Saturday, June 8, 2013

Unek-Unek Dikit.

Kecuali Andik dan Boaz,

Kepada Yang Saya Hormati Seluruh Pemain Tim Nasional Indonesia dan Jajaran Staff (Pelatih dan Manajer);
La Nyala Matalitti Cs. (Oknum-oknum yang paling bertanggungjawab atas carut marutnya kompetisi sepakbola lokal di Indonesia sehingga menghasilkan pemain bermental tidak kompetitif); dan Djohar Arifin (Ketua PSSI, sama bertanggungjawabnya atas carut marutnya prestasi tim nasional sepakbola Indonesia).

Maaf, saya tidak akan menggunakan paragraf ini sebagai paragraf pembuka berisi basa-basi. Setelah menonton pertandingan persahabatan antara Indonesia lawan Belanda, saya ingin sekali mengucapkan sesuatu untuk anda sekalian: Bikin malu bangsa, lu semua!

Kepada para pemain, saya harap anda tidak tersinggung dengan tulisan saya berikut ini, mengingat semua keringat yang telah kalian kucurkan demi membela tim nasional. Tapi saya takut, keringat yang kalian keluarkan semua di atas lapangan tadi hanyalah demi membela ekonomi keluarga. Karena saya tidak melihat adanya kemauan kalian untuk bermain mengimbangi permainan Tim Nasional Belanda. Saya tidak melihat mental jago sepakbola kalian (kecuali Andik dan Boaz) yang selalu kalian perlihatkan di kompetisi lokal ketika kalian bermain melawan pemain tim nasional Belanda. Dimana itu semua? Apa memang hanya uang yang ada dibalik keringat kalian semua? Atau sekedar keinginan untuk bertukar jersey asli tim nasional dengan pemain Belanda idola kalian menjadi satu-satunya motivasi kalian bermain?? Sekali lagi, permainan kalian mengecewakan. Terbukti, kemampuan kalian yang luar biasa hebat di kompetisi lokal sangat melempem jika melawan tim nasional yang para pemainnya memiliki mental-mental hebat. Segini sajakah kemampuan kalian? Terutama untuk para pemain asing yang sama sekali tidak memiliki darah Indonesia dan berani-beraninya bermain untuk tim nasional. Saya pikir, kalian sama sekali tidak membantu tim nasional kami bermain lebih baik dan memberikan perubahan yang berarti untuk prestasi tim nasional kami. (Kepada seluruh pemain) Jika anda masih memiliki waktu di tim nasional, saya pikir gunakanlah waktu itu untuk kalian berikan kepada pemain-pemain lain yang memiliki kemampuan lebih baik daripada anda atau untuk pemain-pemain muda menambah jam terbang internasional. Kalian adalah keterwakilan saya dalam lapangan sepakbola. Kalian adalah wakil saya dalam cabang sepakbola. Seharusnya, ketika kalian telah menggunakan jersey tim nasional, tanggungjawab itu harus kalian tanamkan sedalam-dalamnya dalam benak anda semua. Sehingga, kebanggaan untuk menggunakan jersey tim nasional itu bisa menjadi semangat kalian melawan tim manapun di dunia ini. Saya percaya, kebanggaan para pemain Iraq menggunakan kostum tim nasional sehingga mereka bisa Juara Asia (walaupun negara mereka berada di tengah krisis, porak-poranda karena perang dan ditengah minimnya fasilitas sepakbola seperti stadion bertaraf internasional yang tidak mereka miliki) bisa menjadi inspirasi kalian. Kalian memiliki segalanya di negeri ini, tapi saya takut materi yang disediakan untuk anda di negeri ini membuat kalian menjadi manja dan tidak mampu bersaing dengan tim lain.

