Tuesday, October 29, 2013

Foto Part II Pementasan MultiMonolog Selingkuh (Teater Sastra UI)

Kemaren gue bilang bakal ngirim foto ke website Tesas UI di www.teatersastraui.org, cuma ternyata adminnya lagi sibuk ke luar kota. Hehe. Harap dimaklumi, karena kami tetap butuh makan disamping mengaktualisasikan diri kami di teater. Jadi buat yang penasaran dan udah ga tahan pengen liat foto-foto sisaannya yang kemaren belom selesai edit, jangan bersedih hati dan berkecil hati. Ini nih, gue kasih lagi foto-foto pementasan multimonolog Selingkuh yang dipentasin oleh Teater Sastra UI (25-26 Oktober 2013) yang lalu. Beberapa foto ini sedikit ngacak ya, karena ada beberapa yang gue ambil dari proses latihan monolog di Depok juga dan suasana backstage (walaupun kebanyakan foto gue). Jadi, jangan banyak protes. Diliat silakan, gamau diliat juga silakan. Hahaha.

Selamat menikmati!

"The Main Actors: Masih Nginjek Bumi"
"Diselingkuhin"
"Mau ape lo?"
"Asem"
"Bobob And His Poker Face"
"Tiga Bendahara Terindikasi Geng Iluminasi"
"Feminis di depan Panggung, Camen di luar Panggung"
"Digelayutin Hendrik Panggabean"
"Nempelin Arwah Ida"
"F4 - Sanchai"
"Ketua Tesas dan Pimpinan Produksi"

"Selfie Sukaesih Bareng Acid"
"The Ritual"

"Ketik WETON Spasi Ki Pudjo, Kirim Ke 9288"
"Dibayang-bayangi Bayang Zaki"
"Tanda Apresiasi"

"Pesan Pencopet Pada Pacarnya" dan "Kepada M.G"

Sajak "Pesan Pencopet Pada Pacarnya" dan "Kepada M.G" ditulis W.S Rendra dalam antologi puisi Blues Untuk Bonnie (Pustaka Jaya, 1971). Gue nemu antologi puisi ini secara ga sengaja di rak buku bokap gue dan semenjak pertama kali liat dan baca gue jadi jatuh cinta. Sebenernya gue jarang membaca sajak-sajak penyair hebat macem Rendra ini, tapi setelah gue baca dan terutama sajak Pesan Pencopet Pada Pacarnya dan Kepada M.G gue langsung komentar: Ini gokil, Liar dan nakal!

KEPADA M.G

Engkau masuk kedalam hidupku
disaat yang rawan.
Aku masuk kedalam hidupmu
disaat engkau bagai kuda
beringas
butuhkan padang.
(Dan kau lupa siapa nama mertuamu)
Kenapa bertanya apa makna kita berdekapan?
Engkau melenguh waktu dadamu kugenggam.

Duka yang tidur dengan birahi
telah beranak dan berbiak.
Ranjang basah oleh keringatmu
dan sungguh aku katakan:
engkau belut bagiku.
Adapun maknanya:
meski kukenal segala liku tubuhmu
sukmamu luput dari genggaman.

Telah kurenggut engkau
dari kehampaanmu
dari alkohol kota New York
dari fantasi lampu lampu neon
dan dari pertanyaan-pertanyaanmu
yang lesu naik turun elevator.
Engkau kuseret
kulekapkan pada keperawananku
pada kemuakanku terhadap lapar
pada filsafat pemberontakanku
pada sangsiku.
Astaga, rambutmu yang blonda
sungguh asing
dan membawa gairah baru padaku.

Sebagai bajingan
aku telah kau terima.
Engkau telah menyerah.
Sebagai perahu kaubawa aku
mengarungi udara yang gelisah
karna nafasmu yang resah
dan tubuhmu yang menggelombang

Hidup telah hidup menggeliat.
Waktu gemetar dalam ruang yang gemetar.
Ketika bibirmu mengering dan memutih
dan kuku-kuku jarimu menekan pundakku
kupejamkan mataku.

Hidupku dan hidupmu
tak berubah karenanya.
Masing-masing punya cakrawala berbeda.
Masing-masing punya teka-teki sendiri
yang berulang kali menggayangnya.


SAJAK PESAN PENCOPET PADA PACARNYA

Sitti,
kini aku makin ngerti keadaanmu
Tak‘kan lagi aku membujukmu
untuk nikah padaku
dan lari dari lelaki yang miaramu (melamarmu)

(Lelawa terbang berkejaran
tandanya hari jadi sore.
Aku berjanji di kamar mandi 
tubuhku yang elok bersih kucuci. 
O, abang, kekasihku
 kutunggu kau di tikungan
 berbaju renda 
berkain biru).

