alex terkapar mati di lantai dengan luka sobek besar di kepala. Ardi panik, namun Donita justru menenangkan Ardi dengan cara menarik lengannya dan meminta untuk melanjutkan hubungan perkelaminan itu dengan Ardi. Donita menyuruhnya untuk duduk di bangku kayu. Ia mengikat tangan Ardi dengan borgol dan menutup matanya dengan kain hitam lalu melakukan perkelaminan dengan Ardi. Namun, disinilah justru Ardi menghadapi terror yang sebenarnya. Donita mempersiapkan sebuah tas berisi alat-alat bedah disamping Ardi dan memulainya dengan menenangkan Ardi sambil menciumi seluruh badan Ardi. Ketika Ardi sudah siap bermain, Donita mengambil posisi duduk di pangkuan Ardi.

Ditengah permainannya dengan Donita, Ardi ditanya tentang apa yang sudah Ardi dengar selama berada di dalam lemari. Maka setelah selesai Ardi menjawab pertanyaan itu kuping Ardi diiris dengan pisau oleh Donita yang duduk dipangkuan Ardi. Ardi teriak kesakitan. Lalu Donita sambil tetap melanjutkan perkelaminannya, bertanya tentang apa yang sudah Ardi lihat, maka setelah Ardi jawab, Donita membuka tutup mata Ardi dan mencongkel mata Ardi dengan garpu. Ardi teriak kesakitan, mencacimaki dan meronta-ronta. Ditengah teriakannya itu, Donita bertanya lagi tentang apa yang sudah Ardi lakukan, Ardi hanya berteriak. Donita lalu memotong lidah Ardi. Ardi yang meronta-ronta kesakitan tidak bisa berbuat apa-apa karena kaki dan tangannya diborgol.

Ardi menggelepar sekarat di lantai kamar hotel itu. Donita lalu memegang kemaluan Ardi, sambil sekali lagi bertanya tentang apa yang sudah Ardi lakukan.. Ardi hanya bisa berteriak tanpa perlawanan. Donita lalu mengambil pisau bedah dan memotong kemaluan Ardi; dan menyumpalnya kemulut Ardi yang meronta-ronta kesakitan itu. Ardi menggelepar-gelepar dan mati kehabisan darah.

***


Donita selesai mandi. Ia sudah berpakaian rapih dan keluar dari kamar hotel dengan membawa tas kopernya. Meninggalkan dua sosok lelaki dengan perut yang belum kering terjahit.

***

Tamat.

Wangsit

#

Watching Life of Pi

##

"..And in the end the love you take is equal to the love you make.."
                                                             - The Beatles

###

"...We've come too far to give up who we are.."
                                                           - Daft Punk

Setelah kejadian-kejadian ini, gue percaya kalo wangsit itu ga selalu dateng melalui bisikan ghaib. Wangsit bisa jadi adalah koinsiden-koinsiden yang sebetulnya bukan sesuatu yang ingin lu rencanakan tapi dapat terjadi begitu aja dan itu semua terjadi dalam bentuk yang nyata, bukan ghaib! Wangsit bisa jadi adalah cerita film yang ga sengaja lo tonton, atau lagu-lagu yang lu ga sengaja dengerin.

*ngunyah pager*

Wednesday, June 19, 2013

#

Cradle Song

Golden slumbers kiss your eyes,
Smiles awake you when you rise ;
Sleep, pretty wantons, do not cry,
And I will sing a lullaby,
Rock them, rock them, lullaby.
Care is heavy, therefore sleep you,
You are care, and care must keep you ;
Sleep, pretty wantons, do not cry,
And I will sing a lullaby,
Rock them, rock them, lullaby.

- Thomas Dekker (1572-1632 / England)

Wednesday, June 12, 2013

A Random Blog

Logo Baru Blog inii..

Jadi ceritanya gua mau sok bikin apasih tuh namanya, avatar yang ada di tab bar itu.. Bikin yang iconik gitu niatnyah.. Terus abis itu liat bahasa-bahasa latin.Gue suka banget bahasa latin yang dijadiin mottonya Tottenham Hotspur, klub kesukaan gue. Audere est Facer, To dare is to do. Tapi, gue bingung nyimbolinnya. Sebenernya gue cuma mau pake shape-shape sederhana. Segitiga, 0 dan titik yang digabung jadi satu. Kurang pas aja kalo make Audere est Facer kalo simbolnya kaya yang diatas begitu. Maka dari itu, gue cari motto yang lain. Seeing is Deceiving. Tadinya gue nyari via google translate dan itu tulisannya videns fallax. Tapi setelah kroscek berkali-kali kok ga relevan. Trus gue nyari lagi dan akhirnya ketemu: Videre est Seduci. Bukan dalam arti yang sebener-benernya sih dari Seeing is Deceiving. Videre est Seduci konon artinya To See is To Be Seduced. Beda bentuk tapi gue pikir sama aja maknanya. Akhirnya, gue jadiin aja lah Videre est Seduci sebagai motto blog ini. Hehehe

 To Dare is To Do
To See is Too Be Seduced

*Cheers*


#Buta

Lama sudah kita berada dalam simpang dua yang enggan kau pilih kemana kita semua akan berakhir. Diantara jalan-jalan lurus itu, kita selalu memilih jalan yang paling sulit. Namun, ketabahan adalah kemuakan laten yang bersembunyi di balik telapak tangan. Ia yang siap berbalik kapan-kapan. Ia yang berselimut dalam kebiasaan-kebiasaan kecil yang hampir luput dari pandangan dan pertanyaan.

Aku mencintaimu dalam kegelapan. Dalam pengetahuan yang terbatas. Karena gelap menyediakan harapan luas yang tak kutemukan dalam terang. Menjadikan aku tersesat dan bermalam dalam malam-malam bersamamu.

Saya harap kau takkan datang, terang..

Kapan?

Kapan sih orang-orang di negeri ini bisa menghargai produk-produk buatan Indonesia? Bikin pesawat, kita bisa. Bikin mobil, kita bisa. Bikin motor, kita jago. Bikin robot, kita juga jago. Semua teknologi yang orang-orang negeri ini bisa ciptakan juga ga jauh kualitasnya daripada buatan luar negeri, tapi kenapa pemerintah di Indonesia ini ga mau memprioritaskan karya anak-anak bangsanya sendiri sih??

