Friday, December 25, 2015

Your Heart

I know a place where the temperature is fifteen milion degrees
and the pressure would crush you to a microscopic dot.
That place is the core of the sun

I know a place where the magnetic fields
would rip you apart atom by atom.
The surface of a neutron star, a magnetar.

I know a place where my life began,
That place is near,
That place is here,
That place is your heart.

Tuesday, December 22, 2015

Short Time

πŸ‘ΈπŸ»     : "Tak terasa ya, kita sudah hidup bersama selama 2 tahun. Menikah, punya kehidupan, dikaruniai anak yang lucu, tinggal di rumah dengan udara sejuk dan pemandangan danau air tawar setiap harinya, lalu melihat bayangan pohon pinus memanjang dari barat kala senjahari"
πŸ‘±πŸΌ     : "Ya. Tapi masih ada yang ingin kutanyakan padamu"
πŸ‘ΈπŸ»     : "Maka tanyalah"
πŸ‘±πŸΌ     : "Siapa namamu?"

Friday, December 11, 2015

"Jadi apa ini? Semacam romantisme? Kalau bukan, kalau sekedar nyinyir tentang keadaan, ya baiknya kita luruskan menjadi romantisme betulan"

"Hahaha ini nostalgila, jadi indah karena layarnya di belakang bukan di depan"

Tuesday, December 8, 2015

Pencitraan

Kerap kali kita mendengar atau melihat kata "pencitraan" terhadap seseorang yang sedang melakukan sesuatu. Kalo ada orang tumben-tumbenan berbuat baik, maka perbuatan baiknya kadang disebut pencitraan. Kalo ada orang lagi posting tulisan galau, maka perbuatan galaunya kadang disebut pencitraan. Kalo ada orang lagi ga ngapa-ngapain juga kadang disebut pencitraan. Tindakan positif, negatif, atau bahkan ga ngapa-ngapain pun kadang tetap masuk dalam term 'pencitraan'. Syit. Tapi apa sih pencitraan itu?

Oke. Ini gue copy paste aja sih --> Bill Canton (S.Soemirat & Adrianto. E 2007:111) memberikan definisi atau pengertian sebagai kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi <-- bagi gue penjelasan ini udah cukup mendefinisikan kata 'pencitraan'.

***

Ada beberapa kata kunci di sana: kesan; perasaan; gambaran diri; dan sengaja diciptakan. Oke, dalam hal ini gue mendefinisikan ulang kata pencitraan menurut gue yang artinya upaya yang sengaja diciptakan untuk menimbulkan sebuah gambaran diri (pribadi/institusi) yang membuat kesan pada/bagi orang lain dengan maksud tertentu.

Pertama, pencitraan dibentuk oleh unsur kesengajaan. Ada niat untuk membuat gambaran diri. Artinya, pencitraan mutlak membutuhkan inisiatif si pembuat citra. Tidak mungkin ada pencitraan yang terjadi karena kebetulan atau apa adanya. Apa pun itu.

Terus kalo pencitraannya itu orang lain yang bikin tentang kita gimana? Misalnya, kaya kemaren Jokowi atau Prabowo pas pilpres yang pencitraannya dibentuk karena oranglain/simpatisan/tim sukses. Semacam ada citra kalo Jokowi itu sederhana, lembek, boneka partai, dsb. Atau kalo citra Prabowo itu tegas, berani, berintegritas, nasionalis, namun bocor dimana-mana. Jawab gue, terus apa masalahnya? Gambaran diri ga berarti tentang diri sendiri. Bisa jadi tentang diri oranglain juga. Tapi apakah lo itu mau bikin pencitraan buat Jokowi atau Prabowo, intinya adalah adanya maksud dan tujuan tertentu. Tentu maksud dan tujuan di contoh tersebut adalah pemenangan Pilpres.

Tapi gimana kalo misalnya si Bu Joko, tetangga sebelah yang habis-habisan dipuji setinggi langit sama Bu Purba di depan Bu Aminah. Tindakan Bu Purba yang melakukan pencitraan Bu Joko di depan Bu Aminah, mungkin juga punya maksud dan tujuan tertentu. Maksud dan tujuan itu sebenernya cuma Bu Purba saja yang mengetahui. Kita hanya bisa menduga. Bisa jadi tujuannya memang tulus; atau tujuannya adalah sebagai pemanis percakapan; atau tujuannya adalah sedang menjilat agar nantinya urusan Bu Purba dengan Bu Joko bisa lancar; atau tujuannya adalah justru sarkasme. Ini gue bakal jelasin nanti.

Kedua, pencitraan menciptakan impresi. Nah, 'membuat terkesan' pada oranglain ga berarti harus selalu meninggalkan hal yang positif. Yang namanya kesan, tentu ada yang kesan positif, kesan negatif, atau bisa saja kesan netral. Lalu apakah kesan orang lain jadi masalah? Jawabnya menurut gue, engga.

Lalu pertanyaannya, apakah pencitraan harus menciptakan kesan positif?

***


Debatable.
Bagi gue, pencitraan ga selalu harus menciptakan kesan positif. Kenapa?



***

Kesan positif dan kesan negatif, bahkan kesan netral/biasa aja, sebenernya tergantung dari bagaimana kita secara sengaja membentuk citraan/gambaran diri. Seorang calon bupati misalnya, dalam rangka memenangkan pilkada, ia kadang berkampanye seolah menyayangi ibunya. Difoto dengan gambar ia sedang memeluk ibunya, seolah-olah si Ibu juga merestui anaknya yang calon bupati itu. Ia, si calon bupati, dengan sengaja berusaha membangun gambaran diri dengan maksud agar para calon pemilih memiliki kesan positif terhadap si calon bupati ini. Para calon pemilih seakan digiring pada kesan anak yang sayang ibu, sholeh, agamis, dsb dengan foto tersebut.

Tapi, apakah pencitraan positif akan tetap selalu menghasilkan kesan positif? Jawabnya engga selalu.

Mungkin di satu dua tempat cara pencitraan gitu efektif. Di satu dua kesempatan cara pencitraan gitu ampuh. Tapi coba lo bayangin, kalo di seluruh Pilkada, di seluruh tempat, semua calon bupati atau kepala daerah melakukan pencitraan yang sama. Apakah terjadi kesan positif? Justru menurut gue,  malah yang terjadi adalah sebaliknya. Orang bakal paham, bahwa ternyata ibu yang memeluk anaknya yang calon kepala pemerintahan adalah strategi kampanye busuk yang basi. Orang bakal muak dengan cara-cara seperti itu.

Lalu, poinnya?

***

Orang beranggapan bahwa pencitraan adalah selamanya tentang membangun sebuah konstruksi citraan yang selalu berujung positif. No. Enggak. Justru yang harusnya jadi perhatian setiap orang adalah unsur kesengajaan yang diciptakan.

Seseorang, anggaplah Mawar, selalu memposting tulisan galau, gambar sedih, gambar yang menyayat-nyayat kalbu, meme tentang jomblo, atau status-status yang kesannya emo banget. Apa ia bener-bener sedih? Sama halnya dengan si calon bupati di atas tadi, apa dia bener-bener soleh? Jawabnya...









.....ada di ujung langit. Kita ke sana dengan seorang anak. Anak yang tangkas dan juga pemberani..

***

Engga. Pencitraan bukanlah tentang hasil/kesimpulan, tapi tentang motivasi. Semua pencitraan adalah penggiringan opini secara sengaja oleh si pembuat citra agar orang yang terkesan menyimpulkan sesuatu seperti yang dicitrakan. Pencitraan Mawar yang super galau adalah pencitraan negatif tentang dirinya. Bisa aja orang bakal ga simpatik sama si Mawar. Tapi mungkin memang itu tujuan dia: ketika orang menyimpulkan sesuatu terhadapnya. Ketika orang kadung mengenal Mawar sebagai seorang Emo, maka Mawar bisa saja mengambil keuntungan yang luar biasa terhadap miskonsepsi oranglain padanya.