Nasibmu sudah lumayan.
Dari babu dari selir kepala jawatan.
Apalagi?
Nikah padaku merusak keberuntungan.
Masa depanku terang repot.
Sebagai copet nasibku untung-untungan.
Ini bukan ngesah.
Tapi aku memang bukan bapak yang baik
untuk bayi yang lagi kau kandung.

(Lelawa terbang berkejaran
tandanya hari jadi sore. 
Mentari nggeloyor muntah di laut 
mabuk napas orang Jakarta. 
O, angin. 
O, abang. 
Sarapku sudah  gemetar 
menanti lidahmu
‘njilati tubuhku)

Cintamu padaku tak pernah kusangsikan.
Tapi cinta cuma nomor dua.
Nomor satu carilah keselametan.
Hati kita mesti ikhlas
berjuang untuk masa depan anakmu.
Janganlah tangguh-tangguh menipu lelakimu.
Kuraslah hartanya.
Supaya hidupmu nanti sentosa.
Sebagai kepala jawatan lelakimu normal
suka disogok dan suka korupsi.
Bila ia ganti kau tipu
itu sudah jamaknya.
Maling menipu maling itu biasa.
Lagi pula
di masyarakat maling kehormatan cuma gincu.
Yang utama kelicinan.
Nomor dua keberanian.
Nomor tiga keuletan.
Nomor empat ketegasan, biarpun dalam berdusta.
Inilah ilmu hidup masyarakat maling.
Jadi janganlah ragu-ragu.
Rakyat kecil tak bisa ngalah melulu.

(Lelawa terbang berkejaran
tandanya hari jadi sore.  
Hari ini kamu mesti kulewatkan 
kerna lelakiku telah tiba. 
Malam ini 
badut yang tolol bakal main acrobat 
di dalam ranjangku).

Usahakan selalu menanjak kedudukanmu.
Usahakan kenal satu menteri
dan usahakan jadi selirnya.
Sambil jadi selir menteri
tetaplah jadi selir lelaki yang lama.
Kalau ia menolak kau rangkap
sebagaimana ia telah merangkapmu dengan isterinya
itu berarti ia tak tahu diri.
Lalu depak saja dia.
Jangan kecil hati lantaran kurang pendidikan
asal kau bernafsu dan susumu tetap baik bentuknya.
Ini selalu menarik seorang menteri.
Ngomongmu ngawur tak jadi apa
asal bersemangat, tegas, dan penuh keyakinan.
Kerna begitulah cermin seorang menteri.

(Lelawa terbang berkejaran
tandanya hari jadi sore. 
Kenanganku melayang ke saat  itu 
di tengah asyik nonton pawai 
kau meremas pantatku 
demikianlah kita lalu berkenalan 
ialah setelah kutendang kakimu. 
Dan sekarang setiap sore 
bagaikan pisang yang ranum
aku rindu tanganmu  
untuk mengupasku)

Akhirnya aku berharap untuk anakmu nanti.
Siang malam jagalah ia.
Kemungkinan besar dia lelaki.
Ajarlah berkelahi
dan jangan boleh ragu-ragu memukul dari belakang.
Jangan boleh menilai orang dari wataknya.
Sebab hanya ada dua nilai: kawan atau lawan.
Kawan bisa baik sementara.
Sedang lawan selamanya jahat nilainya.
Ia harus diganyang sampai sirna.
Inilah hakikat ilmu selamat.
Ajarlah anakmu mencapai kedudukan tinggi.
Jangan boleh ia nanti jadi propesor atau guru
itu celaka, uangnya tak ada.
Kalau bisa ia nanti jadi polisi atau tentara
supaya tak usah beli beras
kerna dapat dari negara.
Dan dengan pakaian seragam
dinas atau tak dinas
haknya selalu utama.
Bila ia nanti fasih merayu seperti kamu
dan wataknya licik seperti saya–nah!
Ini kombinasi sempurna.
Artinya ia berbakat masuk politik.
Siapa tahu ia bakal jadi anggota parlemen.
Atau bahkan jadi menteri.
Paling tidak hidupnya bakal sukses di Jakarta.

(Lelawa terbang berkejaran
tandanya hari jadi sore. 
Oplet-oplet memasang lampu.   .
Perempuan-perempuan memasang gincu.
 Dan, abang, pesankan  padaku 
 di mana kita bakal ketemu).


