"Kamu ini bikin tulisan yang menyindir umat, kamu tau konsekuensinya
apa? Kamu ini dianggap kafir, kamu dianggap tidak membela agamamu, kamu
dicap liberal dan sekuler. Naudzubillah. Segera hapus tulisanmu itu.
Saya tidak mau pondok pesantren ini dicap tidak bisa mengajari santrinya
beragama yang baik dan betul", tegur Ki Dahlan kepada Amin seraya
melihat ponselnya pagi itu.
"Yai, itu bukan menyindir namanya. Saya hanya bikin satire saja. Kenapa sih banyak
dari kita yang terlalu reaktif hanya karena ucapan seorang kepala
daerah yang belum tentu seperti apa yang kita tuduhkan?", bela Amin.
"Inikan sudah ada fatwa ulamanya. Kamu ini ngerti apa tentang agama?
Ilmu kamu itu masih tidak ada apa-apanya dengan alim ulama yang sudah
memberikan fatwa itu", tegas Ki Dahlan.
"Ya, memang betul Yai. Saya pahami itu. Tapi ada yang janggal, Yai. Bolehkah saya utarakan kejanggalan itu?", tanya Amin.
"Apalagi?"
"Kebetulan Yai sedang lihat ponsel, coba googling berita yg judulnya
'Terungkap, Ternyata Guru Besar Maha Guru Dimas Kanjeng Ada yang
Pengemis dan Pemulung'. Di situ tertulis 'Guna meyakinkan pengikutnya,
pria yang semuanya berjengot ini diberi jubah dan sorban layaknya
seorang kyai atau ulama.' Inikan sebuah penipuan yang dilakukan orang
yang seolah sebagai ulama namanya Yai. Apakah ini bukan penistaan
terhadap ulama, Yai? Kok untuk kemudhoratan yang nyata seperti ini, alim
ulama yang berada di pusat tidak memberikan fatwa Haram sama sekali?",
tanya Amin heran.
"Itu beda konteks! Tak ada hubungannya dengan
si Kepala Daerah yang mulutnya kayak jamban itu! Lagipula itu kan hanya
oknum yang mengaku ulama!", tukas Ki Dahlan
"Lho, kalau si kepala
daerah itu berbicara dalam konteks untuk mengingatkan dari bahayanya
oknum yang mengaku-ngaku ulama itu, bagaimana Yai?", desak Amin lagi.
"Tetap saja dia salah. Karena dia bukan Muslim! Apa tujuannya coba?
Bukan muslim kok ngingetin yg muslim!", jawab Ki Dahlan santai.
"Apa ada muslim yang sudah mengingatkan hal itu, Yai? Kalau ada, kenapa
sampai sekarang masih ada oknum-oknum seperti itu, Yai? Apakah umat
benar-benar serius menegakkan agama dan membela agama, Yai? Ataukah
memang kita hanya bergerak karena kepentingan politis saja?"
"Astaghfirullah Amin! Keterlaluan kamu meragukan gerakan umat! Amin,
mulai sekarang saya melarang kamu membaca buku-buku Filsafat. Kamu akan
saya kirimkan lagi ke Kudus, supaya kamu benar-benar lurus menjalankan
ibadah dan tuntunan Islam!", sergah Ki Dahlan.
***
Berita yang dimaksud Amin: http://www.tribunnews.com/regional/2016/11/06/terungkap-ternyata-guru-besar-maha-guru-dimas-kanjeng-ada-yang-pengemis-dan-pemulung
No comments:
Post a Comment
Kalo mau komen pake bahasa yang santun dan sopan ya saudara-saudari!