Atau ambil contoh lain, misal si Agus. Agus, mencitrakan diri sebagai seorang lelaki kemayu-kemayuan. Ketika cewe-cewe udah menyimpulkan bahwa Agus adalah lelaki kemayu, maka saat itu Agus mengambil kesempatan untuk mandi bareng sama si cewe-cewe ini. Ah tapi sialan juga gua bikin contoh.... Hahaha.

Tapi poin gue, sebenernya pencitraan itu bukan sesuatu yang mutlak. Yang namanya pencitraan selalu ada unsur kesengajaan yang melingkupi motivasi-motivasi yang ga kita pahami, kecuali si pembuat citra itu sendiri yang paham. Sama kaya contoh Bu Purba di atas. Seperti yang gue percaya, bahwa seeing is deceiving, bahwa hanya dengan lo melihat doang lo akan ketipu banget meeeen sama yang namanya 'dunia yang apa adanya'. Engga. Ga ada yang namanya apa adanya pada sebuah pencitraan. Selalu ada maksud, selalu ada tujuan, selalu ada motivasi dan selalu ada kesengajaan.

***

Baiknya, lo selalu ati-ati pada sebuah pencitraan. Orang yang mencitrakan dirinya pintar, bisa jadi lagi pura-pura pintar atau memang pintar beneran. Tapi poin gue bukan mencari apakah orang ini beneran pintar atau lagi pura-pura pintar. Poin gue adalah, ketika lo meyakini bahwa orang ini pintar, maka apakah dia lagi memanfaatkan keyakinan lo tersebut pada dirinya? Sebaliknya, ketika lo meyakini bahwa orang ini lagi pura-pura pintar, maka apakah dia juga lagi memanfaatkan keyakinan lo tersebut pada dirinya?


***

Jadi, setelah lo baca ini, apakah gue lagi memanfaatkan lo untuk meyakini sesuatu terhadap diri gue?
Kalo iya, lo mesti hati-hati sama keyakinan lo sendiri itu.
because....





















seeing is deceiving.
***

Cheeers!
(2) Bill Canton (S.Soemirat & Adrianto. E 2007:111) memberikan definisi atau pengertian sebagai kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi,

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bisnis/apa-itu-pencitraan_54f7204da33311096f8b456d
2) Bill Canton (S.Soemirat & Adrianto. E 2007:111) memberikan definisi atau pengertian sebagai kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi,

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bisnis/apa-itu-pencitraan_54f7204da33311096f8b456d
2) Bill Canton (S.Soemirat & Adrianto. E 2007:111) memberikan definisi atau pengertian sebagai kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi,

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bisnis/apa-itu-pencitraan_54f7204da33311096f8b456d
(2) Bill Canton (S.Soemirat & Adrianto. E 2007:111) memberikan definisi atau pengertian sebagai kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi,

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bisnis/apa-itu-pencitraan_54f7204da33311096f8b456d
(2) Bill Canton (S.Soemirat & Adrianto. E 2007:111) memberikan definisi atau pengertian sebagai kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi,

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bisnis/apa-itu-pencitraan_54f7204da33311096f8b456d
Bill Canton (S.Soemirat & Adrianto. E 2007:111) memberikan definisi atau pengertian sebagai kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi,

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bisnis/apa-itu-pencitraan_54f7204da33311096f8b456d
Bill Canton (S.Soemirat & Adrianto. E 2007:111) memberikan definisi atau pengertian sebagai kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi,

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bisnis/apa-itu-pencitraan_54f7204da33311096f8b456d

Monday, November 23, 2015

"Distance"

"Hey love, time to get up. I think you’ve been sleeping too long. My day started when you were still yawning. One room just ain’t enough when it’s two folks trying to get along but it’s hard to leave you alone."

"Oh love is always better when we take time to get back to who we are when we are apart. Distance makes the heart grow"

"Even when I’m lonely, I’m happy knowing that your love is never far. When we are apart distance makes the heart grow. It makes the leaves on the trees fall. It makes the hours in the day long. Makes me wanna clear my head, find a little cafe and write the words to a song and I know that I’m still free. Be anywhere that I wanna be. Maybe get dressed up, wear something real pretty that you ain’t never seen."

"When you love it makes it hard. When you trust it makes it hard. When you call it makes it hard. We’re alone when we’re apart. In the middle of a fight. Walk away to make it right. Where we go, we’re never far. In the light or in the dark. On a plane up in the stars. In a movie or at the bar. Home alone or out to tea. Look to your heart and think of me. I wanna love you. Don’t wanna try to change the pace of your life."

"We get together we make it good. We get together."

"Hey love time to get up. I think you’ve been sleeping too long. My day started when you were still yawning."


(Emily King on Distance,  2014)

Thursday, November 19, 2015

“The Marks Humans Leave Are Too Often Scars.”

Tanda yang manusia tinggalkan lebih sering berbentuk luka.
Biarlah kutelan bulat-bulat luka itu,
kelak jika kau kembali, mungkin sudah kulupakan wajahmu
dan aku akan berkata,

"Aku telah mencium. mengecup. menelan luka darimu. Mampuslah Idul Fitriku karena doa-doa kacau di dalamnya tentangmu. Dari segala luka, merindumu adalah usus yang terburai keluar dari rongga dada; adalah otak yang meledak terus dipompa beban pikiran. Semoga luka itu mewujud, menjelma pahit. Sepahit-pahitnya nasib malang para peziarah di Afrika. Sehingga tak akan sudi kupahatkan senyum lagi di matamu."

Sungguh amat berterimakasihlah aku
pada cenderamata yang telah kau titipkan pada batinku ini.
Terbanglah, jangan kembali lagi.
Aku sudah bahagia kali ini.

Thursday, October 8, 2015

Pengalaman Pertama Naik OJEG TAKSI METER (JEGER TAKSI)

Taksi Motor model baru, Jeger Taksi






Halo,

Gue cuma pengen sharing pengalaman baru aja. Baru siang ini gue naik layanan ojek baru yang pake meteran, macem taksi. Namanya Jeger Taksi, konon katanya singkatan dari Ojeg Meter. Sebenernya model taksi-ojek ini udah lama banget konsepnya. Dulu ada yang namanya Ojek Taksi. Namun sayang sekarang Ojek Taksi eksistensinya udah ga ada.

Oke. Balik ke Jeger. Saat lo naik, lo akan dikenakan tarif Rp 4800 untuk 1 kilometer pertama, selanjutnya akan dikenakan tarif Rp 2800 untuk kilometer selanjutnya. Ojeg ini baru gue temuin pangkalannya di deket Stasiun Tanah Abang yang menuju perempatan fly over Jati Baru. Mungkin memang coverage-nya masih baru di Jakarta doang.


Jeger Taksi
Selanjutnya, gue mau bikin review singkat ah.

Pelayanan:
Untuk pemesanan armada, Jeger belom bisa diakses secara online. Sampe siang tadi gue naik Jeger, aplikasi panggilan Jeger belum ada baik di Google Playstore dan Apple Store. Tapi mereka punya hotline. Sistemnya, kalo kita telpon hotline tersebut, mereka lalu akan mengarahkan abang ojeknya ke tempat kita nunggu. Persis kaya kita mesen taksi via hot-line.

Untuk pelayanan angkutan, nah ini dia yang agak mengecewakan gue di penggunaan pertama kali ini. First impression is everything. Gue naik Jeger bernomor armada 013 dari Tanah Abang hendak ke Kedoya. Semua armada Jeger menggunakan motor Honda Vario 150cc. Sebenernya cukup kenceng untuk ukuran motor matic. Tapi tampaknya abang gojeknya ragu untuk memacu kendaraannya ini. Waktu tempuh Tanah Abang-Kedoya di jam makan siang biasanya gue tempuh dengan ngebut paling lama 10 menit. Tapi waktu tempuh dengan Jeger ini bisa sampe 2x lipatnya.

