Tuesday, June 25, 2013

Room 9204


Gue mau bikin skenario judulnya Room 9204. Tapi berhubung ini ceritanya bakal susah untuk dijadikan pertunjukan teater, jadinya kemungkinan besar ini akan gue jadiin skenario film. Genre filmnya Slasher nih. Kenapa Slasher, karena menurut gue jenis film Slasher di Indonesia belom terlalu banyak sehingga cerita-ceritanya masih bisa digali lebih jauh. Buat yang tertarik produserin cerita ini untuk dijadiin film, boleh lho hubungin gue. Hehehe.

Nah berikut ini adalah sinopsis dari skenario film yang sedang mau gue bikin.

[Disclaimer: Sinopsis ini adalah karya gue dan mengandung muatan-muatan eksplisit yang perlu dapat perhatian lebih dari orang dewasa, karena kalo lu baca ini mentah-mentah jatohnya gue kaya nulis cerita stensilan.. Hahaha]


ROOM 9204
Ardi, seorang petugas pembersih kamar tidak sengaja menemukan kartu akses masuk kamar yang terjatuh milik seorang pemilik kamar. Ia tidak mengetahui itu milik siapa. Namun, bukannya dikembalikan kepada pihak apartment, ia malah menyimpan kartu itu karena timbul sebuah rencananya untuk memanfaatkannya.

Ketika pergantian shift, Ardi tak segera pulang. Ia diam-diam mengendap dan masuk ke kamar yang nomornya tercantum dalam kartu tersebut: 9204. Niat awalnya hanya untuk mengambil barang-barang berharga milik si pemilik kamar. Namun, setelah ia memperhatikan barang-barang dan foto-foto telanjang pemilik yang berada dalam kamar itu, ia justru mengubah niatnya dengan yang lain: bersembunyi dan mengintip aktifitas si pemilik kamar itu. Karena ternyata si pemilik kamar adalah seorang dokter perempuan yang sangat cantik dan juga memiliki fantasi yang luar biasa..

***

Donita, si pemilik kamar, masuk kamar dengan perasaan bingung karena sesungguhnya ia merasa kehilangan kartu akses masuk kekamarnya namun ternyata kamarnya berada dalam keadaan yang tidak dikunci, dan kartu akses masuk itu berada di alat pengungkit listrik kamar. Donita panik namun setelah mengecek seluruh barang-barang berharga yang ia miliki, Donita mengurungkan niat untuk menelpon pihak keamanan apartment karena tidak ada satupun barang berharganya yang hilang. Ia lalu berganti baju, melakukan phone sex dengan seorang lelaki sambil bermasturbasi.

Kegiatan ini diperhatikan betul oleh Ardi yang bersembunyi di balik lemari yang memiliki kisi-kisi yang cukup lebar untuk mengintip. Ardi menonton dan menikmati seluruh adegan-adegan itu, sambil mencoba bermasturbasi juga. Usai bermasturbasi, Donita mengambil handuk dan bergegas hendak mandi. Sementara Ardi, yang ikut bermasturbasi belum sempat keluar air maninya.

Sebelum sampai kamar mandi, ponsel Donita berbunyi. Donita menjawabnya. Ternyata Donita sedang berbicara dengan seorang Bandar Narkoba dan Donita sendiri adalah bagian dari gurita peredaran bisnis narkoba dan perdagangan perempuan. Ia diteror untuk melunasi hutang-hutangnya atau keluarganya terancam dibunuh. Si Bandar lalu menutup telfon itu, Donita terduduk lunglai di sebuah bangku kayu. Ia lalu mengambil sebotol vodka. Ia meminumnya langsung dari botol. Di dalam lemari, Ardi bergerak dan terlalu berisik sehingga Donita mencurigai bahwa ada seseorang di dalam lemari.

Donita lalu mengambil pisau dapur, Ardi melihat itu dengan tegang. Donita mendekat ke lemari lalu menancapkan pisau kearah lemari tersebut, Ardi teriak bukan karena terkena hunusan pisau itu tapi karena terkejut!. Donita mengambil lagi pisau yang sempat terhunus ke dalam lemari tersebut dan membuka pintu lemari. Ardi tampak terkejut dan Donita juga demikian. Donita bertanya kepada Ardi, siapa dia dan kenapa ia bisa masuk ke dalam kamarnya. Ardi menjelaskan semuanya, terutama tentang kartu akses masuk kamar hotel yang ia temukan dan membuatnya penasaran sehingga masuk ke dalam kamar. Ia menjelaskan bahwa tadinya ia hendak mencuri barang-barang berharga di kamar itu namun karena melihat foto telanjang Donita yang berada di meja, ia lalu hanya ingin mengintip aktifitas Donita dan pergi. Lalu Donita bertanya apa saja yang sudah diketahuinya, Ardi menjawab seluruhnya dari awal sampai akhir..

Donita masih tampak tidak percaya. Ia takut jika Ardi adalah mata-mata polisi atau intel yang hendak menangkapnya. Lalu Donita meminta dompet dan memeriksa seluruh kartu identitas Ardi. Setelah memeriksa seluruh identitas Ardi, dengan tetap menodongkan pisau, Donita menyuruh Ardi untuk membuka seluruh pakaiannya. Ardi tampak bingung. Tapi ia diancam dengan pisau oleh Donita. Akhirnya Ardi membuka seluruh pakaiannya kecuali celana dalam yang ia kenakan. Donita bertanya mengapa Ardi tak membukanya, Ardi menjawabnya dengan takut: karena ia malu. Lalu Donita membuka sendiri celana Ardi dan meraba Ardi. Karena kemaluannya itu diraba, Ardi tidak bisa menahan ereksi, Donita lalu melakukan oral seks. Dibawah todongan pisau, Ardi lalu diminta untuk berbaring oleh Donita. Donita, yang juga sedang dalam keadaan mabuk, lalu melakukan oral seks dengan sangat liar.