Kasus paling parah ya Habibie dengan IPTN-nya. Bener-bener sia-sia aja gitu seluruh kemampuan yang dimiliki oleh Habibie karena ga dimaksimalkan oleh pemerintah. Kapan sih negeri ini bisa maju dan berdiri di kaki sendiri? Produk-produk garmen ga selalu brand dari luar negeri. Restoran makanan cepat saji ga melulu dari luar negeri. Kapan gitu Ayam Sabana bisa jadi lokal brand yang mendunia?

Emang sih, jatohnya itu semua adalah perusahaan swasta. Bukan milik pemerintah. Tapi ya mbok pemerintah itu kasih support gitu kek buat semua produk dalam negeri. Kalo ga bisa ngasih modal duit, ya seenggaknya pemerintah bisa sedikit demi sedikit menyetop arus barang-barang dari luar negeri yang masuk ke Indonesia lewat kebijakan perdagangannya atau dengan undang-undang yang mengatur pembatasan industri-industri atau perdagangan bebas. Takut banget Indonesia dibilang mengancem sistem perdagangan bebas, ya? Ya peduli setan lah. Kita harus jadi negara maju dulu baru deh ikut perdagangan bebas. Kalo nggak begitu, kita cuma jadi sapi perah doang, sementara kita ga bisa berdiri melulu dengan kuat diatas kaki sendiri. Modal kita masih belom siap coy buat jadi salah satu pesaing dalam ekonomi global. Secara mental, infrastruktur, ya banyak laaah.. Gue yakin sarjana ekonomi kita lebih paham yang beginian daripada gue. *Eh, tapi sama aja sih kalo sarjana ekonominya udah keburu kena pengaruh sistem liberal-kapitalis, hahaha*

Ah, gue tetep percaya lah kalo kita bisa jadi negara maju. Mungkin cicit (nya cicit) gue kali yang bakal melihat Jakarta bisa sekelas New York. Hahaha.

*Cheers*

Monday, June 10, 2013

Filsafat 2006

(Sebelum gue bener-bener cabut, gue mau nulis beberapa momen-momen yang harus gue tulis.)

Emang sih masa SMA gue adalah masa-masa yang paling indah. Sebagai remaja.
Tapi kalo ngomongin bagaimana kedewasaan gue terus menerus ditempa, gue rasa beberapa teman di angkatan gue di Filsafat UI 2006 menjadi salah satu tempat yang membuat hidup gue punya tambahan masa-masa yang indah juga.

Etep, Mbe, Dadang, Ane, Adi, Damm, Ching, Eki, Ucok, Bimo, Klaudia, Vicky, Acid, Truly, Giska, Fathia, Ado, Moti, Puri, Okta, Miko, Oje, Uwi, Odah, Jody, Gambreng. Belom lagi orang-orang yang udah keburu cabut sebelom masanya: Aji bule, Aji padang, Boston, Ulin Nuha (yang sempet bikin tim futsal filsafat isinya anak angkatan 2006 doang), Yudhi, Bonne. Mereka semua orang-orang yang menurut gue paling bisa diandelin selama ini. Bukan berarti yang lain yang ga gue sebutin ga bisa diandelin, cuma mereka yang paling bisa diajak ngumpul dan seru. Ga nikmatin hidup sendiri-sendiri doang aja gitu, jadinya momen-momen bareng-bareng itu tetep nempel. Bersama mereka juga, filsafat angkatan 2006 bikin kampus lebih "wangi", "hidup" dan "berwarna".

Makasih yak!

2012
2011

2011
2010

2010
2009

2008

2007

2007

2006
2006

2006

Silakan Membenci Silakan Memaki Sesuka Hati

Sebelum-sebelumnya kan udah gue kasihtau ya: blog aing kumaha aing. Di sini, posisi gue bukan reporter yang punya prinsip cover both side. Gua pemilik blog coy. Ibaratnya gue yang punya kolom opini. Cuma di blog ini gue bisa keluarin segala sesuatu yang ada di otak gue menjadi versi gue. Inget lagi lah ya, kalo ini cuma blog amatiran dan bukan media massa online. Maka dari itu, sebagai penulis pun gue ga memaksa lu, para pembaca, untuk harus selalu setuju dengan opini-opini gue yang gue tulis di sini. Jadi, silakan membenci, silakan memaki sesuka hati. Hahaha.

Saturday, June 8, 2013

Unek-Unek Dikit.

Kecuali Andik dan Boaz,

Kepada Yang Saya Hormati Seluruh Pemain Tim Nasional Indonesia dan Jajaran Staff (Pelatih dan Manajer);
La Nyala Matalitti Cs. (Oknum-oknum yang paling bertanggungjawab atas carut marutnya kompetisi sepakbola lokal di Indonesia sehingga menghasilkan pemain bermental tidak kompetitif); dan Djohar Arifin (Ketua PSSI, sama bertanggungjawabnya atas carut marutnya prestasi tim nasional sepakbola Indonesia).

Maaf, saya tidak akan menggunakan paragraf ini sebagai paragraf pembuka berisi basa-basi. Setelah menonton pertandingan persahabatan antara Indonesia lawan Belanda, saya ingin sekali mengucapkan sesuatu untuk anda sekalian: Bikin malu bangsa, lu semua!

