Wednesday, December 25, 2013

Senang Bukan Kepalang

25 Desember 2013 ga disangka-sangka gue kehadiran tiga landak mini baru. Anak-anak landak mini ini lahir entah dari rahim siapa, tapi gue bisa duga dia lahir dari rahim Semog yang emang makin gendut dan menjurus obesitas. Senengnya bukan kepalang. Setelah gue kehilangan tiga landak mini: Si Sidvi, Si Sibil dan Si Ludwig dalam satu hari yang bersamaan, ini seakan-akan jadi penggantinya. Katanya kalo orang ikhlas ngerelain sesuatu, orang itu bakal dapat penggantinya yang mungkin lebih baik. Amin aja. Yang jelas, gue udah dapet pengganti dari ketiga landak jantan gue yang mati itu. Apakah akan lebih baik dari segi fisik, gen dan sifat? Semoga saja.

Landak-landak ini belom ketauan berjenis kelamin apa. Belom gue cek. Yang jelas seperti biasa gue sudah menyiapkan beberapa nama. Waktu kelahiran pertama Semog, nama anak-anaknya gue ambil dari nama musisi-musisi pentolan musik Punk, seperti Siouxsie Sioux, Sid Vicious dan Billie Joe Armstrong. Waktu gue beli dua landak dari Gaby, gue kasih nama landak itu dari nama musikus klasik Ludwig Van Beethoven. Nah untuk kelahiran yang hari ini, gue udah nyiapin beberapa nama pelukis dunia yang legendaris. Tapi siapa saja nama-nama itu, masih gue pikirin lagi. Mungkin akan gue sisipin beberapa nama-nama lainnya. Hehehe.

Pokoknya hari ini gue seneng bukan kepalaang. Yeeah!

Tuesday, December 24, 2013

Feromon

Feromonku yang mendatangkanmu padaku dan feromonmu yang mendatangkanku padamu.
Tak perlu bicara hal yang metafisik seperti nasib atau takdir.
Sekarang cuci badanmu dulu.
Pakai bajumu yang sederhana.
Aku akan ceritakan dongeng kecil dari kerajaan Persia dan ketika kamu hampir lelah mendengar dongeng, mari kita lakukan sesuatu yang membuat feromonmu dan feromonku bertemu.

Saturday, December 21, 2013

Abang

Bang, dimana bang? Kamu dicariin lho sama tiang listrik depan rumah. Katanya gelap gak ada kamu. Saban hari kamu yang selalu nyalain lampu di tiang listrik itu, kan tiap jam enam malam?. Orang-orang jadi segan tuh tiap mau nyalain lampu itu sebelum kamu yang nyalain. Takut dikira nyerobot tugas negara. Kamu ingat Pak Dahlan yang baru satu bulan yang lalu meninggal itu? Itu lho, yang rumahnya ada di perempatan gang, dua rumah dari kiri. Persis depan rumahnya Bu Matsyukur, tukang nasi uduk langganan kita. Iya, dulu Pak Dahlan pernah kan, sekali nyalain lampu di situ gara-gara lampu itu belum nyala juga walau sudah jam enam malam. Lalu sepuluh menit kemudian saat kamu mau nyalain lampu itu dan melihat lampu itu sudah nyala, kamu ngamuk-ngamuk. Kita kira ribut-ribut itu gara-gara ada maling ketangkep atau orang kesurupan, gaktaunya kamu ngamuk gara-gara lampu itu keburu dinyalakan sama Pak Dahlan. Inget gak, Bang?

Sekarang, setiap orang di kompleks sudah tahu rutinitas kecil yang saban kamu lakukan dengan tiang listrik depan rumah itu. Ada satu orang saja yang nekat nyalain lampu itu, pasti ngamukmu enggak bakal bisa diredam sampai empat jam kemudian. Pernah juga kan kejadian ada orang yang kita juga gak tau siapa iseng nyalain, terus kamu ngamuk sampe jam sepuluh malam. Kesian juga bikin tetangga jadi ikut capek bantuin nahan-nahanin energi kamu yang berlebih. Orang-orang yang punya autisme kayakmu bang memang butuh perhatian lebih. Barangkali perhatian-perhatian yang luput dari perhatian orang biasa. Ayah sama mama mungkin gaktau caranya kasih perhatian-perhatian khusus itu, bang. Tapi bukan jadi alasan juga kamu gak pulang-pulang ke rumah bang. Mama jadi sakit-sakitan gara-gara stress, ayah juga sama. Orang-orang udah banyak yang bantu tapi selalu buntu. Bulan ini, udah hampir masuk bulan yang kedelapan kamu gak pulang. Kertas tentang informasi kamu hilang yang ditempel di tiang listrik depan rumah juga udah hampir gak bisa dibaca lagi. Jalanan depan rumah sekarang masih gelap bang, nunggu lampu di tiang listrik itu dinyalain sama kamu.