Kepada para staf pelatih dan manajer tim, saya harap anda juga tidak tersinggung dengan tulisan saya berikut ini. Anda terpilih dalam waktu yang sangat singkat. Saya bisa memaklumi kualitas komunikasi dan taktik yang tentu akan sulit dimengerti oleh para pemain tim nasional yang belum pernah melakukan kerjasama dengan kalian. Tapi kalian memiliki beberapa pemain yang sudah kalian percayakan mampu membawa taktik itu berjalan sempurna. Namun, apakah terus menerus bertahan dan membuang bola ketika pemain mendapat bola adalah salah satu taktik yang kalian ajarkan kepada para pemain tim nasional? Kalian tentu memahami bahwa postur-postur pemain tim nasional Indonesia relatif pendek ketimbang pemain-pemain tim nasional Belanda, tapi mengapa kalian tidak melarang pemain Indonesia melakukan umpan lambung dan umpan jauh? Dan mengapa kalian tidak mampu mengantisipasi bola-bola umpan atas yang menjadi kelemahan tim nasional kami?? Sekali lagi, tentu saya memahami bahwa ini semua sudah pasti kalian pikirkan sebelumnya. Tetapi saya memang tidak bisa terlalu menyalahkan kalian ketika keterpilihan kalian dilakukan mendadak dan kalian hanya diberikan materi pemain-pemain yang memiliki kemampuan teknik, mental dan intelektual yang terbatas. Waktu masih terbuka sangat lebar, tentunya kalian memiliki waktu untuk berbenah dan mengevaluasi diri dan taktik-strategi. Semoga kedepannya kalian mampu meracik dengan baik dan tidak lagi mengulangi kesalahan hari ini: Membuat malu bangsa Indonesia.

Kepada La Nyalla Mataliti dan Djohar Husein. Apakah anda sudah puas dengan hasil ini? Saya harap satu diantara kalian, berhenti untuk mengeksploitasi sepakbola di Indonesia ini menjadi komoditas ekonomi semata. Anda sudah tentu menyaksikan bahwa kompetisi yang anda gadang-gadang sebagai kompetisi terbaik setanah-air nyatanya hanya mampu menghadirkan juara-juara melempem saja. Kompetisi anda gagal menghasilkan tim profesional yang terbebas dari anggaran pendanaan daerah. Kompetisi anda gagal independen dan bebas dari kepentingan politik, saat beberapa klub nyatanya masih dibiayai atau menjadi kendaaraan politik pejabat daerah/partai. Kompetisi anda gagal menghadirkan pemain-pemain berkualitas yang memiliki mental bermain selevel dengan pemain dunia dan determinasi yang kuat. Kompetisi anda gagal membina pesepakbola muda menjadi pemain yang siap menjadi tulang punggung tim nasional. Kompetisi anda gagal menghadirkan tim nasional yang kompetitif. Saya tidak tahu mana dari antara kalian yang merasa tersindir dengan kalimat saya. Semoga sindiran saya tidak ditanggapi dengan negatif, karena nilai sindiran yang bermuatan positif. Saya sangat mengapresiasi kempampuan lobby anda semua bisa menghadirkan tim latih tanding yang berkualitas bagi tim nasional sehingga mampu membuat para penonton senang melihat banyak pemain kelas dunia yang bermain di Indonesia. Namun itu saja tidak cukup. Saya tidak ingin lagi disenangi dengan kesenangan semu dan palsu. Saya sudah muak dengan kekalahan dan kekalahan. Kekalahan tetaplah kekalahan, mau itu diterima saat melawan tim nasional dunia atau tim nasional amatir. Bagi saya, kita (khususnya kalian) sudah seharusnya berhenti berpikir demikian: bahwa kalah melawan tim dunia adalah sebuah kewajaran. Sudah saatnya kita bangkit menjadi tim nasional yang disegani di dunia! Tapi selama hanya kekalahan yang kita dapatkan, saya rasa kita tidak akan pernah belajar dan mengevaluasi tiap kekalahan tersebut, sehingga untuk apalah semua hal yang sudah kalian lakukan kecuali uang yang kami berikan dan mungkin mampir ke kas anda semua. Sistem yang selama ini hadir sama sekali tidak berjalan, LALU DIMANA REVOLUSI ITU?

Untuk kita semua, termasuk saya. Jangan berhenti bermimpi. Jangan berhenti mengkritik. Kita pasti bisa menjadi bangsa yang disegani dunia!


Tertanda,


Nihaqus Yuhamus
Seorang Penggemar Tim Nasional Sepakbola Indonesia.

No comments:

Post a Comment

Kalo mau komen pake bahasa yang santun dan sopan ya saudara-saudari!