***
Gimana? Hehehe

Monday, October 28, 2013

#RandomConvo4

"Sudah kubilang kau jangan mendekat. Aku trauma dengan segala hal yang berbau Tiga K. Kristen, Keriting, Kribo. Dulu waktu SMP, guruku Ivanka Manulang sering menggebukku pakai penggaris kayu yang biasa dia pakai untuk membuat garis linear setiap aku tak bisa menjawab soal yang ia ajukan. Dia lumayan tinggi, kulitnya halus dan putih, rambutnya keriting dan dia Kristen. Suaminya Martin Hasibuan, dia tinggi besar, suaranya berat, rambutnya kribo, galaknya juga minta ampun. Waktu aku les privat Matematika dengan Ivanka, aku tak sengaja memecahkan gelas Martin di rumahnya. Martin marah-marah, dia bilang itu gelas kesayangannya karena itu adalah gelas pernikahan mereka. Aku digebuk pakai sapu sampai patah dan aku disuruh membersihkan pecahan gelas itu. Tapi saat aku membersihkan gelas pecah itu aku lihat di gelas itu ada tulisan: "Terimakasih sudah datang di pernikahan kami. Albert dan Maudi". Ah, aku merasa dikerjai habis-habisan. Dari kejadian itu aku memupuk dendam padanya, tak mau lagi ku berhubungan dengan orang yang punya ciri sama dengan Ivanka atau Martin. Sekarang, dalam tiga hari ini hidupku seperti balik lagi ke masa SMP. Ini semua terjadi karena ada perempuan keriting dan kristen yang datang lagi ke hidupku. Iya, yang aku maksud itu kau Katarina Fransiska. Cepat sana pergi, jangan lagi kau mendekat. Ah atau kau memang sengaja datang supaya bisa merasakan rasanya kubakar dengan ciumanku?!"

"Kalau kau tak tau aku, maka kita lebih baik kenalan dulu. Jangan keburu marah atau memang segitu bencinya kau dengan orang Kristen? Hahaha. Namaku Katarina Fransiska. Aku memang sengaja datang. Memang sengaja supaya bisa merasakan rasanya terbakar dengan ciumanmu. Sepertinya tak ada yang salah. Kau laki-laki dan aku perempuan. Kau sendiri dan aku juga sendiri. Perempuan mana yang tak mau dicium denganmu? Iya, aku memang keriting, tapi ada teknologi di salon bernama rebonding dan smoothing. Kalau tak bisa ke salon juga aku punya alat yang bernama ca-to-kan. Yang jelas, aku bukan Kristen apalagi Kribo! Aku Ka-to-lik. Jadi tidak ada yang salah kan kalau kita coba? Siapa tau traumamu dengan guru matematikamu itu bisa sedikit demi sedikit kuhapus?"

Foto Pementasan Multi-Monolog Selingkuh (Teater Sastra UI) 24-25-26 Oktober 2013

Pementasan Teater Sastra UI yang berupa multi monolog berjudul Selingkuh memang udah rampung dipentaskan pada Jum'at dan Sabtu (25-26 Oktober) lalu. Para pemain, tim produksi dan sutradara juga telah selesai mengucap syukur atas perhelatan tahunan mereka yang semenjak 2008 rutin digelar lagi di Graha Bhakti Budaya. Pada produksi kali ini gue cuma bisa bantuin sekali danus dan sisanya cuma bisa kasih foto-foto nih. Oh iya, foto-foto ini bukanlah full foto-foto liputan pementasan tapi sebagiannya ini (pas pementasan) gue melakukan foto semi eksperimental dimana gue mengaplikasikan low speed photography dengan kamera poket samsung tipe PL 170 tanpa tripod. Karena ini aplikasi dari fotografi speed rendah tanpa tripod, maka hasil yang gue peroleh pasti blur, bergerak dan berbayang. Bagi gue, itu bukanlah sebuah kecacatan fotografi, tapi sebuah eksperimen fotografi yang patut lo coba sekali-kali.

"Ahmad Zakaria lahir dari rasa sakit.."
"Purifying"

"Feminist"
Gue sama Ane dan Asep sebelom mentas

"Fahri Asbun or Farhat Abbas?"

"Kita tak butuh bantuan, kita butuh hukum!"

"Mr. Fahri Asbun, S.H"

Mas Budi Klontong, "Selingkuh" stage architect and make up artist

"Suara Gaib"
Gue-Tirta-Mbek sebelom pementasan
"Arwah Hendrik"

"Diangkat Tuhannya Batak"

"Hendrik Morison Panggabean"
"Perempuan Yang Baik Mengikuti Kemanapun Suaminya Pergi"

Gue sama Nosa sebelom pementasan

"Keep It Simple and Stupid"
Nosa-Gue-Dudung sebelom pementasan.

Theater Producer Rendi Septiadi and Film Producer Vijay Benggali

"The Pointer"


Masih ada lagi sih beberapa foto dan video, cuma belom selesai edit. Untuk sementara ini aja kali ya yang bisa gue publish ke umum *waelah. Yaudah, kalo nanti ada tambahan paling bisa lo liat di lamannya Teater Sastra di www.teatersastraui.org Silakan dicek-cek aja ya di sana.

Saturday, October 26, 2013

Sakit Jiwa!

Sebelum lo baca, gue kasih tau isi tulisan ini adalah spoiler. Review gue tentang Multi Monolog Selingkuh oleh Teater Sastra UI, yang dipentasin Jum’at (25/10) di Graha Bhakti Budaya.