Bang, dimana bang? Kamu dicariin lho sama tiang listrik depan rumah.

Gengsi Ngasih Judul.

Aku sering berkelahi dengan ibuku. Kami memang sering tersulut emosi jika membicarakan apa yang masing-masing kami anggap benar. Ibuku tak pernah mau kalah, dan tak pernah mau salah. Sebenarnya, sama juga denganku. Jika kupinjam istilah astrologis, ibuku adalah Leo yang taat karena emosinya yang meledak-ledak, sementara aku Pisces yang taat karena gengsi untuk mengalah. Bukan sekedar adu argumentasi, tapi kami pernah berkelahi. Benar-benar berkelahi secara literal. Ber-ke-la-hi. Ya. Tonjok-tonjokan. Hehehe. Bekas cakarnya di dadaku, salah satu tanda yang membekas dari sisa-sisa perkelahian kami. Tapi bekas ini, tak akan kusesali. Perkelahian-perkelahian itu adalah cinta yang kucari, dan bekas cakarnya ini sengaja kubiarkan begitu saja. Biar kuingat sampai mati peninggalan cinta ibuku ini untukku, yang selalu mengajariku cinta tulus, hanya saja penerjemahan-penerjemahanku yang semau-maunya. Sesuka-sukanya. Semoga ia tak sempat menyumpah-serapahiku sebagai anak durhaka walau dalam gumamannya. Aku tau ia cinta aku dan ia tau aku cinta dia walau cara kami saling mencintai tak biasa.

Untukmu, bu
Selamat hari ibu.

Monday, December 16, 2013

Hore

Momen Norak Ini Harus Dipajang

Horeee. Sebagai blogger amatiran, gak berpengalaman dan menjurus kepada norak, dapet jumlah pengunjung yang udah mencapai 10.000 sebelum ganti tahun merupakan sebuah pencapaian yang bikin gue seneng aja gitu. Haha. Mau bilang ini luarbiasa sih enggak, cuma ya seneng aja udah bisa sampe segitu banyak yang baca atau sekedar liat-liat blog yang tanpa visi dan misi ini. Hahahaha.

Makasih ya yang udah secara sukarela, atau yang terpaksa, yang sadar, yang gak sadar, yang seneng, yang gak seneng, yang sengaja, maupun yang tidak sengaja baca dan masuk ke blog ini. Terimakasih juga kepada orang-orang yang gue gak tau siapa, yang udah buat gue ketawa-ketawa dengan kata-kata pencarian seperti: 'toket queen', 'toket cabe-cabean', 'foto kontol terpanjang', 'video donita ngesex', 'ayahku ngaceng', dan lain sebagainya yang, entah kenapa, jadi refer ke blog ini. Hahahaha.

Terimakasih untuk Hopla, Teater Pagupon, Teater Sastra, Avie Rajanti Putrie, dan English Art Lab yang jadi topik bacaan paling diminati pembaca. Terimakasih buat IP Indonesia, Amerika, Rusia, dan sebagainya yang udah buka blog ini juga. Gue yakin sih mereka gak ngerti-ngerti amat sama sampah-sampah yang ada disini. Hahahaha.

O iya satu lagi. Gue lagi buka Facebook dan melihat kemungkinan kalau umur Facebook gak akan lama lagi. Jadi gue buru-buru menuju kumpulan notes gue dan memilih notes-notes yang banyak dikomentarin sama temen-temen. Nah, beberapa udah ada yang gue tampilkan di blog ini hehe. Lumayan buat nostalgia juga ya. Mungkin gue juga kapan-kapan gue bakal nulis tentang proses kreatif dibalik beberapa tulisan itu. Ah, tapi masih wacana aja sih.

Sudah dulu, selamat hari Senin saudara-saudari.

Hujan (* *)

Sesedih itukah kau dengan hujan?

kau tau,
aku juga tak suka hujan.
tapi kali itu beda.
aku bahagia saat hujan turun,
karena hujan menahan dirinya disana untukku sendiri..