Kepada para pemain, saya harap anda tidak tersinggung dengan tulisan saya berikut ini, mengingat semua keringat yang telah kalian kucurkan demi membela tim nasional. Tapi saya takut, keringat yang kalian keluarkan semua di atas lapangan tadi hanyalah demi membela ekonomi keluarga. Karena saya tidak melihat adanya kemauan kalian untuk bermain mengimbangi permainan Tim Nasional Belanda. Saya tidak melihat mental jago sepakbola kalian (kecuali Andik dan Boaz) yang selalu kalian perlihatkan di kompetisi lokal ketika kalian bermain melawan pemain tim nasional Belanda. Dimana itu semua? Apa memang hanya uang yang ada dibalik keringat kalian semua? Atau sekedar keinginan untuk bertukar jersey asli tim nasional dengan pemain Belanda idola kalian menjadi satu-satunya motivasi kalian bermain?? Sekali lagi, permainan kalian mengecewakan. Terbukti, kemampuan kalian yang luar biasa hebat di kompetisi lokal sangat melempem jika melawan tim nasional yang para pemainnya memiliki mental-mental hebat. Segini sajakah kemampuan kalian? Terutama untuk para pemain asing yang sama sekali tidak memiliki darah Indonesia dan berani-beraninya bermain untuk tim nasional. Saya pikir, kalian sama sekali tidak membantu tim nasional kami bermain lebih baik dan memberikan perubahan yang berarti untuk prestasi tim nasional kami. (Kepada seluruh pemain) Jika anda masih memiliki waktu di tim nasional, saya pikir gunakanlah waktu itu untuk kalian berikan kepada pemain-pemain lain yang memiliki kemampuan lebih baik daripada anda atau untuk pemain-pemain muda menambah jam terbang internasional. Kalian adalah keterwakilan saya dalam lapangan sepakbola. Kalian adalah wakil saya dalam cabang sepakbola. Seharusnya, ketika kalian telah menggunakan jersey tim nasional, tanggungjawab itu harus kalian tanamkan sedalam-dalamnya dalam benak anda semua. Sehingga, kebanggaan untuk menggunakan jersey tim nasional itu bisa menjadi semangat kalian melawan tim manapun di dunia ini. Saya percaya, kebanggaan para pemain Iraq menggunakan kostum tim nasional sehingga mereka bisa Juara Asia (walaupun negara mereka berada di tengah krisis, porak-poranda karena perang dan ditengah minimnya fasilitas sepakbola seperti stadion bertaraf internasional yang tidak mereka miliki) bisa menjadi inspirasi kalian. Kalian memiliki segalanya di negeri ini, tapi saya takut materi yang disediakan untuk anda di negeri ini membuat kalian menjadi manja dan tidak mampu bersaing dengan tim lain.

Kepada para staf pelatih dan manajer tim, saya harap anda juga tidak tersinggung dengan tulisan saya berikut ini. Anda terpilih dalam waktu yang sangat singkat. Saya bisa memaklumi kualitas komunikasi dan taktik yang tentu akan sulit dimengerti oleh para pemain tim nasional yang belum pernah melakukan kerjasama dengan kalian. Tapi kalian memiliki beberapa pemain yang sudah kalian percayakan mampu membawa taktik itu berjalan sempurna. Namun, apakah terus menerus bertahan dan membuang bola ketika pemain mendapat bola adalah salah satu taktik yang kalian ajarkan kepada para pemain tim nasional? Kalian tentu memahami bahwa postur-postur pemain tim nasional Indonesia relatif pendek ketimbang pemain-pemain tim nasional Belanda, tapi mengapa kalian tidak melarang pemain Indonesia melakukan umpan lambung dan umpan jauh? Dan mengapa kalian tidak mampu mengantisipasi bola-bola umpan atas yang menjadi kelemahan tim nasional kami?? Sekali lagi, tentu saya memahami bahwa ini semua sudah pasti kalian pikirkan sebelumnya. Tetapi saya memang tidak bisa terlalu menyalahkan kalian ketika keterpilihan kalian dilakukan mendadak dan kalian hanya diberikan materi pemain-pemain yang memiliki kemampuan teknik, mental dan intelektual yang terbatas. Waktu masih terbuka sangat lebar, tentunya kalian memiliki waktu untuk berbenah dan mengevaluasi diri dan taktik-strategi. Semoga kedepannya kalian mampu meracik dengan baik dan tidak lagi mengulangi kesalahan hari ini: Membuat malu bangsa Indonesia.

Kepada La Nyalla Mataliti dan Djohar Husein. Apakah anda sudah puas dengan hasil ini? Saya harap satu diantara kalian, berhenti untuk mengeksploitasi sepakbola di Indonesia ini menjadi komoditas ekonomi semata. Anda sudah tentu menyaksikan bahwa kompetisi yang anda gadang-gadang sebagai kompetisi terbaik setanah-air nyatanya hanya mampu menghadirkan juara-juara melempem saja. Kompetisi anda gagal menghasilkan tim profesional yang terbebas dari anggaran pendanaan daerah. Kompetisi anda gagal independen dan bebas dari kepentingan politik, saat beberapa klub nyatanya masih dibiayai atau menjadi kendaaraan politik pejabat daerah/partai. Kompetisi anda gagal menghadirkan pemain-pemain berkualitas yang memiliki mental bermain selevel dengan pemain dunia dan determinasi yang kuat. Kompetisi anda gagal membina pesepakbola muda menjadi pemain yang siap menjadi tulang punggung tim nasional. Kompetisi anda gagal menghadirkan tim nasional yang kompetitif. Saya tidak tahu mana dari antara kalian yang merasa tersindir dengan kalimat saya. Semoga sindiran saya tidak ditanggapi dengan negatif, karena nilai sindiran yang bermuatan positif. Saya sangat mengapresiasi kempampuan lobby anda semua bisa menghadirkan tim latih tanding yang berkualitas bagi tim nasional sehingga mampu membuat para penonton senang melihat banyak pemain kelas dunia yang bermain di Indonesia. Namun itu saja tidak cukup. Saya tidak ingin lagi disenangi dengan kesenangan semu dan palsu. Saya sudah muak dengan kekalahan dan kekalahan. Kekalahan tetaplah kekalahan, mau itu diterima saat melawan tim nasional dunia atau tim nasional amatir. Bagi saya, kita (khususnya kalian) sudah seharusnya berhenti berpikir demikian: bahwa kalah melawan tim dunia adalah sebuah kewajaran. Sudah saatnya kita bangkit menjadi tim nasional yang disegani di dunia! Tapi selama hanya kekalahan yang kita dapatkan, saya rasa kita tidak akan pernah belajar dan mengevaluasi tiap kekalahan tersebut, sehingga untuk apalah semua hal yang sudah kalian lakukan kecuali uang yang kami berikan dan mungkin mampir ke kas anda semua. Sistem yang selama ini hadir sama sekali tidak berjalan, LALU DIMANA REVOLUSI ITU?

Untuk kita semua, termasuk saya. Jangan berhenti bermimpi. Jangan berhenti mengkritik. Kita pasti bisa menjadi bangsa yang disegani dunia!


Tertanda,


Nihaqus Yuhamus
Seorang Penggemar Tim Nasional Sepakbola Indonesia.

Thursday, June 6, 2013

Malem Jumat Lho Nih..