Kalo disuruh mendeskripsikan pementasan ini dalam dua kata, pasti akan gue sebut SAKIT JIWA. Kalo cuma satu kata, mau ga mau gue sebut GILA. Bukan dalam artian klise, tapi dalam artian yang sesungguhnya. Cerita, Tokoh, Sutradara, Pemain dan (Sebagian) Penonton merupakan orang-orang sakit jiwa alias gila.

Gue sebenernya udah berkali-kali liat latihan monolog ini, tapi ga pernah sampe selesai karena ingin nabung efek kejutan pas gue tonton sisa pementasannya. Pas tadi gue tonton, gue rasa cerita ini sangat Sakit Jiwa, karena membahas Sadomasokisme (bukan KDRT) dalam rumah tangga dan Selingkuh justru hanyalah bungkus dari pembahasan panjang lebar tentang Sadomasokisme ini. Tiga pemonolog utama, Zaki-Ida-Hendrik baru terkuak identitasnya di akhir cerita, bahwa mereka sesungguhnya hanyalah arwah yang sedang berkisah, asal muasal pertemuan, proses percintaan, affair perselingkuhan, hingga akhir pertemuan mereka yang semuanya ditutup pertumpahan darah.
Sementara pemonolog lainnya hanya menggunakan cerita permukaan tentang konflik segitiga Zaki-Ida-Hendrik sebagai jalan untuk memuluskan kepentingan mereka sendiri-sendiri. Sebuah potret kebanyakan masyarakat yang sesungguhnya hanya peduli pada kepentingan dirinya dengan menggunakan isu-isu nasional/fenomenal.

Mas Yudhi, sebagai sutradara amat jeli dalam memilih pemonolog. Latar belakang beberapa pemonolog sudah sesuai dengan peran yang mereka bawakan. Aktivis perempuan, anggota LSM, anak band, pembuat film, dan “anak” Hukum. Karakter tokoh yang justru jauh dari latar belakang pemonolog justru paranormal dan pengusaha Batak. Tidak banyak kesulitan yang Mas Yudhi hadapi karena proses pengembangan cerita dilakukan oleh masing-masing aktor dan itu dilakukan dengan cukup baik oleh para pemonolog. Inilah sebabnya gue sebut aktor-aktor ini sangat SAKIT JIWA. Poin yang sangat gue perhatiin adalah teror lewat kata-kata yang dimonologkan Zaki, seorang musisi band yang ternyata adalah seorang Sado yang amat liar dan brutal hingga mampu membuat mual orang/penonton yang membayangkan.

(Sebagian) Penonton juga Sakit Jiwa ketika mereka menikmati bahkan tertawa ketika Hendrik merayakan sekaratnya Zaki dengan menari tor-tor, tarian yang menurut Hendrik merupakan tarian kematian. Tarian untuk mengingatkan Zaki betapa Ida amat ingin menari namun keinginannya ini terus dipendam karena larangan Zaki. Hendrik menari tor-tor disaat Zaki tengah sekarat karena luka dua hunusan pisau Hendrik, dimana sesungguhnya itu adalah teror yang amat menyeramkan dan menyedihkan namun penonton tertawa!

Pementasan Multi-Monolog Selingkuh ini adalah teror verbal yang terjadi kurang lebih selama dua jam setengah. Ini adalah cerita tentang jiwa-jiwa yang sakit, yang barangkali juga kita pendam di sanubari paling dalam dan bisa keluar seketika ketika yang kita pendam itu meledak!

*tabik*

Untuk Nona Yang Obral Tawa

Tadi malam aku bertemu seorang nona yang sudah lama sekali tak kutemui. Ia tertawa melulu di sudut yang penuh dengan karib yang saling berpelukan dan saling lempar senyuman. Kita sempat berbicara singkat.....

***

Tentangnya tadi, ah aku tak terkesan sama sekali. Berbeda dengan orang-orang yang langsung terkesima melihatnya dengan pakaiannya. Mungkin masalah selera, tapi aku lebih suka pakaiannya yang hampir semusim lalu ia kenakan sehabis mengemukakan ide-idenya. Saat itu, ia pakai atasan coklat, celana panjang hitam dan high-heels hitam. Rambutnya hitam, tergerai mencium bahunya yang dibiarkan terbuka. Garis matanya bicara lebih. Ia tak pernah cantik di mataku, walau begitu malam itu ia elegan. Aku amat terkesima. Tapi tadi malam ia kutemukan seperti map merah berisi arsip nasional usang yang dipenuhi debu. Pucat. Aku tak terkesan sama sekali.

***

....Kita sempat berbicara singkat tentang tukang kue kecil yang selalu berjualan dengan gincu merahnya. Tak ada tawanya lagi dan kami bicara dengan kaku sekali tadi. Apa mungkin karena ia sudah lama sekali tak kutemui ataukah karena kita hampir sudah tak bicara lagi (dengan bahasa Indonesia)?