***

Jadi, kapan hujan lagi Tuhan?



-----------
August 30, 2009 at 2:10am
https://www.facebook.com/notes/nihaqus-nihaq-yuhamus/hujan-/128021136639

Hujan.

ya..
kemarin memang hujan dan itu membuyarkan semua rencana kamu.
padahal kamu sudah merencanakan rencana yang matang-matang untuk bertemu dia.
baju telah kau siapkan.
badanmu penuh dengan wewangian.
lima jam bersolek di depan cermin demi bertemu dengan dia.
tapi dalam lima menit semua rencana hancur lebur.

ya.
kemarin memang hujan dan itu membuyarkan semua rencana kamu.
padahal kamu sudah merencanakan rencana yang matang-matang untuk bersama dia.

***


Kamu nanar.
Memandang rintik yang jatuh dari balik dedaunan.
Mengawasi air-air yang mulai berkumpul menggenang.

Hujan deras di luar sana.
Dan matamu gerimis.

***

kemarin memang hujan dan itu membuyarkan semua rencana kamu.
Tapi apa yang kamu bisa lakukan lagi?
apa kamu ingin protes pada Tuhan yang menggagalkan rencanamu?
Padahal katanya Tuhan memiliki rencana yang paling baik untuk umatNYA?

***

matamu gerimis dan kamu tidak mau kalah derasnya dengan rintik hujan.

***

Lebih baik kamu simpan saja baju yang telah kamu persiapkan itu,
untuk dia nanti.
Lebih baik kamu hapus saja maskara dan gincu merahmu itu,
untuk dia nanti.
Simpan saja wewangianmu untuk sebuah hari dengannya.
Saat hari tak hujan.

***






----
August 28, 2009 at 3:53pm
https://www.facebook.com/note.php?note_id=127300206639

beda.

"Putuskan dia! sekarang juga!!", bentak ibu dengan nada keras.

***

Maafkan aku.
Rahasia kita terbongkar sudah.
Dan aku tak bisa menahan amarah ibu dengan semua penjelasanku.
ibu sudah sampai pada harga mati:
aku harus memutuskan kamu.


***

Aku diliputi rasa galau yang luar biasanya saat ini.
Ibu tau jika aku telah menjalin dengan kamu yang menurut ibu berbeda dengan kami.
Agamamu dijadikan masalah.

Padahal dulu aku yakin sekali agama kita tak jauh berbeda.
kau dan aku punya Tuhan yang sama, kan?

***

Menurut ibu, kamu tidak baik untukku.
ya, lagi lagi itu didasarkan pada agamamu.
Apa itu fair?

Sedangkan belum tentu juga yang satu agama denganku baik untukku juga.
Sudah berapa manusia seagama yang kawin cerai?
Sudah berapa pula manusia berpoligami atas dasar sunah agama?

***

Memutuskanmu memang merupakan jalan berat yang sangat sulit kutempuh.
Namun,
dengan memutuskanmu itu jauh lebih baik daripada memaksamu untuk mengikuti keyakinanku.
Ya.
Aku tak mau kau berbalik arah.
Dan membalik keyakinanmu atas dasar cinta.
Tidak.
Jika Tuhan saja sudah berani kau khianati, apalagi aku yang hanya makhluk-Nya?

***

Stop.
aku muak bicara ini lagi.






-------------------------------
September 7, 2009 at 6:52am
Notes Facebook:
https://www.facebook.com/notes/nihaqus-nihaq-yuhamus/beda/132462561639

biarkan saja hari ini hujan

biar airmatamu bisa nyaru.biar kamu tak usah lagi malu-malu menangis kehilanganku.



-------------------------------
October 10, 2009 at 10:52pm
https://www.facebook.com/notes/nihaqus-nihaq-yuhamus/biarkan-saja-hari-ini-hujan/154261961639

Sunday, December 15, 2013

Hapuskanlah Ingatanku?