Halo. Mumpung ini hari Kamis dan lagi libur juga, gue mau ceritain hal dalam hidup gue yang menarik bagnet buat gue ceritain. Ini termasuk salah satu terlucu dalam hidup gue: Kerasukan! Dalam hidup gue, hal yang paling mendekati bersentuhan dengan pengalaman ghaib ya cuma saat gue ngeliat kaya asep gitu terbang dari atas pohon mangga gue saat gue mau balik ke rumah dari masjid abis solat Isya. Itu kejadian gue lupa tahun berapa, tapi yang jelas sebelum rumah gue direnovasi jadi Ka'bah gini deh dan gue waktu ngeliat itu ga langsung ngibrit atau gimana, gue cuma mikir kalo itu asep orang abis nembak pake senapan angin gitu... Dan setelah dipikir-pikir ngapain juga ada orang nembak pohon mangga doang ga ada mangganya.... Nah, di post ini gue bakal ceritain pengalaman pertama gue kesurupan.. Hahahaha, sebenernya agak kocak juga kalo gue inget kejadian ini. Ya, tapi namanya kita hidup sekali, harus diisi dengan berbagai percobaan lah supaya tau asam garam kehidupan. #yoi

***

Ceritanya begini, ketika itu hari Rabu malam. Tahun 2012. Gue lupa banget persisnya tanggal berapa tapi pada saat itu temen gue, Diko Rinaldo alias Ado abis selesai ujian sidang skripsi. Lalu dia ngundang temen-temen deketnya deh buat merayakan kelulusannya dengan bakar-bakar ubi cilembu di sebuah tempat di pinggiran danau, masih di wilayah FIB UI. Ketika acara berlangsung, sebenernya gue masih ada acara di gedung IX dan ketika kelar acara dan menuju lapangan parkir. Sebenernya gue waktu itu belom niat banget buat langsung gabung bareng anak-anak di pinggir danau itu tapi saat itu gue ketemu Anca dan ngobrol sedikit. Gue lupa persis Anca ngomong apa, yang jelas dia nyuruh gue buat datengin sebuah tempat deket anak-anak pada bakar-bakaran ubi cilembu itu kalo gue mau dapetin "batu bertuah". Bak Harry Potter yang ngedengerin cerita Anca, gue langsung sumringah...

***

Oke intermezzo dikit, mungkin lu agak kentang dengan "batu bertuah" apa yang gue maksud. Oke gue akan cerita kejadian yang lebih jauh dulu ya sebelum kejadian hari H. Gini, gue adalah orang yang dari dulu sangat penasaran dengan dunia jin atau sebangsanya. Gue bahkan selalu berdoa ke Allah dulu untuk dibukakan mata bathin gue supaya bisa melihat makhluk ciptaanNya yang itu. Gue juga punya keinginan dulu untuk bisa ngobrol dan berkomunikasi dengan bangsa mereka, sambil tentunya punya keinginan buat menundukkan mereka. Pas gue kuliah, gue ketemu dengan seseorang yang menurut gue paling mistis se-FIB UI namanya Mas Yudhi yang juga adalah yang ngajarin gue di Teater Sastra. Klop lah. Dari beliau, gue tambah tau tentang dunia-dunia begituan. Beliau juga adalah orang yang suka banget sama "batu bertuah" begitu secara beliau juga jawara
dari Banten. Dan pada suatu hari, saat gue tinggal nunggu sidang skripsi, gue bilang sama mas Yudhi kalo gue pengen banget sebelum lulus bisa ketemu "mereka" dan dapetin "batu bertuah". Lalu dengan entengnya, mas Yudhi nyuruh gue untuk datengin sebuah tempat yang terletak di hutan-hutan FIB menuju menara air itu. Menurut beliau, gue tinggal diem aja disitu sampe "mereka" nyamperin lu sendiri, pas mereka udah dateng tinggal minta deh cariin "batu"-nya. Sesimpel itu.

***

Oke balik lagi ke cerita. Karena rasa penasaran yang sangat menggebu-gebu, gue akhirnya dengan semangat menuju pinggir danau tempat si "batu bertuah" itu berada. Letaknya, gak jauh dari tempat Ado bakar-bakaran itu. Gue sempet mampir dulu agak lamaan disitu, kasih selamat, foto-foto api unggun terus gue akhirnya memutuskan untuk pergi ke tempat yang sudah dikasihtau Mas Yudi dan Anca itu, sendirian. Ketika itu gue cuma ngebawa kamera poket dan diri gue sendiri. Karena tempatnya ga jauh dari tempat anak-anak pada bakar-bakaran, gue akhirnya mencoba untuk jalan menuju tempat itu dan mulai memasuki hutan-hutan. Sambil jalan gue ngeliat sekeliling dengan awas. Takut-takutnya juga ada orang lagi asyik-masyuk pacaran atau lagi transaksi illegal logging kan serem juga. Hahaha. Singkat cerita, disitu banyak sampah, sehingga gue belom masuk lebih jauh. Gue masih ada di muka hutan itu diem dulu sambil liat-liat sekeliling. Gue waktu itu juga ngeliat ada boneka berbaju putih yang kayanya emang sengaja banget ada orang iseng gantungin di atas pohon. Terus gue foto. Abis itu, gue duduk bersila sebelum gue ngelanjutin masuk hutannya lebih dalem. Gue bermunajat sama Allah untuk minta perlindungan dan minta kepada Allah supaya gue bisa diperlihatkan bangsa jin.

Setelah gue selesai berdoa, gue mulai masuk ke dalam hutan sambil melewati tumpukan beberapa sampah itu. Tumpukan sampah itu banyak banget dan menumpuk. Gue justru takut ngejeblos kedalem tumpukan sampah karena lu ga bener-bener tau apa yang lu pijak kan disitu. Gue nyoba ambil bagian-bagian pinggir tumpukan sampah yang masih keliatan tanahnya jadi gue tau apa yang gue pijak. Nah, singkat cerita gue udah cukup berada di dalem walaupun gue masih bisa denger suara anak-anak itu pada ketawa-ketawa, main gitar, nyanyi-nyanyi. Gue diem dan berdiri aja di dalem hutan itu, karena mustahil gue duduk diantara tumpukan sampah. Sekitar 30 menitan gue nunggu, sambil terus berdoa minta diperlihatkan sosok-sosok dari bangsa jin. Sesekali gue emang ngerasain kehadiran mereka lewat suara-suara dan gerak-gerak daun dan ranting yang bergerak. Tapi gue masih mencoba positif terus, gue mikir kalo suara-suara itu dari kucing atau dan gerakan dari atas pohon karena angin, kelelawar atau tupai. Gue juga ngeliat sekelebat cahaya kaya lampu gitu, bergerak pelan.. Men.. ini uji nyali yang sesungguhnya men! Gue perhatiin.. Gue perhatiin terus! Gue memicingkan mata... Gue fokusin.... Dan meeeen!!!! Gataunya itu emang lampu bis kuning yang nerobos masuk ke dalem hutan ini... Hfftt.. kirain uji nyali udah dimulai..

