Saturday, October 26, 2013

Untuk Nona Yang Obral Tawa

Tadi malam aku bertemu seorang nona yang sudah lama sekali tak kutemui. Ia tertawa melulu di sudut yang penuh dengan karib yang saling berpelukan dan saling lempar senyuman. Kita sempat berbicara singkat.....

***

Tentangnya tadi, ah aku tak terkesan sama sekali. Berbeda dengan orang-orang yang langsung terkesima melihatnya dengan pakaiannya. Mungkin masalah selera, tapi aku lebih suka pakaiannya yang hampir semusim lalu ia kenakan sehabis mengemukakan ide-idenya. Saat itu, ia pakai atasan coklat, celana panjang hitam dan high-heels hitam. Rambutnya hitam, tergerai mencium bahunya yang dibiarkan terbuka. Garis matanya bicara lebih. Ia tak pernah cantik di mataku, walau begitu malam itu ia elegan. Aku amat terkesima. Tapi tadi malam ia kutemukan seperti map merah berisi arsip nasional usang yang dipenuhi debu. Pucat. Aku tak terkesan sama sekali.

***

....Kita sempat berbicara singkat tentang tukang kue kecil yang selalu berjualan dengan gincu merahnya. Tak ada tawanya lagi dan kami bicara dengan kaku sekali tadi. Apa mungkin karena ia sudah lama sekali tak kutemui ataukah karena kita hampir sudah tak bicara lagi (dengan bahasa Indonesia)?

No comments:

Post a Comment

Kalo mau komen pake bahasa yang santun dan sopan ya saudara-saudari!