"Hapuskanlah ingatanku bila itu tentang dia. Kuinginku lupakannya"

Baris yang aneh dan terasa goblok (Sorry kasar). Lo kira kalo memori itu hilang, segala kehidupan lo akan berubah jadi lebih baik? Enggak, menurut gue. Kalo A dan B gue andaikan sebagai sebuah situasi yang berbeda 180 derajat, dimana A adalah situasi yang pahit banget dan ingin lo hilangin dalam memori lo sementara B adalah situasi lo saat ini, maka saat lo berjalan menuju B, lo pasti melewati A. Sepait apapun kenangan dan pengalaman lo di A, lo gak boleh sedikit pun melupakannya dan menghapusnya. Kenapa? Karena itu yang membawa lo ke B. Proses belajar yang membawa lo ke B adalah A. Hahaha. Paradoks? Emang. Tapi, kalo lo coba ilangin A dalam hidup lo, mustahil lo sampe ke B. Malah lo akan terjebak dalam A untuk yang kedua kalinya, ketiga kalinya, keempat kalinya, seterusnya dan boom, lo justru jadi orang goblok yang gamau memori itu ada pada diri lo, tapi saat memori itu udah ilang lo justru balik-balik lagi ke kesalahan yang sama. HA-HA-HA-HA.

Saturday, December 14, 2013

Dalam Tiap Tatapan Curian

Dalam tiap tatapan curian, selalu ada senyum kecil yang berdengung terus hingga ujungnya tak kita ketahui.
Dalam tiap tatapan curian, cinta bicara dalam metafora yang berbeda.
Dalam tiap tatapan curian, selalu ada hal yang  membuat kita tetap bertahan menjadi pencuri.

Dalam tiap tatapan curian, kau bisa lanjutkan?

Thursday, December 12, 2013

From Me To You



Dimana kau?

Aku tahu kau saat ini sedang ingin menghindar. Menghindari kenyataan bahwa banyak orang diluar sana yang menunggumu. Menanti kata keluar darimu, paling tidak membicarakan keadaan batinmu. Apakah kau baik-baik saja?. Aku tahu kau sedang ingin bersembunyi. Sambil turut menyembunyikan lukamu yang menganga supaya tak tercium aroma busuk darinya. Asyik sendiri menambal lukamu hingga lupa waktu, lupa pada senyummu, dan lupa bahwa duniamu bukanlah di sebuah kamar seluas tiga kali empat meter itu.

Dimanapun kau berada, ketahuilah aku tetap menanti kata keluar darimu hentikan petualanganku

Wednesday, December 11, 2013

Foto Pemakaman Tragedi 5 Desember

Kamis lalu tepatnya tanggal 5 Desember 2013, gue kehilangan tiga landak gue sekaligus: Ludwig, Sibil dan Sidvi. Mereka mati semua. Sedih. (Baca: http://nihaqus.blogspot.com/2013/12/goodbye-lads.html) Cuma kesedihan berlebihan pun gak bakal balikin mereka hidup dan tinggal lagi ke kandangnya. Kita mesti menerima kenyataan dan mengambil tiap pelajaran dari hidup ini. Yoi Yoi. Yaudah sebelum gue mulai somay cem Mario Teguh, gue mau kasih foto-foto saat berbahagia dan saat berkabung. Foto-foto ini semua gak gue edit, udah gak ada tenaga lagi liat foto mereka men. Hehehe. Semoga landak-landak gue meringankan dosa-dosa gue nanti deh. Gue cuma berdoa semoga mereka dapet tempat terbaik aja, terserah Allah mau naro mereka dimana. :)


Foto Pertama Ludwig Si Pejantan Tangguh
Ludwig Masih Sehat
Di Akuarium Waktu Sehat
Tragedi 5 Desember:
  •  Kondisinya:
Mereka Bertiga Mati Di Akuarium. Best Friend banget lah.
Sibil kaya orang keracunan Baygon
Ludwig meringkuk. Rest In Peace.
Sibil Rest In Peace.
Sidvi, kaku.

  •  Evakuasi Korban:

  •  Menuju Pemakaman


  •  Pemakaman

Rest In Peace, Lads.
May Allah Bless You All
Gue Sebel Liat Lu Semua Ada Disini
Fakyuh lu semua.
Goodbye, Lads!

Saturday, December 7, 2013

Goodbye, Lads :")

"Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali."
- Q.S 2: 156

Rabu malam, gue balik dari Depok. Hal pertama yang gue lakukan adalah mengunjungi kandang landak-landak gue dan bermain bersama mereka. Ngebersihin tempat makanan, isi makanan dan isi ulang minum mereka. Di kandang besar, gue taro Sidvi, Sibil, Sexy, Semog dan Ludwina. Suara Sidvi dan Sibil udah mulai berisik karena masuk musim kawin. Gue gak yakin selama sehari kemarennya gue tinggal ke Depok itu, Sidvi dan Sibil gak ngewongin tiga betina yang ada di dalam kandang yang sama dengan mereka itu.