***

Donita masuk kamar mandi dan mandi. Ardi terbaring dalam keadaan lemas di lantai. Pakaiannya berantakan dimana-mana. Suara bel kamar berbunyi. Ardi terkejut, ia segera bergegas membereskan pakaian-pakaiannya dan bersembunyi lagi ke dalam lemari. Suara bel berbunyi lagi, kali ini diikuti suara pintu yang terbuka. Seorang pria berumur masuk ke dalam kamar tanpa diketahui Donita. Selesai mandi, Donita masih berbicara-berbicara tentang "permainannya" tadi yang diarahkan kepada Ardi, namun Donita terkejut karena yang berada dikamarnya justru seorang lelaki yang ternyata Bandar narkoba yang tadi menelfonnya.

Alex, si Bandar narkoba, menyuruh Donita yang masih berlingkar handuk itu untuk duduk di kursi kayu sambil mengahadapnya. Tatapan Alex yang dingin membuat Donita mati kutu. Alex berjalan mengelilingi Donita, sambil mempertanyakan kesungguhan Donita melunasi hutang-hutangnya. Ia lalu berdiri dibelakang Donita, memberikan semacam kompromi untuk mengurangi nilai hutangnya. Tangannya mulai membelai rambutnya, membuka handuknya, dan meremas-remas payudara Donita. Donita membalasnya dengan lenguhan. Alex lalu menyalakan rokok, meneguk beberapa gelas Vodka, dan berdiri di hadapan Donita sebelum membuka retsletingnya. Dengan penuh tekanan, ia menyuruh Donita melakukan oral seks untuknya sebagai tanda kesungguhan Donita melunasi sebagian hutangnya. Donita menurutinya. Alex meminta Donita melakukan itu dengan penuh gairah. Donita hanya bisa terus menurutinya. Beberapa kali Alex menyiksa Donita dengan menyundutnya menggunakan rokok, mencekik, serta menampar Donita. Donita hanya bisa menahan sakit.

Ardi yang sedari tadi melihat adegan itu dari dalam lemari, menjadi geram. Saat Alex meminta Donita untuk melakukan perkelaminan, Donita sedikit mengelak. Alex marah lalu menampar Donita dengan kencang. Karena tamparan yang terakhir itu, Ardi keluar dari lemari dan menghantam kepala Alex berkali-kali dengan bangku kayu. Alex terkapar mati di lantai dengan luka sobek besar di kepala. Ardi panik, namun Donita justru menenangkan Ardi dengan cara menarik lengannya dan meminta untuk melanjutkan hubungan perkelaminan itu dengan Ardi. Donita menyuruhnya untuk duduk di bangku kayu. Ia mengikat tangan Ardi dengan borgol dan menutup matanya dengan kain hitam lalu melakukan perkelaminan dengan Ardi. Namun, disinilah justru Ardi menghadapi terror yang sebenarnya. Donita mempersiapkan sebuah tas berisi alat-alat bedah disamping Ardi dan memulainya dengan menenangkan Ardi sambil menciumi seluruh badan Ardi. Ketika Ardi sudah siap bermain, Donita mengambil posisi duduk di pangkuan Ardi.

Ditengah permainannya dengan Donita, Ardi ditanya tentang apa yang sudah Ardi dengar selama berada di dalam lemari. Maka setelah selesai Ardi menjawab pertanyaan itu kuping Ardi diiris dengan pisau oleh Donita yang duduk dipangkuan Ardi. Ardi teriak kesakitan. Lalu Donita sambil tetap melanjutkan perkelaminannya, bertanya tentang apa yang sudah Ardi lihat, maka setelah Ardi jawab, Donita membuka tutup mata Ardi dan mencongkel mata Ardi dengan garpu. Ardi teriak kesakitan, mencacimaki dan meronta-ronta. Ditengah teriakannya itu, Donita bertanya lagi tentang apa yang sudah Ardi lakukan, Ardi hanya berteriak. Donita lalu memotong lidah Ardi. Ardi yang meronta-ronta kesakitan tidak bisa berbuat apa-apa karena kaki dan tangannya diborgol.

Ardi menggelepar sekarat di lantai kamar hotel itu. Donita lalu memegang kemaluan Ardi, sambil sekali lagi bertanya tentang apa yang sudah Ardi lakukan.. Ardi hanya bisa berteriak tanpa perlawanan. Donita lalu mengambil pisau bedah dan memotong kemaluan Ardi; dan menyumpalnya kemulut Ardi yang meronta-ronta kesakitan itu. Ardi menggelepar-gelepar dan mati kehabisan darah.

***


Donita selesai mandi. Ia sudah berpakaian rapih dan keluar dari kamar hotel dengan membawa tas kopernya. Meninggalkan dua sosok lelaki dengan perut yang belum kering terjahit.

***

Tamat.

2 comments:

Kalo mau komen pake bahasa yang santun dan sopan ya saudara-saudari!