Atau barangkali abang gojeknya ragu ke tempat tujuan gue. Karena beberapa kali justru gue yang mengarahkan abang ojeknya. Ini lumayan penting sih. Karena layanan ini menggunakan perhitungan jarak, makanya Jeger ini harus mengutamakan abang ojeg yang hapal jalan. Penumpang juga harus paham betul tempat tujuannya, supaya jarak yang ditempuh ga lebih jauh dan mengakibatkan membengkaknya biaya yang harus dibayar.

Semua armada Jeger berwarna kuning. Tapi untuk yang tadi gue naikkin, rada mengecewakan. Jaket abang gojeknya udah belel-belel, warnanya jadi udah kuning kusam. Helm untuk penumpangnya juga udah jelek banget, udah kusam, kaca helmnya ga kenceng, dan stikernya juga udah rusak-rusak. Rada aneh sih untuk layanan baru, kenapa udah bisa sampe sejelek dan sebelel itu di saat ini.


Waktu gue naik pun gue ga ditawarin masker dan hair cap. Betul-betul mengecewakan. Padahal itu adalah hak gue sebagai penumpang untuk mendapatkan masker dan hair cap, dan kewajiban driver untuk memberikannya. Sesampainya gue di tempat tujuan, gue iseng nanya aja ke abang Jegernya, "Bang, saya mau tanya. Kok saya ga dikasih masker sih tadi?". Abangnya jawab, "Wah saya lupa, yaudah deh sebentar". Dia merogoh kantong untuk memberikan masker, tapi gue nolak, buat apa juga hahaha gua-nya udah nyampe.

Oh iya, gue bertahan menggunakan helm super bapuk itu cuma sampe daerah jalan KH. Mas Mansyur aja. Kira-kira cuma 1,5 kilometer dari Tanah Abang. Selebihnya gue lepas helm. Emang sih lepas helm itu salah dan bukan contoh yang baik di jalanan. Tapi helm Jeger yang tadi itu terus terang ga nyaman sama sekali untuk dipakai. Kualitas helm juga kayanya engga terlalu bagus.

Lalu, selain coverage layanan yang kurang luas, aksesibilitas kurang efisien, kualitas pengetahuan jalan tukang ojeknya yang kurang baik, fasilitas yang diberikan untuk pelanggan kurang memuaskan, kecepatan tempuh juga kurang cepat, satu lagi yang jadi poin review gue adalah tampaknya mereka memberikan beban pembayaran untuk menunggu. Tadi gue sempet ke ATM untuk ambil duit buat bayar itu Jeger, tapi ternyata itu sepertinya dibebankan jadi biaya layanan. Biaya tambahan ini tidak diberitahukan sama sekali ke pelanggan. Jarak yang gue tempuh adalah 9,382 kilometer dari Tanah Abang ke Kedoya. Jika 1 kilometer pertama Jeger adalah Rp 4800 , dan tiap kilometer berikutnya seharga Rp 2800, maka biaya yang harus gue keluarkan adalah Rp 28.269. Namun dari struk, tertulis harga yang harus gue bayar dari layanan Jeger ini adalah Rp 30.280. Artinya ada selisih sekitar Rp 2000 yang dibebankan pelanggan karena biaya menunggu tadi.




Rekomendasi:
Hm, gue ga rekomendasiin banget sih penggunaan Jeger di Ibukota Jakarta. Tapi untuk alternatif ketika lo ga nemu taksi, ga nemu Gojek dan ojek pangkalan mungkin lo baru bisa pake dah layanan ini. Artinya, bagi gue naik Jeger adalah pilihan terakhir dari segala pilihan yang ada.

Tapi yang harus diinget, layanan Jeger ini masih baru banget. Wajar kalo masih banyak kekurangan di sana-sini. Karenanya, gue percaya kalo Jeger ini bakal mampu meningkatkan kualitas layanan mereka dan lebih transparan lagi. Karena, dengan persaingan yang ketat ini di bisnis layanan ojek, Jeger mau ga mau harus mengubah pelayanannya dari yang super bapuk ke super keren. Karena kalo engga begitu, gue percaya Jeger ga bakalan lama juga persis kaya Ojek Taksi jaman dulu itu.

Untuk orang-orang yang bilang Jeger ini adalah saingan serius buat Go-Jek dan Grab-Bike, gue pikir masih jauuuuuuuh banget buat dibilang saingan. Hahaha.

Nilai:
4.0/10.0

Monday, October 5, 2015









Know 
your worth.
Know when 
you have had enough.
Know where 
you have to stop.

























but i just don't know
how.

Saturday, October 3, 2015

The Feather


See my Instagram account: https://instagram.com/nihaqus/

September

Tulisan ini seharusnya terbit di bulan September. Berhubung ini blog seseuka-seukanya yang nulis, jadi apa daya. Oktober pun hajar. Bisa nulis lagi aja udah seneng.

***

September,

September tahun 2015 ini terasa spesial. Banyak yang datang dan pergi. Yang pergi banyak, yang datang juga banyak. Gue mulai dari kehidupan di kantor dulu. Bulan September ini resmi Gareng, Esthi dan Dani yang gabung dari awal di tim gue cabut. Gareng pindah ke anak perusahaan Google. Esthi pindah ke anak perusahaan Kompas. Dani cabut ke Katadata.

Gareng - Esthi resign. Tsunami pertama.

Dani resign. Tsunami kedua.


Sementara ada anak baru yang dateng namanya Syifa. Jebolan komunikasi UI, tahun 2010. Lucunya sama anak ini adalah, ternyata gua kenal mantan pacar dia dan dia kenal mantan pacar gua. Ini namanya mantanception. #Apesik.




Kalo kehidupan percintaan, yang pergi udah tak terhitung. Tapi alhamdulillah tahun ini ada yang datang. Ga kaya hari-hari, bulan-bulan, dan tahun-tahun terdahulu yang selalu ada aja yang bikin ga sreg. Perempuan ini sebenernya sudah gue temuin semenjak November tahun lalu saat kita camping bareng ke Pulau Seribu. Tapi yaudah, pertemuan pertama itu ga berlanjut apa-apa. Terus pas bulan Januari/Februari kita ga sengaja camping lagi, ke Pulau Sangiang. Sampe pertemuan kedua itu juga ga berlanjut apa-apa. Karena dia juga masih punya cowo. Huft. Tapi, awal bulan September yang lalu kita camping lagi. Kali ini emang sengaja camping bareng. Bulan-bulan sebelumnya gue emang udah deketin perempuan ini dan alhamdulillah pergerakan di bulan-bulan itu terjawab sudah di bulan ini. Nama perempuan ini Aini. Doain jodoh ya. :3



Kalo urusan yang lain, ada aja keteledoran gua. Tas gue yang dibeliin di Bandung, raib pas gue lagi bantu-bantuin tim Stand Up Metro TV di Stand Up Fest 2015, Tennis Indoor Senayan. Isi tasnya juga lumayan ngeribetin: SIM A, SIM C, Bolt kantor, Kartu asuransi kantor, Kartu Pajak, Chargeran-chargeran handphone, Kamera, dan kunci motor. Mungkin gue emang lagi sial dan jarang beramal. Makanya ditegor secara alus.

Apalagi ya..

Oh iya. Bulan ini juga Trending Topic Metro TV, program pertama di kantor yang gue terlibat langsung dari awal sampe sekarang, menelurkan Trending Topic Weekend buat gantiin Mario Teguh Golden Ways. TTW bakal tampil tiap Minggu, jam 8 malem dengan host Marializia, Dennis Adiswara dan Ronal Surapradja. Di TTW, gue dilibatkan dalam supervisi materi video dari Media Sosial. Duh rasanya gimana gitu nih kerja bareng Marializia. Aaaaaaaaak~

Btw, suasana di Divisi Content and Knowledge Management (riset) tempat gue kerja juga udah rada ga kondusif sekarang. Beda visi dan misi. Ngerasa ga sreg juga entah mengapa. Entahlah gue ngerasanya sih begitu.


Udahlah itu aja dulu cerita gue di bulan September. :D

***




Cheeers!