Karena gue ngerasa ga ada yang tertantang untuk narsis nyamperin gitu dalam bentuk sosok gitu, akhirnya gue keluar dari area hutan itu. Agak kecewa sih huft. Lalu gue balik melewati boneka berbaju putih itu lagi dan sekali lagi ngefotoin boneka itu. Nah, bagian paling serem ada setelah ini..

***

Gue akhirnya balik lagi ke tempat anak-anak dan duduk di deket api unggun sambil ngabisin sebatang rokok. Entah kenapa saat itu, gue bawaannya pengen ngelamun terus merhatiin sebuah titik di pinggir danau seberang, wilayah Fakultas Teknik. Padahal gue udah mencoba untuk selalu mikir-mikir dan ngobrol. Nah! Pada saat itu gue ngerasain ada semacam asep yang gumpal-gumpal di dada gue. Sesek banget rasanya dan mual banget!. Itu kaya ada lima belas kali isepan asep rokok yang langsung lu telen gitu. Karena mual itu, entah ada apa gue berdiri dan lari melaju supaya gue muntah menjauhi temen-temen gue. Semacam ada yang bikin gue mikir kalo gue muntah di deket temen-temen, gue bakal malu dan nantinya diketawain. Gue terus lari (padahal kontur di pinggir danau itu semacam terasering dan itu gue lari semacem ga takut jatoh sama sekali) ngejauh dan ngejauh sampe mau ngedeketin danau, dan yang paling epik adalah gue setengah sadar disitu! Di sebuah pohon gue berenti dan muntah... (Njir gue merinding lagi). Disitu gue bener-bener muntahin seluruh isi makanan gue... Abis gue muntah, gue baru balik sadar dan gue istighfar! "ASTAGHFIRULLOH! Kenapa gue bisa ada disiniiii!!!". Saat gue sadar itu, gue liat tempat gue sama anak-anak pada ngumpul itu jauh bangeeet!! gue langsung merinding dan badan bagian belakang gue langsung dingiiiiiiiinnnnn banget!!! Nih ya dari tengkuk sampe belakang lutut itu dingin banget dan gue ngerasa beraaaaattt banget kaya lagi ngegendong gitu.

Gue sekuat tenaga balik lagi ke tempat anak-anak bakar-bakaran tadi. Capeeek banget sumpah. Nafas gue jadi tersengal-sengal menggebu gitu.. Mata gue mulai berat kaya mau tidur gitu.. Gue udah mulai gemeteran dan suara gue udah mulai agak-agak berubah. Akhirnya gue berhasil balik lagi ke tempat anak-anak. Gue duduk di deket Awan dan gue ngajak ngobrol Awan sambil masih gemeteran. Karena abis muntah, gue ga ngerasain lagi itu asep-asep yang ada di dada gue yang sebelumnya gue rasain.. Justru badan gue dingin kaya ada "sesuatu" yang nemplokin gitu dan berusaha untuk menguasai gue..

Sumpah, gue kaya orang mabok jelasin ke Awan kalo ada "sesuatu" di badan gue. Gue berusaha banget untuk ngelawan supaya "sesuatu" itu ga terus masuk dan ngontrol badan gue sepenuhnya. Caranya, gue olah nafas gue dan sambil terus-terusan berdoa. Tiap kali gue berdoa, makhluk-makhluk itu "tenaganya" ilang. Tapi pas gue kecapean, makhluk-makhluk itu mencoba untuk masuk lagi ke badan gue. Gue harus secepetnya ngasihtau dan bikin si Awan paham dan bisa seenggaknya nolongin gue sebelum gue ga kuat banget nahaninnya... Dan saat gue ngomong ke Awan itu, suara gue mulai berubah sesekali karena ada makhluk yang berusaha banget buat pake suara gue..

Disaat itu gue bilang ke Awan, "Wan, ini yang ngajak lu ngobrol antara gue dan bukan gue...". Untungnya, walau tadinya Awan mikir gue lagi becanda tapi dia langsung paham apa yang gue maksud. Disitu, gue sekuat tenaga ceritain kronologisnya gimana bisa sampe kaya begini, sambil sesekali suara gue berubah sendiri dan "dia" (yang mau pake suara gue tuh) kaya pengen ketawa dengan suara yang super rendah/berat banget..

Karena perubahan gue itu, Etep dan Ana jadi penasaran dan deketin gue. Tadinya Ana mau nanya tentang cerita lalalili masalah percintaan gitu sambil cerita-cerita. Tapi saat gue kasih tau kalo ada "sesuatu" yang nempel di badan gue muka mereka pada percaya ga percaya. Sambil cerita, di pinggir danau arah Fakultas Teknik gue mulai ngeliat titik yang tadi gue lamunin samar-samar jadi asep yang membentuk muka yang lagi ngomong. Tadinya masih samar-samar dan ketika gue merhatiin dengan lebih fokus itu asep mulai terlihat jelas dan membentuk wajah yang tanpa ekspresi. Cuma gerakan di bibirnya aja yang berubah-ubah sehingga gue bilang ke Awan, Ana, sama Etep kalo gue lagi diajak ngobrol sama titik yang ada di seberang sana itu.. Si Asep itu.. Hahahaha. Gue minta Awan untuk bawa gue ke Romo, orang yang bisa tenaga dalam dan bisa ngusir begituan. Ana masih ga percaya gue lagi setengah kesurupan, disangkanya gue lagi giting apa gimana.. Terus dia minta gue baca Ayat Kursi sama Al Fatihah, ya gue bisa baca lah.. Tapi itu ga mempan cooy!