Thursday, October 24, 2013

Kulepas Kau Lekas

Ada tiga ciri pemimpin yang kuamati dari perjalanan hidupku mengamati orang-orang di sekeliling. Satu, mereka yang selalu berada di depan. Menjadi pusat perhatian. Senang jika orang lain memperhatikan. Mereka ini yang selalu mengumbar kata, menuai pujian. Mereka yang selalu aktif bergerak dan tak suka jika kedudukannya terusik. Mereka yang tak senang kalah dan tak suka berada bukan di depan.

Kedua, adalah mereka yang memimpin bersama-sama, berjalan dan duduk di tengah. Mereka mampu mengatur ritme gerak yang di depan, serta memperhatikan gerak yang di belakang. Mereka yang terbiasa jalan aman dan suka berada di tengah keramaian. Mereka yang harus selalu berada dalam kehangatan. Pancaran mata mereka lembut, bagai surya yang menggelayut. Ketiga, adalah yang memimpin dari belakang. Ia yang hampir tak pernah terlihat memimpin. Mereka yang selalu memastikan semuanya bergerak tak tertinggal. Mereka yang memberikan banyak pelajaran, tapi mereka jugalah yang pada akhirnya ditinggal banyak orang.

Sayangnya, aku tak memperhatikan diriku sendiri. Mataku terlalu sibuk mengamati orang di sekeliling dan otakku sibuk menganalisis tiap-tiap gerak bibir, tangan, tubuh, raut wajah mereka. Untuk apa mereka begini atau karena apa mereka begitu. Sementara orang-orang terbaikku yang seharusnya bisa memperhatikanku dan kumintai pendapatnya, satu per satu justru pergi karena mereka ingin selalu di depan. Lalu pertanyaan yang muncul di permukaan adalah apakah hidup telah melambatkan gerakku atau mereka hanya tak ingin berjalan beriringan lagi?

Manusia telah melakukan rencana, jauh sebelum mereka sempat berbicara. Sebagai manusia hendaknya kita saling berterima pada kenyataan yang sementara ini tak pernah selalu mewah. Anggap saja ini rencana yang tak kita duga, yang harus kita terima. Bukankah hidup menawarkan suka dan duka agar kita tak jera dalam memutuskan di pihak mana kita berada? Kulepas kau lekas. Tak akan kuikatkan lagi pada bibir atau jemariku. Agar rindu tak segera menyusul dan menyumbat alur nafas yang membuat diriku sesak-sesak.

Wednesday, October 23, 2013

"Hal yang paling kutakuti di dunia ini adalah teriakan paling bising yang keluar dari mulutmu, sayang. Teriakan yang mampu mencabik malam sunyi walau tak satu setanpun bisa dengar. Aku takut teriakan itu yang selama ini kita namai ‘Diam.’"

Saturday, October 19, 2013

Aku (Pernah) Punya Sahabat Terbaik

Delapan tahun yang lalu kami masih sekumpulan siswa Sekolah Menengah Atas yang riang dan polos, sampai akhirnya pertemuan kali ini mengubah paradigma itu. Aku pernah punya sahabat terbaikku, delapan tahun yang lalu. Kami semua berdelapan. Bagi kami, tak ada satupun halangan dan rintangan yang mampu menghalangi laju kami ketika kami sudah bersama. Sepele. Kerja kami hanya bersenang-senang, bercanda, ketawa. Aku ulangi, kerja kami hanya bersenang-senang, bercanda dan ketawa. Itu saja cukup bagi kami. Sekolah hanyalah kegiatan sampingan.

Tentang pertemuan kali ini, ah pertemuan kali ini adalah pertemuan yang telah kami janjikan ketika kami lulus SMA. Ketika itu, kami menulis janji kami tebal-tebal di tiap seragam sahabat: "Delapan tahun lagi harus ketemu, kita liat kita jadi apa!"

***

Delapan orang itu berkumpul lagi dalam satu meja, tanpa keriangan yang dulu biasa kami lakukan. Teriakan paling kencang yang terdengar adalah denting gelas dan piring. Kuperhatikan satu-persatu muka sahabatku. Tampak dunia yang mekanik berada pada muka mereka, mereka yang saban harus berangkat pagi, menembus kemacetan Jakarta, terhuyung-huyung supaya datang lebih lebih lebih lebih cepat supaya tidak dihitung absen di Kantor, selesai kerja harus menembus kemacetan Jakarta lagi, dan pulang harus memakan nasi dingin dan basi. Tenaga dan waktu mereka hampir terkuras oleh apa yang kusebut sebagai rutinitas. Entah apa yang mereka tabung. Uang? Kebahagiaan? Masa depan? Aku tak pernah ingin tahu jawabannya, hanya pertanyaan yang terus menerus muncul di dalam hati. Aku rasa, aku bakal ngeri jika kutahu jawabannya.