Wednesday, September 23, 2015

Serpih Bubuk Kopi

Ya, ini adalah lanjutan dari postingan sebelumnya tentang kehilangan Tumblr gua, gua mau cerita sedikit tentang blog di tumblr yang pernah 3 kali ganti nama itu. Gue bikin Tumblr, sebelum blog itu booming di Indonesia dan jadi trend di kalangan para hipster Jakarta dan sekitarnya. Gue bikin tumblr pertama kali di tahun 2009, kala itu gue juga belom terlalu akrab sama blog karena biasanya nulis di notes Facebook.

Tahun 2009 itu, gue namain Tumblr gue dengan Monsieur Monster. Monsieur artinya Tuan dan Monster artinya ya monster. Kalo digabung jadi Tuan Monster (yaiyalaaah). Kalo nama bisa jadi doa, dari tahun 2009 itu doa gue cuma satu. Walaupun doa itu gue panjatkan dengan suara tipis-tipis: Gua mau jadi orang besar karena tulisan-tulisan di blog. Yah, tapi akhirnya nama itu gue ganti sekitar tahun 2012an, karena bosen. Gue ganti jadi Dear Prudence. Dear Prudence, salah satu lagu The Beatles yang mungkin asing di telinga orang Indonesia, kecuali mereka yang bener-bener seorang penggemar The Beatles. Kenapa gue namain Dear Prudence, jadi ceritanya gue abis dideketin mbak-mbak Prudential.. Nggak. nggak. Becanda. Nama Prudence cuma karena terinspirasi lagu The Beatles aja kok. Prudence sosok yang kelam namun ambisius. Karena keambisiusannya ia jadi kelam. Begitulah. Namun yang terpenting dari nama Dear Prudence ini, mengutip lirik Dear Prudence-nya The Beatles, 'The sun is up, the sky is blue, it's beautiful, and so are you'. Iya. Kamu.
 

Tapi nama Dear Prudence juga ga bertahan lama karena setelah itu, gue lupa tepatnya kapan, gue ganti lagi dengan nama Ayn Eugini. Ayn artinya Mata dan Eugini artinya yang utama. Dalam artian ini, bukan mata sebagai panca indera yang utama melainkan blog ini gua harap sebagai tempat utama gua dalam memandang segala macam hal. Ya walaupun isinya ga penting-penting amat. Hahaha.

Sekarang blog tumblr gue udah wafat. Biarinlah. Rada sayang juga sebenernya kalo anak gue ga bisa baca tulisan bokapnya dan segala pengalaman di masa-masa hidupnya. Walaupun sekarang-sekarang ini tulisan gue itu gue anggap ga penting, siapatau nanti di jaman anak gue gede lagi jadi penting. Kan bisa aja kaya begitu.

Yaudahlah, gitu aja dulu.







*Cheers*

Cinlok

Cinlok.
Gue ga pernah paham kenapa orang bisa cinlok. Cinta lokasi. Cinta karena lokasi.

LDR.
Gue juga ga pernah paham kenapa orang bisa LDR. Long-Distance Relationship. Hubungan yang dijalanin walaupun terpaut jarak yang jauh.

 Man, come on!
Cinta lokasi bagi gue adalah mainan politik infotainment, karena gue pertama kali mendengar 'cinlok' dari Cek n Ricek di RCTI. Emm... Oke. Kali ini gue ngaku. Kalo dulu gue sering nonton Cek n Ricek. Tapi duluu! Sebelom Cek n Ricek pindah jam tayang. Lah.

Oke balik lagi, Cinlok. Apasih pentingnya lo pacaran karena lokasi. Karena lo sama-sama tinggal di Bekasi gitu, terus lo bisa jadi cinta? Atau karena lo lagi shooting bareng, terus lo bisa jadi cinta? Gue yakin cinta lokasi itu adalah upaya para infotainment untuk mendongkrak rating, menggoreng isue rumah tangga atau hubungan selebritis supaya lebih terkenal, menjual sensasi ketimbang esensi dan etcetera.

Sementara LDR.
Halooooo! Ini udah tahun 2015 dan lo masih LDR-an?
Pacaran dan ketemu via Skype?
Kalo lagi kangen ga bisa arrange meeting buat langsung cepet ketemuan?
Gila kali ya?
LDR ini adalah bentuk yang gue percaya paling bulshit dari sebuah hubungan antara lelaki dan perempuan yang pernah ada di muka bumi ini.
Coba pikir.
Nabi Adam aja dulu ga pengen jauh-jauh sama Siti Hawa, ini darimana mikirnya coba cucu-cucu Adam yang pada LDR??


Ya. Gue ga percaya dengan apa yang disebut dengan CINLOK dan LDR....


























sampai akhirnya,


























gue kali ini kena batunya.





























Sekian.
***

Saturday, September 19, 2015

Meledak

"Ingin..Meledak, Nona"
Kalau kau tanya apa perasaanku saat itu, tentu akan ku jawab seperti itu.
Karena seluruh unsur kimiawi dalam tubuhku sudah bereaksi dan meledak diam-diam semenjak bibirmu mengucap,
"Ya, jadikan aku istrimu".

Friday, September 4, 2015

Heart Warm Space

Kau tahu Nona,
aku tak tertarik untuk bermalam denganmu di hotel berbintang lima.
Aku lebih tertarik untuk bermalam
di bawah jutaan bintang yang ada di langit sana,
dan di samping bintang yang kupuja
Kau, Nona.

Jalan Panjang Menuju Margonda Depok

Malam itu, seperti biasa aku pulang mengendarai motor putih pemberian ibuku.
Tapi sudah kuduga yang kusebut motor tadi tak lebih dari besi tua bermesin yang karatan.
Ya dugaanku tepat, hanya berselang 100 meter dari Pondok Indah, motor itu mogok.
Sama sekali.

Hari itu mungkin adalah hari paling berat.
Pagi hari motor sudah kempes bannya, padahal ada panggilan wawancara dari sebuah perusahaan periklanan.
Beruntung ada bengkel terdekat dan kutambal ban motorku.
Habis setengah jam untuk menambal ban dan sesampainya di kantor periklanan itu aku sudah terlambat.

Jam 2 siang aku ada panggilan wawancara lagi di perusahaan media.
Biasa, mahasiswa yang baru lulus memang biasanya disibukkan dengan rutinitas bernama: Panggilan Kerja.
Aku sempatkan makan siang di seven eleven.
Sialnya aku beli kopi dan kopinya tumpah ke kemejaku.

***

Aku lihat jam.
Sudah jam 1 pagi.
Tak mungkin lagi ada tukang tambal ban atau bengkel di sepanjang jalan menuju Depok ini.
Jadi tak ada pilihan lain selain menuntun motor itu, entah sampai mana.
Tak tega juga meninggalkan motor itu begitu saja di parkiran kantor-kantor yang berjejer di Jalan Simatupang itu.

Motor lain lalu lalang.
Aku hanya berharap dari sekian banyak motor yang masih lalu lalang itu, ada satu yang menghampiri.
Bersedia membantu mendorong motorku, ya sampai mana saja seberpisahnya kami.
Sampai jam 2 pagi, harapan itu kosong.
Kosong.

***

Hampir jam setengah 3 pagi, aku dihampiri lelaki dengan motor besarnya.
Mesin Honda Tiger yang dimodifikasi sedemikian rupa sampai jadi seperti motor Harley Davidson.

"Kenapa mas?", lelaki itu membuka percakapan.
Aku berhenti sebentar.
Meladeni pertanyaannya sembari istirahat juga.
Ambil nafas sembari memeriksa betisku.
Woh kenceng banget!

"Hehehe, mungkin turun mesin mas..", aku menjawabnya.
"Wah? Nuntun dari mana mas?"
"Pondok Indah, mas"
"Buset, jauh banget.",

Iya juga. Setelah kupikir-pikir, memang jauh juga ku tuntun motor mogokku.
Pondok Indah - Cilandak Town Square!
Aku bahkan sampai ingat jalan mana saja yang landai dan mana yang menanjak di antaranya.
Fiuh!

"Wah iya juga ya. Lumayan juga mas jauh. Hehehe"
"Mau saya bantu setut? Pulang kemana?"