***

Oke, akhirnya gue dibawa sama Awan, Etep sama Ana ke Teater Daun. Kebetulan si Romo lagi bantuin Teater UI atau anak-anak Nartana Budaya (gue juga lupa gitu) disana. Nah, perjalanan dari pinggir danau ke Teater Daun itu beraaaaaat banget. Kaki gue lemes dan tiap kali gue merem, gue diliatin semua-muanya. Jadi ceritanya, badan gue ini ditempelin ga cuma satu makhluk halus tapi ada sekitar lima makhluk.

Yang pertama adalah nenek-nenek. Dia rambutnya ubanan dan dicepol. Dia telanjang, gue cuma bisa ngeliat punggung-kebawahnya aja. Tapi mukanya ga ada. Rata semua. Dia yang gelayutan di punggung gue sehingga gue macem bawa tas ransel gitu... Yang kedua gue ga paham dia siapa, tapi dia bisa ngobrol pake bahasa Inggris (keren juga). Selama perjalanan dari danau ke teater daun itu gue sama Awan ngomong pake bahasa Inggris. Tapi setelah gue sampe di Teater Daun, yang kedua ini ilang. Yang ketiga kakek-kakek. Nafasnya tersengal-sengal. Dia bongkok gitu dan bawa tongkat. Dia yang rebutan make suara gue dan nempel di pundak kanan gue. Yang keempat adalah bocah. Bukan tuyul. Dia main-mainin kaki gue. Nah, yang kelima ini... yang 'katanya' punya daerah situ. Kepalanya kepala harimau tapi badannya orang. Dia pake baju merah metalik gitu dan celananya item. Gue bisa ngeliat mereka semua ketika gue merem. Saat gue merem, mereka bener-bener nampakin wajah mereka semua dan rebutan berinteraksi sama gue lewat suara gue. Yang paling gue rasain dari mereka adalah, mereka seneng banget justru ada gue karena pengen ngobrol sama manusia. Jadi gue semacem alat buat interaksi sama manusia. Nyeeett. Hahaha.

***

Gue akhirnya ketemu sama Romo dan langsung bilang kalo gue lagi ketempelan. Romo langsung bawa gue ke Kantin Motor. Disitu terang banget dan hangat daripada di pinggir danau yang gelep dan anyep. Gue bisa ngerasain kalo si nenek-nenek ini ga masuk ke kantin dan lepasin gelendotannya karena pas gue masuk kantin itu gue langsung bisa berdiri tegak ga bongkok lagi gitu. Nafas gue juga jadi lebih lega.. Sesuatu yang gue rasain di punggung gue bener-bener ilang gitu aja.

Waktu itu Romo nanya-nanya tentang kronologisnya dan gue ga sepenuhnya sadar disitu nyeritain. Si Romo juga ngomong sambil ngasihtau ke gue tentang ina-inu, tapi gue bener-bener hampir ga sadar kaya mau mejem dan ngantuuuuuuk banget... Yang gue lakukan pada saat itu adalah sebisa mungkin terus ngedengerin Romo dan baca-baca Ayat-ayat Qur'an sambil sesekali olah pernafasan.. Tapi karena udah ga konsen banget, gue jadi susah banget olah pernafasan..

Nah...! Abis itu suara gue berubah dan ketawa-ketawa dengan suara yang berat.terus jadi nantangin si Romo gitu. Abis itu Romo ke balik badan gue, dan mulai pake tenaga dalem ngeluarin sesuatu yang ada di dalem badan gue... Itu gue ngerasain banget kaya ada angin yang diangkat dari dalem badan gue. "Sesuatu" itu naik dari perut ke dada, dari dada ke tenggorokan. Pas ampe ditenggorokan itu gue mulai ketawa-ketawa lagi dengan suara rendah, dan abis itu...... Muntah angin.... (Please, ini bukan masuk angin). Abis itu gue balik sadar lagi...

Sialnya, gue ngerasain banget mereka yang pada keluar itu pada nempel-nempel lagi... Dan gue bilang ke Romo kalo mereka pada balik lagi.. Saat itu, gue tau Romo udah capek banget dan dia cuma bisa sugestiin ke gue. Karena waktu itu Romo lagi bantu2 latian, dia ga bisa lama-lama. Dia juga mesti cabut balik lagi ke Teater Daun. Saat itu Romo bilang kalo gue ini lagi sawan. Hahaha. Dia bilang ibaratnya gue ini adalah rumah tawon yang udah sekali bolong akan selamanya bolong, jadi makhluk itu bisa masuk lagi kapan-kapan. Yang bolong ini ga bakalan bisa ditutup lagi.. Tapi sama kaya rumah tawon, ditinggalin atau ditempatin tawonnya lagi ya tergantung gue-nya. Kalo gue yang ngundang masuk, ya masuklah lagi.. Hahahaha.

Oke. Romo cabut dan gue mencoba untuk nahan sendiri dan ngelawan sendiri mereka, enggak sih.. sebenernya gue ditemenin sama Etep sama Awan saat itu. Gue bener-bener bisa ngerasain ada yang nempel2 atau narik atau megang-megang gue, rasanya tuh kaya kesentuh magnet gitulah... Beda sama saat lu dipegang oranglain gitu... Serius ngelawannya itu capek banget.. Itu bikin lu ngantuk dan tidur, tapi gue tau kalo gue ngalahin diri buat tidur pasti gue bakal kesurupan dan pasti gue gabisa ngontrol badan. Tapi si Awan sama Etep bilang kalo dibiarin aja. Biar Awan sama Etep ngajakin ngobrol.

Gini sih, gue pada saat itu bener-bener semacam bisa ngebaca pikiran makhluk-makhluk itu. Gue tau banget, mereka seneng banget ada gue yang bisa jadi mediator gini.. Dan setiap gue merem, itu makhluk-makhluk makin banyak pada dateng dan makin banyak lagi dalam tiap mereman gue. Semacam nontonin gue. Nah yang pada nempel di badan gue ini bener-bener pengen ngomong gitu sama manusia.. Fak.. Gue kasih tau sih ke Awan sama Etep, tapi gue ga mau kalo nanti gue malah kesurupan banget.. Tapi ya akhirnya Awan bilang, insya allah mereka keluar..

Oke. Akhirnya. Gue. Jadi. Mediator.