***

Manusia harus beradaptasi dengan lingkungan baru, begitulah yang seharusnya terjadi agar mereka tetap bisa hidup dan mempertahankan dirinya. Tapi jika sudah seperti ini, apakah berkumpul dan beradaptasi dengan sekumpulan makhluk mekanik akan membuat kita bisa lebih menjadi manusia? Aku tak tahu mana di antara kedua itu yang terbaik. Entahlah. Jawaban itu selalu akan kita miliki sendiri-sendiri. Tapi akan kuberikan jawabanku tapi takkan kupaksakan kepadamu:

"Aku pernah punya sahabat terbaikku delapan tahun yang lalu, yang kini sudah kembali menjadi orang asing.
Kita kembali..
sendiri-sendiri."

Friday, October 18, 2013

Pada dasarnya manusia takut untuk tidak mengetahui apa-apa, karena itu dengan sederhana manusia menciptakan alat penerang untuk menerangi jalan gelap penuh misteri yang saban hari harus manusia terka-terka sendiri apa yang berada di sisi-sisinya.

Wednesday, October 9, 2013

Semog Part III

Sembilan Oktober ini genap sudah anak-anak Semog berusia sebulan. Semog makin semok aja makin kesini. Gue curiga dia punya riwayat obesitas atau emang semua betina abis melahirkan selalu ga mau ngurusin badannya lagi apa gimana. Hahaha. Tapi gapapa, gue selalu nyetok makanan buat dia, ya anak-anaknya butuh asupan lah dari si ibu lewat air susunya, jadinya untuk terus memproduksi air susu ibu landak itu ya gue harus ngasih si Semog makan terus.

Sekarang anak-anak semog juga udah lumayan gede. Tadinya, Sidvi-Siouxsie-Sibil muat bertiga gue jejerin di tangan gue, tapi sekarang mereka udah ga muat di jejerin bertiga. Seekor aja sekarang panjangnya udah hampir duapertiga telapak tangan gue. Kadang gue main sama mereka bertiga, karena mereka ngegemesin banget. Bulunya yang ga berduri itu alus-alus banget emang bisa banget buat di remeg-remeg. Tapi gue masih bisa kontrol kegemesan gue, haha kesian soalnya. Si Sibil adalah anak landak paling galak diantara mereka bertiga. Tangan gue suka di endusin, di jilatin terus kalo gue lagi lengah dia langsung gigit. Lo kira jari gue puting susu emak lo apa.

Oh iya, masalah dijilatin, landak mini emang suka begitu. Dalam bahasa Inggrisnya, anointing. Ini sifat landak mini yang memang sangat mengandalkan hidung untuk memberikan mereka informasi yang dibutuhkan sebagai mekanisme pertahanan diri awal. Tempat-tempat yang memiliki wangi baru bagi mereka akan segera diidentifikasi dengan jilatan-jilatan ini sehingga mereka akan beradaptasi di tempat tersebut. Kadang mereka juga jilatin durinya sendiri, lidahnya lumayan panjang sih. Pasti cewek-cewek seneng deh. Hahaha.

Sekarang Sibil dan Siouxsie (sodara kembar beda kelamin yang ga mirip ibunya), hobi banget ngikutin ibunya makan dan sering banget gangguin ibunya makan. Gangguinnya ya gitu, tempat makanan si ibunya di injek-injek mereka berdua, dan makanan si ibunya itu dicicip-cicipin dulu terus di lepehin. Kalo udah rese begini biasanya gue pindahin tuh Sibil sama Siouxsie, gue grounding ke aquarium tempat mereka akan berada sebulan lagi nanti. Sementara si Sidvi, yang mirip ibunya banget, cenderung lebih kalem dan ga banyak tingkah. Dia juga yang paling seneng main di tangan gue, walaupun kalo udah sekalinya panik ga berenti-berenti persis kaya ibunya.

Oh iya, makanan mereka gue beliin pakan kucing yang kering, gue lupa merknya. Dua bulan ini gue beli dua merk pakan kucing yang beda. Pakan yang pertama banget itu rasa tuna harganya Rp 30.000/kg (sekarang naik Rp 3000), yang terakhir ini rasa ayam harganya Rp. 30.000,-/kg. Gue sendiri sih ngeliatnya, Semog lebih suka pakan yang rasa tuna karena si Semog semangat banget kalo dikasih makan pakan tuna ini, sementara yang rasa ayam ini suka dia sisain. Terus si Sibil dan Siouxsie juga suka nyicip makanan yang rasa tuna. Berarti gue besok harus beliin dia pakan kucing rasa tuna lagi buat mereka. Lagipula, eeknya Semog lebih bau-an ketika dia makan pakan yang rasa ayam soalnya pakan yang rasa ayam ini lebih amis daripada yang rasa tuna. Sekedar info, landak mini pada dasarnya adalah mamalia insektivora. Dia hewan menyusui yang makanannya berupa serangga kaya jangkrik, kroto, ulet, dsb. Tapi dia bukan insektivora eksklusif, dalam artian dia ga mutlak harus makan serangga melulu. Landak sebenarnya pemakan apa saja, alias rakus. Eh sori, omnivora. Waktu itu pernah gue kasih salak, terus Semog nyicip cilik. Tau deh dia bisa berak lagi apa enggak waktu itu.