Demi Tuhan, itu adalah pertanyaan paling langka yang pernah diucapkan seorang pengendara motor di Jakarta belakangan ini.
Entah karena sifat individualistis mereka yang mengikis kepekaan sosial mereka, atau hanya ya mereka tak berpikir bahwa mereka tidak membutuhkan hal yang sama ketika mereka tiba di situasi sepertiku?
Pemotor ini adalah anomali.

"Wah boleh mas! Tapi ini saya mau ke Depok mas"
"Saya ke Cibubur sih, Depoknya mana?"
"Saya di Pondok Cina."
"Saya biasanya pulang lewat Jalan Raya Bogor, tapi okelah. Bisa juga kok lewat Margonda Depok. Saya antar sampai sana saja, ya?"

Itu pertanyaan yang sudah barang tentu kalian tau jawabnya.
Benar-benar ANOMALI.

***

4 bulan sudah berlalu dari kejadian malam itu. Namanya Widodo, seorang pengusaha meubel yang malam itu baru pulang dari showroomnya di Daan Mogot menuju rumahnya di Cibubur. Aku sempat pula diberikan kartu namanya. Ia seorang insinyur. Dalam perjalanan dari Citos - Depok itu kami ngobrol banyak. Lebih banyak tukar pengalaman. Tapi aku tak terlalu banyak bercerita, aku lebih banyak mendengarkan sembari memancingnya dengan pertanyaan.

Sudah 4 tahun ia berusaha mebeul semenjak usahanya di bidang catering bangkrut karena manajemen yang buruk. Ia beri saran padaku, kalau nanti-nanti aku akhirnya buka usaha, jangan pernah mau untuk joint dengan saudara sendiri karena resikonya lebih besar ketimbang usaha joint dengan yang lainnya. Aku banyak mendengarkan. Banyak mengiyakan ilmu jalanan yang memang tak pernah kita dapatkan di sekolahan.

***

Dering telepon selularnya berbunyi tapi tak ada orang yang mengangkat. Nomor kantornya juga sibuk. Dari tiga nomor yang tertera dari kartu nama Widodo, ketiganya tak ada yang berhasil kuhubungi. Aku hanya ingin cerita pada mas Widodo. Sudah empat bulan aku bekerja. Empat bulan yang lalu aku berhasil diterima kerja di sebuah perusahaan swasta yang mau membayarku tinggi. Idealismeku ternyata ada mau yang membayar. Ya, untuk balas budi ke Mas Widodo aku ingin mengajaknya makan siang bersama. Aku pikir, sebagian rejekiku ini harus dirasakan juga oleh Mas Widodo.

Aku coba lagi menelpon satu-satunya nomor selular yang tertera di kartu nama itu. Deringnya aktif tapi tak ada yang mengangkat. Mungkin sibuk. Namun tak berapa lama, panggilanku terjawab.


"Halo?", suara perempuan menjawab teleponku.
"Halo", aku menjawab dengan nada yang heran dan tak yakin.
"Ini benar nomor Mas Widodo meubel, kan?" sambungku
"Ya mas, betul. Ini dengan siapa?", jawabnya hati-hati.
"Saya Hans mbak. Gini, saya pernah dibantu Mas Widodo. Waktu itu motor saya mogok, terus pernah dibantu didorong oleh Mas Widodo. Sekarang saya mau balas budi. Rencananya mau saya ajak makan siang bareng mbak."
"Oh.. Tapi Mas Widodonya.."
"...lagi sibuk ya mbak?"
"Bukan, mas"
"Ada nomor yang lain? Saya hubungi nomornya yang ada di kartu namanya, tapi sibuk gitu semuanya mbak"
"Ga ada, mas."
"Oh gitu..."
"Gini mas, saya mau kabari. Mas Widodo udah engga ada"
"Maksudnya?"
"Mas Widodo sudah meninggal"
"Meninggal, mbak?"
"Iya. Almarhum 4 bulan yang lalu dibegal. Motornya dibawa kabur. Dia sempet dibawa ke Rumah Sakit, cuma ya tetep ga ketolong"
"Innalillahi wa inna illaihi rajiun. Kejadiannya dimana mbak?"
"Margonda, Depok. Padahal biasanya mas Widodo kalau pulang itu lewat Jalan Raya Bogor. Makanya gatau kenapa almarhum tumben lewat Margonda"

Aku tertegun. Seketika darahku seperti berhenti. Lemas campur tak percaya.

"Mbak...", aku tak tahu harus bilang apa..
"Ya mas?"
"Semoga Mas Widodo khusnul khotimah ya. Mbak ini pasti istrinya ya? Mbak Nur, kan? Yang tabah ya mbak. Mas Widodo cerita banyak tentang mbak waktu ia bantu saya dorong motor itu."
"Iya saya istrinya mas. Mas Widodo cerita apa saja?"
"Banyak hal. Semuanya baik kok, mbak"
"Ya mas, terimakasih doanya. Omong-omong mas, emang waktu itu motornya mas didorong sama Mas Widodo dimana?"

Aku tertegun lagi. Antara yakin dan tak yakin untuk menjawab pertanyaannya.
Ada 5 detik yang hilang di antara pertanyaan itu dan jawabanku..

"Di Margonda, mbak"


***

Sambungan telepon itu terputus dan Mas Widodo menghilang dengan detik-detik yang ia punya.
Selamanya.

Tahun-tahun menjadi orangtua pasti amat berat, apalagi kau bu.
Sembilan bulan mengandungku dalam perutmu.
Belum lagi kau rasakan sakit kutendang-tendang saat masih di dalam perutmu,
hingga sakit kala melahirkanku.

Tahun-tahun itu pasti amat berat.
Kau tak kunjung tidur dengan lelap pada masa-masa balitaku.
Ada saja tangisan yang membangunkanmu dalam malam-malammu.
Entah minta susu atau hanya tak ingin ditinggal sendirian saja

Tahun-tahun menjadi orangtua pada waktu itu pasti amat berat bagimu
Aku memahaminya, bu.

Tapi aku yakin tahun-tahun berat itu tak akan lebih berat daripada hari-harimu
yang selalu mendoakanku dalam tiap harimu saat ku balita, anak-anak, remaja, hingga kini dewasa dan siap menjadi orangtua lagi.

Doa agar aku menjadi apa yang kau doakan.

Untuk tiap doamu yang kau ucap, yang tak terdengar olehku.
Untuk tiap doamu yang kau pinta, yang tak mampu kubalas.
Apa yang bisa kuberikan padamu, bu?
Agar beban itu kuringankan,


sedikit saja.
Waktu tergelincir, membentuk bayang panjang.

Jemari bercanda pada nada yang mengemuka
mengusik duka.
Antarku ke pulau
tempatku menyeka
air
mata

Pasir menyisir, yang terdampar yang tertampar
olehmu
yang bersandar
pada
waktu
yang tergelincir.

dan

waktu tergelincir, membentuk bayang panjang.
waktu pasir menyisir, yang terdampar yang tertampar.

Thursday, July 2, 2015

Juling


Heaa. Heaa.Udah bulan Juli aja.
Bulan Juli adalah bulan apa anak-anak?
Ya. Bukan bulan apa-apa..
Lu kira tiap bulan harus ada apa-apa gitu?
Dih kagak.
Dih yaudah gausah nyolot
Ye gue mah biasa aja
Lah lu tadi yang nyolot duluan
#ApaansihJadiHebohSendiri

Memasuki bulan Juli ini kita diparingi bulan purnama. Tadi cuacanya cerah banget. Bulannya lagi kece. Mungkin ini tadi malem lailatul qadr. Malem dimana Al-Qur'an turun. Malem dimana langit dibuka untuk rezeki dan doa. Malem dimana keutamaan seribu malam ada di malem ini. Malem dimana gue pulang malem terus dan ga pernah ada kata libur. #lahmalahcurhatlutong

Ini dia tadi penampakan inyong dengan bulan purnama. Katanya sih malaikat lagi turun. Bagi-bagi rezeki. Mungkin dalem bentuk sembako atau makanan saur. Tapi kalo yang ini malaikat abis pulang kerja doang kok. Biasa aja. #LemesinAjaJanganDilawan



Nah ini dia tadi penampakan bulan purnama yang kece itu diambil dari sekitaran kosan. Bulannya sebenernya bagus, rada bulet gitu. Cuma kamera gue aja yang jelek. atau editannya yang jelek. Atau bapak lu yang jelek. Kalo gue mah emang jelek. Jadi ngaku aja duluan sebelom lo bales ngatain gua.