Setelah itu, gue masuk rumah. Bersihin badan, ganti baju, dan kembali keluar buat liat kandang landak gue lagi. Lalu gue memutuskan, kala itu udah Kamis jam 1 pagi, untuk memandikan ketiga pejantan gue: Sidvi, Sibil dan Ludwig. Gue masak air untuk mandi mereka dan nyiapin peralatan mandinya. Lalu gue masukin ketiga pejantan itu kedalem kamar mandi, dan mulai memandikan mereka. Gue mulai dari Ludwig, disusul Sibil dan terakhir Sidvi. Seneng banget ngeliat mereka mandi dan ngerasain air hangat. Gue sikatin badannya sampe bersih. Gue bersihin juga kuku-kuku mereka kalo tai yang nyelip-nyelip gitu. Gue kasih Dettol juga airnya supaya gak ada bakteri dan kuman.

Gak nyangka. Itu terakhir kalinya gue mandiin mereka. Karena setelah itu, gue masukin mereka dalam satu kandang kecil, sebuah akuarium berukuran 60x30, dan gobloknya gue gak mikir kalau kandang sekecil itu gak bisa menampung cukup oksigen untuk tiga landak bersamaan. Setelah mandiin mereka gue memang memasukkan mereka dalam kandang akuarium, karena kandang Ludwig basah kehujanan dan niatnya mau gue cuci keesokan paginya. Jadi kandang kecil itu untuk sementara aja mereka tidur dan mengantisipasi mereka kawin sembarangan. Gue taro mereka di akuarium itu dan gue tinggal tidur.

Entah lo mau percaya atau enggak, gue kebangun karena mimpi landak gue mati. Setelah itu gue buru-buru  bangun dan cek. Ternyata Sidvi, Sibil dan Ludwig udah mati dan kaku. Duri mereka tegak semua. Mulut Sibil keluar busa. Sementara Ludwig mati meringkuk dan Sidvi mati berbaring pasrah. Sedih. Sedih. Sedih. Sedih gue combo tiga, men!. Gue rasa mereka mati karena kurang oksigen dan gue yang nambah sedih lagi itu karena landak gue yang mati semuanya pejantan. Sidvi dan Sibil belom sempet ngerasain gue kawinin (walaupun mungkin mereka sempet curi-curi kawin). Mereka bertiga juga belom sempet rasain makan jangkrik, ulet hongkong, ulet jerman dan semua makanan mewah lainnya buat landak. Mereka juga belom sempet gue bawa pamer ke temen-temen gue. Fak lah.

Akhirnya, Kamis sore itu juga gue nguburin mereka bertiga. Nyokap gue nyuruh supaya nyuruh orang aja buat nguburin. Tapi biarpun hujan, gue tetep maksain ngubur mereka by myself. Ini peliharaan gue, gak seharusnya orang lain yang justru ngurusin mereka pas mati. Untungnya masih ada kebon kosong yang masih banyak tanah dan gak bertuan di deket rumah gue jadi gue bisa ngubur mereka disana. Semoga mereka gak menambah dosa gue nantinya, karena gue bener-bener nyesel ini kejadian dan pastinya bakal jadi pelajaran gue ke depannya. 

Intinya, gue sebagai manusia emang gak akan pernah tau kapan takdir seperti kematian ini akan menjemput gue atau makhluk-makhluk di sekitar gue. Tapi gue yakin, sebagai manusia hal terbaik yang bisa dilakukan sebelum kematian itu menjemput adalah memberikan kasih dan sayangnya dengan tulus kepada diri lo dan makhluk-makhluk di sekitar lo. Lo boleh setuju, boleh juga enggak. Tapi hal itu, yang membuat gue bisa tetep tabah dan sabar walaupun binatang peliharaan kesayangan gue mati langsung tiga.

Gue sempet foto-foto kondisi terakhir mereka saat udah kaku dan prosesi penguburan mereka. Tapi kali ini gue lagi ngeblog di tempat orang, jadinya nanti akan gue kasih kalo gue udah kembali ngeblog di rumah gue sendiri. Semoga kalian para pembaca ikut ngedoain tiga landak gue itu supaya tenang ya.

*Goodbye, lads*