Ngerawat landak mini sebenernya ga susah kok, menurut gue. Lo cukup merhatiin persediaan makanannya aja kok. Hal ini sih yang ngebuat gue kadang-kadang kepikiran kalo misalnya gue nginep entah dimana dan lama ninggalin mereka gitu, soalnya di keluarga gue ga ada yang mau ngurusin landak-landak gue ini. Nah, satu hal yang bikin salah paham dengan keluarga gue itu adalah masalah bau dan membersihkan kandang dan landaknya. Landak enggak sama kaya binatang lainnya yang harus mandi sehari dua kali atau tiap pagi dimandiin dan dijemur. Landak ini hewan nocturnal, alias aktif berkegiatan di malam hari. Persis kaya gue. Sehingga, matahari pagi itu adalah musuh terbesar mereka. Pasti rasanya kesel banget kalo kena sinar matahari pagi yang pekat. Nah landak juga, seperti yang gue bilang diatas, adalah hewan yang menggunakan hidungnya sebagai pemberi informasi. Nah, kandangnya emang ga boleh terlalu sering dibersihin karena kalo misalnya dia kehilangan bau yang dia kenal di kandangnya itu dia pasti akan stress, garuk-garuk pala, terus durinya rontok. Sama juga, dia ga boleh terlalu sering mandi, karena kulitnya gampang kering dan jadinya busikan kaya ketombe gitu kalo udah kekeringan. Tapi gue paling seneng sih kalo ngeliat landak mandi, soalnya mereka jago berenang. Setelah melahirkan ini, gue belom mandiin lagi si Semog, walaupun sebelum dia melahirkan gue seminggu bisa dua kali mandiin dia. Gue masih nunggu sebulan lagi, sampe anak-anaknya berhenti nyusu eksklusif dan bisa dipindah kandangin. Setelah itu gue akan sering mandiin lagi dan nyoba nyari orang yang punya landak jantan supaya bisa menghamili Semog lagi.

Dua bulan ini intinya gue lumayan bahagia. Gapapa deh gapapa ga punya cewek juga gapapa, yang penting perasaan kasih sayang gue masih bisa tersalurkan kepada makhluk hidup lainnya. #Eaak. #Berak.
Sekedar gue kasih tau, nampaknya gue akan serius ngurus anak-anak landak ini dan ngejadiin landak mini sebagai tren baru di lingkungan sekitar gue. Hehehe. Jadi lumayan kan punya komunitas jadi bisa sharing apapun tentang landak mini. Udahlah gitu aja, next time gue ceritain lagi.

*Cheers!*



PS: Foto nyusul.

Monday, October 7, 2013

You Wish I'm a Dead Fish But Let Me Wish...

It started out as a feeling which then grew into a hope, which then turned into a quiet thought, which then turned into a quiet word and then that word grew louder and louder until it was a battle cry. I'll come back when you call me. No need to say goodbye. Just because everything's changing doesn't mean it's never been this way before. All you can do is try to know who your friends are as you head off to the war. Pick a star on the dark horizon and follow the light. You'll come back when it's over. No need to say goodbye. Now we're back to the beginning. It's just a feeling and no one knows yet. But just because they can't feel it too doesn't mean that you have to forget. Let your memories grow stronger and stronger until they're before your eyes. You'll come back when they call you. No need to say goodbye.

You'll come back when your memories call you. No need to say goodbye.


Thanks, Regina.

Saturday, October 5, 2013

Tembok

Tembok yang kubangun lebih kokoh daripada sebelumnya. Aku ingat, waktu itu aku lupa memberi perekat di setiap bata yang kususun sehingga setiap kau datang tembok tinggi yang sudah kususun itu langsung jatuh dan berantakan. Kemarin yang lebih parah, tembok tinggi yang sudah kususn lagi langsung rubuh hanya dengan satu tangkai bunga matahari.

Tapi kali ini aku sudah temukan semen yang terbaik yang aku dapatkan dari tukang bangunan yang tidak sengaja aku temui di depan pasar, ketika ia sedang ingin memugar gapura taman kanak-kanakku. Namanya Samiduy, laki-laki paruh baya yang tak sengaja aku temui pagi itu. Ketika itu aku sedang asik membeli susu di halaman depan taman kanak-kanak itu, persis di depan pasar dan tanpa kusadari motorku menghalangi laju motor Pak Sam yang mau masuk ke pekarangan taman kanak-kanak itu. Klakson motor Pak Sam mengagetkanku sehingga memancing emosiku. Namun setelah ku lihat perawakan lelaki itu, aku menahan amarahku dan membalas klaksonnya dengan senyum dan meminta maaf padanya karena telah menghalangi jalannya. Sikapku dibalas lunak olehnya, ia juga melemparkan senyum dan juga meminta maaf karena telah mengagetkanku.