Ah yasudahlah. Ga baik bulan penuh berkah ini malah ngomong ngalor ngidul di blog ini. Eh ga ngomong sih, tapi nulis. Mendingan kan ke mesjid ya?. 
Ngapain? Ngaji?
Engga. Ikutan anak-anak lain aja gitu ledakin petasan pas kiainya lagi tadarusan.
Lah kok brengsek?
Iya abis kiainya lagi tadarusan, orang di sebelahnya malah tiduran. Kan makruh tidur di mesjid.
Oh. Yaudah, lanjutin aja kalo gitu. Gue sih bodo amat. Tadi gue bilang brengsek juga padahal pengen ikutan..
Ye.



Wassalam.

Wednesday, June 24, 2015

Camera 360 (Fort Minor - Welcome)

Halo semua!

Sebentar. Jangan salah paham sama judulnya. Ini bukan review gue tentang pemakaian aplikasi camera 360 kok. Gua ga pernah make itu aplikasi. Idih mitamit. Lu tau ga, orang yang ngedit fotonya pake camera 360 itu aneh. Mukanya putih aneh, kaya jus sirsak tumpah di muka. Bibir juga jadi pada ungu-ungu orens kaya abis mabok ciu tiga puluh liter. *Lah mati dong harusnya*

Ini tentang teknologi terbaru sebenernya: Kamera 360. Kamera 360 yang gua maksud adalah kamera yang bisa mengambil seluruh sudut gambar, dari atas bawah kanan kiri depan belakang. Sehingga hasil yang diciptakan ga cuma satu sisi doang. Kamera ini emang belom booming sih di Indonesia. Di negara lain juga belom booming. Kamera ini bakal booming setelah tulisan ini keluar. Hahahaha.

Sebenernya penggunaan kamera 360 untuk digunakan sebagai fotografi itu udah lazim digunakan. Contohnya kalo lu buka google maps dan google street, lo bisa tau maksud gua dengan penggunaan fotografi 360. Yes. Semua sudut bisa keambil dalam satu momen. Atas bawah kanan kiri depan belakang. Tapi sekarang, lo bisa bayangin ga sih kalau video menggunakan teknologi ini? Hmm. Kalo lo ga kebayang, gue bakal bantu lo untuk ngebayangin.

Oke. Pertama, kasihtau ke gue lo pake baju apa. Bentar. Iya. Sebentar, kurang jelas. Pake baju apa? Oh. Oke. Sekarang kasihtau gue lo pake daleman apa.. *lah salah*

Maap.

Oke balik lagi ke penggunaan kamera 360 untuk digunakan sebagai videografi, mungkin 3-4 tahun lagi teknik dan kamera ini bakal booming banget di Indonesia. Itu prediksi gua aja sih. Bisa makin lama juga. Karena sekarang teknologi makin canggih dan orang Indonesia makin norak aja untuk menggunakan teknologi canggih itu. Sebenernya, kenapa lu orang Indonesia kagak mau bikin barang yang canggih sih? *nanya diri sendiri*. Nah, penggunaan kamera 360 untuk videografi sejauh yang gue pantau, baru digunakan sama Fort Minor.

Woohoo. Where you go? I miss you so~

Yes. Fort Minor yang mana merupakan bandnya Mike Shinoda-Bandel-Kalo-Tak-Bernoda-Tak-Belajar merupakan band yang pertama kali menggunakan teknik kamera 360 ini. Kalo lo ga percaya, maka izinkan gua untuk membantu lo memahami apa yang gua maksud dengan kamera 360 ini.



(PS: Sebelom lo tonton videonya, ini cuma bisa dipake di Google Chrome dan Youtube Mobile)





Monday, June 22, 2015

Got To Get You Into My Life

"I was alone, I took a ride
I didn't know what I would find there
Another road where maybe I could see another kind of mind there...


Ooh, then I suddenly see you
Ooh, did I tell you I need you
Every single day of my life




Ooh, then I suddenly see you
Ooh, did I tell you I need you
Every single day of my life

Got to get you into my life
Got to get you into my life

I was alone, I took a ride
I didn't know what I would find there
Another road where maybe I could see another kind of mind there






Then suddenly I see you
Did I tell you I need you
Every single day? 



PS:

Maunya dinaikin tiap hari sih. Tapi ya namanya prinsip. Seminggu cuma naik 2 kali. Sisanya naik angkutan umum. Supaya gua ga jadi pelaku yang bikin jalanan macet, bikin polusi udara, bikin bensin langka, dan bikin dunia panas buat anak cucu gua nanti.


 : The Beatles - Got To Get You Into My Life

*Cheers* 

Monday, June 8, 2015

Mamam

Blessing in Disguise: an apparent misfortune that eventually has good results.


I heard an unhappy ending
It sort of sounds like he leaving you.

Monday, May 25, 2015

GENERASI KLAKSON

Tadi saya berangkat naik KRL. Naik dari stasiun Bekasi, sempat transit sekali di Manggarai lalu turun di stasiun Tanah Abang. Setelah dari Tanah Abang saya lanjut naik Kopaja. Untuk yang pernah naik kendaraan ini, saudara tahu sendiri bagaimana Kopaja berjalan, kan? Ya. Hanya supir dan Tuhan yang tahu kapan cepat kapan lambatnya mereka berjalan. Jika sudah memasuki waktu ramai penumpang, supir kopaja bakal ngebut seenak jidat dan perutnya. Hajar kanan, hajar kiri. Serobot sana, serobot sini. Alasannya: kejar setoran. Tapi jika tidak dalam waktu ramai penumpang, mereka akan ngetem dimana pun mereka suka. Di pinggir jalan, di persimpangan jalan, bahkan di tengah jalan sekali pun. Suka-suka.

Hari ini Kopaja yang saya tumpangi ternyata kalem saja berjalan. Kira-kira hanya 10-20km/jam. Saking pelannya, bisa jadi kalau saya kerja sambil gowes sepeda, saya bisa sampai kantor lebih cepat daripada naik kopaja. Namun ternyata pelannya laju Kopaja ini jadi masalah juga bagi beberapa pengendara jalan yang lain, terutama pengendara mobil. Beberapa mobil saya dengar memberi klakson beberapa kali. Beraneka ragam bunyi klakson sebenarnya sama saja: berisik. Heran juga, ketika Kopaja lari kencang orang menyumpahserapahi nya: "Tai!", "Setan!", "Anjing!", dan entah apalagi. Sementara ketika Kopaja ini berjalan pelan, suara klakson mobil-mobil yang berada di belakang Kopaja ini langsung berbunyi seperti ikut kontes nyanyi. Di tengah jalan saya jadi kepikiran, "maunya apasih orang-orang ini?"

Barangkali, kita ini sudah memasuki generasi yang saya istilahkan Generasi Klakson. Kita sudah tak pernah bisa lagi sabar menunggu. Tapi anehnya, kita juga secara tidak sadar kadang suka membuat oranglain menunggu lama justru karena gerakan/jalan kita yang lama. Ya, pendeknya, kita tidak mau menunggu tapi kita doyan telat datang/lelet. Sebenarnya yang jadi masalah disini bukan lagi sekedar menunggu atau ditunggu, bukan juga tentang cepat/lelet. Tapi tentang konsistensi kita ketika kita marah-marah; Ketika kita protes; Ketika kita mengeluh: apakah kita marah-marah kepada seseorang karena melakukan hal yang kita sebenarnya lakukan juga?