***

Saat gue jadi mediator itu, gue bener-bener merem dan gabisa melek. Tapi, kesadaran gue ternyata ga sepenuhnya ilang dan gue masih inget betul beberapa momen itu. Gue tetep bisa tau apa yang mereka omongin dan yang paling epik adalah gue bisa tau apa yang mereka mau omongin sebelumnya gitu.... Jadi dalam pejaman mata gue itu, gue semacam bisa berhadapan langsung sama si jin-jin ini, jadi apa yang mereka obrolin itu semacam gue lagi nonton jin-jin ini lagi ngobrol gitu..

Yang pertama ngobrol adalah si kakek-kakek. Saat masuk, dia mengucapkan salam. Assalamualaikum. Dia pake bahasa Jawa dan gue ngomong bahasa JAWA! Padahal seumur hidup gue ga pernah bisa ngomong bahasa Jawa! Hahahaha. Suara gue berubah jadi orang yang ngomong sambil tertatih-tatih gitu ngatur nafas yang berat kaya kakek-kakek. Terus Awan nanya nama si kakek ini siapa. Tapi ga dijawab sama si kakek ini, dia bilang buat apa tau. Si Kakek-kakek ini bilang kalo dia suka sama gue, dia bilang gue berani dan dia bilang dia bakal ada terus di samping gue. Dia cuma nitip pesen itu doang ke Awan dan supaya dikasihtau ke gue.. Abis itu, dia pamit dan ngucapin salam lagi..

Abis itu gue bisa melek lagi... Berasa banget lebih lega abis si kakek-kakek itu cabut. Tapi gue ngerasain masih ada lagi yang mau ngobrol... Dan akhirnya gue mejem lagi.. Mulai deh perubahannya muncul lagi.. Nah, yang kedua ini adalah si "penguasa" daerah itu. Pas masuk, dia ketawa-ketawa. Suaranya berat banget. Dan pada saat Awan ngucapin salam, si jin ini ga jawab. Dia bilang dia bukan muslim. Dan dia ngakuin kalo gue ini berani tapi terlalu sombong, jadinya lucu. Pada saat itu gue paham, maksud Lucunya disini itu bukan lucu secara fisik atau suka ngelawak. Tapi lucu yang dia maksud adalah gue belom punya ilmu apa-apa tapi udah berani masuk ke wilayah dia. Abis itu Awan bilang ke jin ini tentang sosok Mas Yudhi.. Tapi si jin ini malah ketawa-tawa dan malah balik minta Awan kasihtau kalo dia gatakut dan malah nantangin Mas Yudhi. Abis itu, dia bilang dia mau pergi. Sesaat setelah Awan bilang silakan, badan gue lebih plong lagi...

Gue bener-bener udah bisa nafas yang teratur dan ketawa-ketawa lagi. Gue takut banget justru si Awan sama Etep mikir gue lagi giting terus halusinasi terus gue jadi bikin ulah sendiri.. Hahaha. Men, ga ada kerjaan banget kalo beneran begitu udah nyusahin orang.. Gue pikir ini semua udah kelar sampe akhirnya gue bisa ngerasain lagi ada yang mainin kaki gue! Trus gue bilang ke Awan, "Yaaah, ada lagi nih yang mau ngobrol...". Terus akhirnya gue merem lagi dan pelan-pelan suara gue berubah lagi jadi kaya anak kecil. Anak ini cuma pengen main doang. Daritadi dia gelayutan di kaki kanan gue dan main-mainin kaki kanan gue itu. Terus tiba-tiba dia nangis, karena ditinggalin sama dua makhluk sebelumnya. Jadi dia minta untuk dikembaliin ketempatnya sama gue di hutan itu! Awan bilang dia gamau nganterin balik, Awan bilang supaya dia balik sendiri. Gue bisa liat itu anak akhirnya balik sendiri.. Tapi gue capeeeeeeekkk banget waktu itu.. Bahkan untuk melek lagi gue capek banget. Dan setelah gue dikasih beberapa gelas air, gue akhirnya bisa lebih seger lagi..

***

Ada beberapa menit gue nungguin bener-bener pulih di kansas. Gue akhirnya ngerasain kalo udah ga ada lagi nih yang mau masuk, dan gue juga udah bisa lagi konsen dan ngehalau yang pada mau masuk lagi. Oke gue memutuskan untuk balik lagi ke pinggir danau tempat anak-anak pada bakar-bakaran lagi. Awan sama Etep sama Ado juga nyuruh gue untuk izin dan minta maaf sama penunggu yang ada di hutan itu. Tapi gue gamau minta maaf atau izin karena gue berprinsip derajat gue sebagai manusia harusnya dihormati karena gue adalah pemimpin dunia. Sehingga seluruh tempat di dunia ini adalah hak bagi manusia. Kalo gue minta maaf atau gue minta izin sama jin, artinya gue ngehormatin jin dong?? Gamau. Gue bersedia balik cuma buat duduk-duduk aja buat bakar-bakaran lagi makan ubi cilembu.

Tapi saat gue keluar dari Kantin, Breeeeegg!
Badan gue berat lagi dan mulai bongkok lagi. Itu si nenek-nenek nempel lagi dan gelayutan di punggung gue. Gue pikir ini nenek-nenek emang nungguin gue daritadi. Setiap gue merem, gue diliatin melulu semacam slide-slide kalo gue bakal kecelakaan. Terus gue kasihtau Awan kalo ini si nenek-nenek ngasihtau kalo gue balik gue bakal kecelakaan motor disebuah terowongan karena ini si nenek-nenek terbang disamping gue. Awan bilang jangan dipercaya semua yang dikasih liat ke gue. Itu sugesti yang positif banget dan gue baru keingetan supaya jangan terlalu percaya sama apa yang dikasih liat sama jin, karena itu semua kadang menyesatkan. Bukannya emang tugas dari jin yang jahat begitu??