Seharusnya waktu itu, pukul delapan pagi, para pekerja sudah harus bekerja termasuk Pak Sam. Tapi baru tiga pekerja yang datang, sementara mandor yang memberikan tugas belum datang sehingga aku banyak ngobrol dengan Pak Sam. Aku ngobrol banyak tentang apa saja yang terlintas di otakku dan di otaknya juga. Kebanyakan hal-hal remeh dan tidak penting bagiku, tapi menurutnya itu sangat penting. Hingga percakapan kami berhenti ketika mandor yang memberikan tugas pada Pak Sam datang dan menyuruhnya untuk bekerja.

Susuku juga sudah habis, sehingga aku sekalian pamit. Tapi Pak Sam menyuruhku untuk menunggu, ia ingin mengambil sesuatu dan memberikannya padaku. Ketika kutanya apa yang akan ia berikan, ia tak menjawab apa-apa dan berlari ke arah dalam TK itu. Tidak lama, tubuhnya yang renta tergopoh-gopoh menghampiriku, dan memberikan sekantong plastik semen.

"Untuk apa semen ini pak?"
"Untuk apapun, nak"

***

Lima belas menit kemudian aku pulang, lalu kubangun lagi tembok tinggi yang tiap kau datang selalu rubuh itu. Tembok itu kubangun tinggi supaya kau tak bisa melihat rumahku lagi. Kau tak perlu lagi repot-repot khawatir pada apapun yang aku lakukan di dalam rumahku ini. Karena semakin kau begitu, semakin kulupakan coretan-coretan di dinding luar yang pernah ku tulis besar-besar: AKU BERJANJI UNTUK... ah lupa.

Kali ini temboknya sudah kuat. Biar angin seribu knot pun tak akan mampu merobohkannya. Kupilih batu terbaik dan sebagai perekatnya kupakai semen pemberian Pak Sam. Ada beberapa jendela satu arah yang kupasang di tembok itu, supaya aku bisa tetap melihat apa yang terjadi di luar sana namun tidak ada yang bisa mengintip apa yang terjadi di dalam sini.

Tembok yang kubangun lebih kokoh daripada sebelumnya.
Di luar tembok, aku coret besar-besar: HARAP MAKLUM.
 
***

Friday, October 4, 2013

Fly Little Wing.


Now she's walking through the clouds with a circus mind that's running wild. Butterflies and zebras and moonbeams and fairy tales. All she ever thinks about is riding with the wind. When I'm sad, she comes to me with a thousand smiles. She gives to me, free. "It's alright, it's alright", she says. "Take anything you want from me. Anything". Now she's walking through the clouds with a circus mind that's running wild. Butterflies and zebras and moonbeams and fairy tales. All she ever thinks about is riding with the wind..


Fly, oh my little wing..

Thursday, October 3, 2013

Flying To Neptune

Sifat Capricorn mendekati Ikarus. Mereka pasti terbang tinggi, setelah itu jatuh dan mati.

Wednesday, October 2, 2013

Ramai

Oktober,

Hujan memperkenalkan diri. Dia turun dan membasahi semua yang sudah datang. Tamu-tamu sebagian berteduh di bawah kanopi, ditemani kopi. Menjauh dari tetesan hujan yang bisa melunturkan topeng berbentuk bedak padat limaratus ribu yang menempel di muka mereka. Sebagian yang lain memilih bertahan menikmati setiap tetesan hujan. Langit sedang bersuka cita lagi, mengiringi keceriaan beberapa orang yang hampir mati kekeringan. Mereka yang hampir percaya bahwa baju berdebu mereka takkan pernah lagi dibasahi hujan.

Malam semakin larut. Tamu-tamu mulai sibuk dengan percakapan dengan volume tinggi, bersaing dengan suara hujan yang juga tak mau kalah berisik. Musik makin menenggelamkan suara perempuan kecil yang bercerita tentang kekasihnya. Bagiku, suara musik dan suara perempuan kecil itu sama gaungnya. Bergumul menjadi satu diantara gendang-gendang telinga. Psilocybin yang jadi penyebabnya. Cahaya yang datang menjadi spektrum warna yang berputar-putar, menjauh dan mendekat. Denting gelas anggur atau cangkir kopi justru seperti hentakan jemari Sergei Rachmaninoff menghasilkan komposisi.klasik yang syahdu.

Malam makin larut. Kesadaran makin luput. Senyum dan tawa tak mampu ditahan-tahan. Dari luar, kita bisa bersuka ria di tengah keramaian. Menikmati apapun yang terjadi dengan senyum dan tawa artifisial. Dari dalam, perasaan berduka tak bisa dihapuskan. Entah bagaimana caranya lagi.

Mari selesaikan masalah kita yang hampir sama dengan cara kita masing-masing.