Generasi klakson, mungkin adalah bagian dari masyarakat kita. Generasi yang berisik. Bisa jadi generasi klakson ada diri kita. Kita kadang suka marah, suka protes, suka mengeluh pada proses-proses yang sebenarnya bisa kita tunggu. Kalaupun kita tak bisa menunggu, toh kita bisa nyalip. Bisa memutuskan untuk pergi tanpa harus marah-marah. Tanpa harus protes-protes. Tanpa harus berisik. Tanpa harus gaduh.

Karena suara klakson mobil di belakang Kopaja yang saya tumpangi itu, saya lalu teringat pada sebuah peristiwa yang saya tonton di televisi. Sekelompok mahasiswa protes kenaikan harga bahan bakar minyak dengan membakar ban-ban bekas. Sebuah kontradiksi yang lazim dipertontonkan kelompok tersebut di jaman sekarang. Mahasiswa tak peduli lagi akal dan kekuatan intelektual mereka karena mereka lebih senang sensasi bakar-bakar bannya diliput TV dan media massa lainnya. Kelompok mahasiswa ini gaduh, selalu berisik, tapi minim isi, substansi dan kontribusi bak klakson mobil ini. Kelompok mahasiswa ini doyan sekali menilai kerja pemerintah lelet lalu dengan seenak jidat teriak minta pemerintah segera turun. Seperti uang yang para pembayar pajak bayarkan setiap tahunnya hanya dipakai untuk membayar Pemilihan Umum yang biayanya besar itu demi memuaskan tuntutan mereka. Belum lagi apabila tuntutan ini dibarengi dengan bakar-bakar ban bekas di jalanan, teriak-teriak di depan gerbang istana, merusak dan menghancurkan pagar penjaga/gedung yang semuanya tanpa substansi dan tanpa isi. Hanya sekedar sensasi.

Terus terang saya lebih suka dan rindu mahasiswa-mahasiswa dan intelektual yang memaksa pemerintah tunduk karena hasil tulisan bukan karena teriakan. Tulisan adalah kontribusi nyata. Agitasi-agitasi intelektual adalah jawaban bahwa ide dan pikiran selalu abadi. Sementara ban bekas yang mereka bakar pasti akan selalu mati...... dan disapu serta dilupakan.


Jadi, apakah kita Generasi Klakson tersebut?

Saturday, May 16, 2015

Kalender


kalender/ka·len·der/ /kalΓ©nder/ n 1 daftar hari dan bulan dl setahun; penanggalan; almanak; takwim; 2 jadwal kegiatan di suatu perguruan atau lembaga: ~ akademi

***

MEI 2013




Fungsi kalender tuh macem-macem ya. Bisa buat pengingat momen, bisa jadi pengatur jadwal meeting, atau bisa cuma jadi hiasan. Gue punya dua kalender yang ga pernah gue ganti halamannya, ga pernah gue ganti keberadaannya, dan ga pernah gue ganti dengan kalender yang lain yang lebih baru. Alasannya, ya buat pengingat momen. Satu di kamar gue di rumah Jatiasih Bekasi. Satu lagi di kamar kosan di Pocin Depok. 

Di rumah gue di Bekasi, kalender itu berhenti di bulan Mei. Banyak kejadian di bulan Mei tahun 2013 itu yang menakjubkan sekali, terutama pementasan terakhir gue bareng Teater Agora. Haha. Kalender ini emang sengaja ga gue ganti dengan kalender yang lain, karena terus terang gue ga butuh kalender sih. Handphone gue udah cukup buat jadi pengingat dan pengatur jadwal sehari-hari. Yang bikin kalender ini makin ga mau gue ganti justru adalah nilai catatan yang ada di dalamnya. 




 Sementara di kamar kosan, kalender gue berhenti di bulan Oktober 2014. Nah, untuk yang satu ini, foto dan ceritanya akan gue ceritain lagi kapan-kapan. Semoga aja sempet.


Bekasi, 15 Mei 2015





Monday, May 11, 2015

Halo May

Apakabar kucing-kucing piaranmu?
Lalu apa kabar si mantan kekasih pemilik kucing-kucing itu dulu? 
Aku dengar kabar mereka sudah pisah?
Sementara ia tetap berada di rumah, si lelaki pindah ke New York.
Masihkah ia tinggal di Baltimore?
Atau melanjutkan hidup baru di Peru?

Tidak. Aku tidak mungkin sempat mengatur waktu untuk menemuinya.
Tapi jika kau sempat bertemu dengannya, 
maukah kau memberikan satu syair ini untuknya, May?

Masih kosongkah vas bungamu, setelah ditinggal mati sang bunga matahari?
Kini,
Tak ada tempat berteduh dan tubuh untuk kupeluk
Tak ada tempat menyingkir dan bibir untuk kucium

Dalam kebiasaan pada suatu musim hujan.
Hujan-hujan keras yang turun

Kita memutar lagu yg biasa kita mainkan
Kita dengarkan 

kita nyanyikan.

"I know~ I know~
You belong to somebody new
But tonight, you belong to me.."


Aku menunggu
Kata keluar
Dari bibirmu
Dan kita kembali..
Ke ketiadaan..

Saturday, May 9, 2015

Ubahlah genangan itu menjadi kenangan 
Taruhlah refleksimu di sana..
Dalam hujan keras di malam minggu.

Friday, May 8, 2015

This Is Why Being a Dad Is Awesome

Sebagai laki-laki, punya anak adalah sesuatu keinginan besar apalagi kalau dia udah berkeluarga. Tapi, apa sih yang bakal lo lakukan bareng sama anak lo? Hubungan ayah dan anak yang biasanya di cap sebagai hubungan paling ga asik, justru bisa diliat sebaliknya dimari. Gua rangkum beberapa video hubungan antara anak dan ayah yang paling populer di Youtube dan mungkin bakal jadi alasan kenapa menjadi ayah itu menggemazkan..

 1.  Bisa nyanyi bareng...

Doi nulis gini tentang anaknya: "The fireworks show had just ended, but she thought she kept hearing them outside. So we sang to keep her mind preoccupied. In the end, nothing competes with fireworks.". Ben mempublikasikan videonya pada 17 September 2013 di Youtube dan udah ditonton sebanyak 11,276,150 di seluruh dunia.





2. Bisa ngakak giting bareng-bareng!

Tom Fletcher, vokalis band McFly yang juga seorang vlogger, nulis gini: "This is why being a Dad is awesome. This is the first time my son Buzz has ever seen a dandelion...I think he liked it.". Tom niup sehelai dandelion dan anaknya ngakak parah. Mungkin itu pertama kalinya anaknya liat dandelion dan ngerasa aneh, atau barangkali anaknya giting dulu kali bareng bokapnye. Ehehe. Tom mempublikasikan videonya pada 25 April 2015 di Youtube dan udah ditonton sebanyak 5,523,674 di seluruh dunia. 

 



3. Battle Breakdance


Di video ini diliatin kalo bapak dan anaknya lagi adu breakdance, yep Battle. Sayangnya, gua ga dapetin identitas asli siapa pemilik video ini jadi gua ga dapetin nama bokap dan anaknya. Bagian paling ngegemezin tentu aja pas si bayi udah ngelantai dan nunjuk ke bapaknya: "It's your turn, dad! Show me what you get!"


4. ....Bahkan battle argumen





Yep. Untuk yang satu ini, emang cuma lucu kalo anak kita lagi lucu-lucunya. Kalo udah gede tapi masih suka marah-marah dan membangkang, ya namanya bangor. Hahaha. Tapi ga apalah, selama argumennya masih logis gua akan tetep ngeladenin. Semoga.

5. Oke. Ajak sesekali olahraga.


 Kalo belom bisa ngajak anak nge-gym, yaudah gayaannya aja dulu..



6. Hmm.. kalo gua sendiri pengen banget hubungan gua sama anak gua nantinya kaya begini (diambil dari sini):

Keith Anderson, awesome dad

Keith Anderson dari Peterborough, Ontario, Kanada bikin tattoo dari sketsa yang dibikin anaknya setiap tahunnya dari mulai anaknya berumur 4 tahunan.


Tattoo pertama, Bunga Daisy
Tatttoo kedua, "Kai" dan gambar rumah. Digambar saat anaknya umur 4 tahun.