Akhirnya gue mencoba untuk menghalau semua sugesti negatif itu semua selama berjalan balik dari kantin ke pinggir danau. Alhamdulillah setelah gue balik ke pinggir danau itu, semua yang gue rasain di badan gue, semua yang nempel di badan gue pada ilang-ilang semua. Gue balik lagi ke hutan tempat gue uji nyali, sendirian lagi. Gue liatin sekeliling lagi. Agak marah sih gue. Tapi yaudahlah. Terus, gue liatin lagi titik-titik yang tadi sempet ngebentuk muka di pinggir danau FT itu udah ilang. Yaudah, setelah itu gue bener-bener ngerasa badan gue plong dan bisa sepenuhnya ngontrol badan gue. Abis itu, gue memutuskan untuk balik kerumah, walaupun tadi udah diliatin slide-slide kecelakaan itu sama si nenek-nenek. Tapi gue ga takut. Gue tetep balik walaupun akhirnya gue jadi lebih berhati-hati.

***

Oke, gue bener-bener lucu aja sih kalo inget itu. Ada beberapa pertanyaan gue yang kadang terlontar, kenapa sih beberapa manusia itu mesti takut sama jin? Kenapa ga berpikir kebalikan misalnya, jin yang takut sama manusia? Apa karena dari kecil gue selalu ditanamkan rasa keberanian sama bokap gue ya untuk menghadapi kegelapan?

Bokap gue emang seorang yang positif. Dia selalu berpikiran positif walaupun secara personal pernah diliatin kepala manusia waktu dia mahasiswa di bak mandi, di ruang radio mahasiswanya dulu waktu siaran malem. Tapi waktu itu bokap gue cerita, kalo dia takut berarti dia kalah sama pengaruh jin. Seberani mungkin bokap gue ngedeketin apa yang waktu itu dia liat sebagai kepala manusia itu, tapi setelah didekati lama kelamaan kepala itu berubah jadi tempat simpenan buah (gue juga gatau bentuk tempat simpenan buah yang kaya kepala manusia itu gimana, hahahah). Lalu bokap gue angkat itu tempat simpenan buah dan dipindahin ke meja, karena dia pikir itu punya si penjaga studio radio di kampusnya. Tapi besok paginya, si tempat simpenan buah ini ilang dari meja dan saat bokap gue nanya si penjaga studio radio, si penjaga studio radio ini gatau tentang tempat simpenan buah itu. Jreeng!

Nah, dari cerita+sugesti bokap gue dari kecil ini, ditabah pula dengan rumus kekekalan energi Fisika, ditambah lagi pengetahuan agama dan rasa kepenasaran gue sama bangsa jin, gue jadi punya kepercayaan diri dan rasa tidak takut terhadap mereka. Bukan sok berani ya, tapi gue bener-bener insya allah ga ngerasain takutnya gitu. Pikiran positif gue setelah merangkum apa yang gue tau justru membuat gue ga punya alesan buat takut terhadap makhluk-makhluk demikian.

Gini, energi itu tidak bisa dimusnahkan atau dihilangkan. Ia akan tetap kekal dam dapat berubah bentuk. Begitupun dengan jin, dia bisa menjadi apapun yang dia inginkan. Yang bisa gue ambil dari pengalaman gue setengah kesurupan itu adalah, bangsa jin ini bisa ngebaca pikiran kita mau ngapain atau mikir apa. Jadi apa yang kita takutin sebenernya adalah apa yang elu pikirin, dan dia muncul sesuai apa yang yang lu pikirin. Makanya jamak banget kita liat jin dengan sosok kaya pocong atau kuntilanak karena pola pikir kita udah terbentuk untuk takut terhadap sosok kaya begitu. Coba deh lu mikir sebaliknya. Misal gini deh yang paling simpel. Gue insya allah ga takut kalo itu jin keluar dengan sosok bergaun putih panjang dan terbang. Gue mungkin lebih ngeri kalo itu jin pake baju bikini dan suaranya berat alias bencong terus terbang-terbangan. Hahaha.

***

Kesimpulannya, manusia takut pada ketidaktahuan dan itu disimbolkan sebagai kegelapan. Semoga kita semua berada pada kelompok manusia yang tahu dan menjadi berani karena kebenaran yang terang.

Sunday, June 2, 2013

Auouououo

Jadi ceritanya barusan gue lagi buka facebook, terus ngebuka beberapa akun-akun temen-temen gue yang udah lama banget ga pernah gue buka. Wajarlah, gue buka facebook juga jarang. Semenjak 2010-2011 gitu facebook udah ga terlalu menarik minat gue buat lama-lamaan ngefacebook.

Dari beberapa pengamatan gue tentang beberapa temen gue di facebook ini, ya gue bisa menyimpulkan kalau dunia ini berputar terus. Semuanya berubah. Gebetan gue yang pernah dulu gue taksir udah berubah jadi perempuan yang siap kawin dengan dandanan menornya. Beberapa lagi malah udah punya dua sampe tiga anak. Temen gue yang dulunya masih kecil-kecil sekarang udah pada jadi kaya om-om semua. Hahaha. Ya ga semua sih, beberapa masih ada yang ga terlalu jauh berbeda dan beberapanya lagi juga masih keep in touch sama gue jadi ga terlalu keliatan banget bedanya.

Tapi gue mau ceritain sesuatu sih, yang agak bikin kesel tiba-tiba karena keingetan. Jadi, gue masih punya semacam dendam yang belom pernah kebales sampe sekarang sama satu orang cowok, senior gue di SMA. Awal ceritanya, dulu dia kelas duabelas dan gue kelas sebelas. Tiap bagi-bagi rapot selalu ada turnamen futsal di sekolah gue, waktu itu kelas gue ketemu kelas dia. Gue jadi penyerang dan dia jadi kiper. Mungkin dia gondok timnya kalah dan gue yang bikin gol. Terus dengan cemennya dia keeesokan harinya nungguin gue di WC. Yang bikin kesel sih dia main keroyokan aja, ga mau man to man lawan gue. Anjing. Abis itu dia lulus trus udah ilang gitu aja ga pernah nongol-nongol lagi di sekolah. Padahal gue tungguin buat partai.

Nah gue nyari-nyari orang itu via facebook, kampretnya ga ketemu-ketemu. Mau diikhlasin tapi hati gondok aja sih. Bibir gue udah ada bekas sobek masa mau diikhlasin gitu aja?? Enggaklah, kita partai dulu gitu kan sekali, kalo pun gue kalah ya yang penting dendam gue seenggaknya udah terbayar lah buat ngajakin partai. (Plis ini bukan lagi ngomongin partai politik ato baju partaaai...)

Udahlah gitu aja dulu.

*Cheers*