Tattoo Kuda Laut ini digambar saat anaknya berusia 6 tahun
Inisial C, untuk negara Kanada. Digambar pada saat anaknya berusia 7 tahun.

Tattoo disaat anaknya berusia 10 tahun..

Di-tattoo anaknya sendiri..












Sunday, May 3, 2015

Bidan yang Sedang Bersedih.

Halo. Kali ini gue mau nulis rada panjang, mumpung lagi pengen dan sempet. Tulisan ini mau gua alamatkan ke anak yang waktu lahir gue turut membidaninya.


***

Beberapa waktu ini, ya sekitar seminggu ini, gue nulis dengan metafora 'bidan' di twit gue:



Bukan tanpa maksud gue menulis tentang si "bidan" ini. Metafora ini sebenernya mengungkapkan betapa sedih dan kecewanya gue dengan Teater Agora (saat ini), tempat gue mengaplikasikan dasar-dasar teater yang gue punya dan pelajari di Teater Sastra UI dan dasar-dasar filsafat yang gue pelajari di kelas-kelas Filsafat UI.

Teater Agora ikut gue bidani kelahirannya bareng-bareng dengan orang-orang yang ikut dalam produksi pertama Teater Agora kala itu, yang berjudul Balada Sakit Jiwa. Itu tahun 2012, tahun terakhir gue sebagai mahasiswa. HAHA. Kami melahirkan Teater Agora bukan untuk ajang eksis-eksisan (ya walaupun ada sih), tapi gue percaya lebih banyak yang termotivasi untuk belajar disana ketimbang jadi eksis (Soale anak-anaknya udah eksis lebih dulu sebelom di Teater Agora HAHAHA).

Belum lama ini, Teater Agora pentas dengan judul Kudeta/Suksesi. Dari awal proses pementasan sampai menjelang akhir, gue ga pernah dateng dan ngeliat bagaimana proses produksi dibaliknya: dialektika yang terbangun, bedah naskah, trial and error, pendalaman emosi, blocking, olah suara dan semacamnya. Sampai akhirnya gue datang di latihan terakhir dan Gladi Resik dan gue terhenyak melihat hasil akhir produksi tersebut: MENGECEWAKAN SYEKALEE~

Gue ga perlu ngomongin masalah teknis seperti lighting, blocking, intonasi dan artikulasi suara dan sebagainya. Itu terlalu jauh untuk dibahas, bahkan unsur itu tak perlu dibahas saking banyaknya yang harus dibahas lebih dulu. Gue melihat dengan mata kepala sendiri bahwa hampir seluruh pemain yang menunggu lawan dialog. Artinya apa? Artinya tidak ada aksi dan reaksi yang baik. Apa arti tidak ada aksi dan reaksi yang baik? Artinya naskah/cerita tidak dijiwai dengan baik oleh para pemain yang mengakibatkan dialog yang diucapkan tidak disertai keyakinan. Apa artinya itu semua? Artinya pementasan ini palsu.

Emosi yang dihadirkan oleh pemain ini bisa gue katakan emosi artifisial: ketawa harus terbahak-bahak, marah harus dengan nada keras, yang mana emosi seperti itu tidak mengantarkan emosi yang sama kepada penonton. Penonton seperti gue justru malah asyik menonton adegan-adegan ini dengan tidur. Keren ye, ditonton sambil tidur.

***

MINIM KONTROL

Ada kesalahan yang terjadi dalam pementasan Suksesi/Kudeta dan Teater Agora itu sendiri. Dalam pementasan Suksesi/Kudeta, entah yang salah itu dalam penyutradaraan, keaktoran, proses produksi atau bisa jadi kesemuanya. Yang jelas, pementasan Teater Agora kemarin membuat hati gue miris walaupun belakangan mendengar kabar pementasan yang berharga Rp 40.000 per tiket ini laku dijual di kalangan mahasiswa selama 2 hari.

Dari Teater Agora sendiri, spirit Teater Agora ketika pertama dilahirkan bukanlah money oriented. Sekali lagi bukan. Gue dan kawan-kawan bukanlah bidan-bidan yang gila duit. Gue gak meminta apa-apa dari lahirnya Teater Agora ini. Gue cuma pengen Teater Agora berkualitas secara manajemen organisasi dan panggung (Pementasan).

Gue gak hendak mengatakan bahwa para pemegang amanah Teater Agora pada pementasan kali ini terlalu mengedepankan unsur bisnis ketimbang aspek keteateran. Tidak. Yang mau gue kedepankan dalam tulisan ini adalah pentingnya sebuah pementasan mendapatkan kontrol kualitas yang baik. Baik kontrol dari dan terhadap penulis naskah, sutradara, pemain, dan segala unsur pendukung teater tersebut. Gue emang udah lama ga berkecimpung di Teater Agora sehingga apakah kontrol itu ada atau engga, tapi dari yang gue lihat dari output yang seperti ini gue bisa jamin kontrol itu ga ada. Kalaupun ada, kontrol tersebut tidak ketat. Bagaimana bisa sih di latihan terakhir, pemain ga lengkap? Pimpinan produksi yang harusnya datang paling awal dan pulang paling akhir untuk menjaga pementasan ini tidak ada, bahkan asistennya pun demikian?

Buat apasih kontrol-kontrol gini? Spirit awal Teater Agora adalah menjadikan Teater ini sebagai wadah belajar kehidupan, berproses, berdialektika, dan berfilsafat dengan menggunakan teater sebagai katarsis. Bagaimana teori-teori filsafat yang kita dapatkan dalam kelas, nilai kehidupan yang kita dapatkan dalam keluarga atau jalanan kita kawinkan dengan teori-teori teater dan diaplikasikan dalam panggung. Tidak ada yang lebih tinggi satu sama lainnya. Tidak ada yang lebih pintar satu sama lainnya. Semua berhak mengoreksi. Semua berhak belajar. Semua berhak berdialektika. Sehingga output yang tercapai tidak hanya menjadi sebuah pementasan tok.

***

NANGIS GA NIH?

"Lo nonton Agora ga, Haq? Terlalu Vulgar. Gue takutnya orang jijik sama Agora"

Sehari setelah pementasan hari kedua gue dapet Whatsapp demikian walaupun ga persis sama tapi poinnya sama. Gue emang udah pernah memutuskan keluar dari Teater Agora setelah pementasan Waktunya Lelaki, tapi whatsapp ini masih bikin gue sedih. Bagaimana keterikatan itu tidak hanya dirasakan oleh gue pribadi, tapi oleh orang-orang yang masih concern pada Teater Agora.

Masalah emang ada dimana-mana dalam pementasan itu yang mana hal tersebut diamini oleh banyak orang. Tapi gua ga mau bahas lagi apa masalahnya karena bisa abis waktunya. Sekarang yang perlu dilakukan adalah evaluasi menyeluruh. Pemain berhak dan berkewajiban untuk mengetahui dasar-dasar teater yang lebih proper. Sutradara juga berhak dan berkewajiban untuk mengoreksi penyutradaraannya jika dirasa tidak cocok. Banyak hal yang perlu diselamatkan, tapi yang paling utama adalah wadah yang bernama Teater Agora supaya tidak pecah oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Jadi, jika setelah pementasan Suksesi/Kudeta ini masih ada orang-orang yang mengapresiasi positif, maka jadikanlah itu pecutan semangat. Bahwa ternyata Teater Agora masih bisa terselamatkan. Tapi jangan sampai terlena karena ucapan "bagus banget" bisa jadi adalah kalimat paling jahat yang ada di muka bumi ini. Kalimat yang bisa membuat lu gabisa berproses dan belajar lebih baik lagi. Bisa jadi kalimat "bagus banget" membuat 'gelas kita menjadi penuh air dan luber', yang mana sebagai seorang (akademisi, dramawan, filsuf) yang bermain di Teater Agora HARUS mengosongkan gelasnya terlebih dulu.

Poster Suksesi/Kudeta





Sekian sabetan ini,



Dari Bidan yang Sedang Bersedih.