Monday, September 23, 2013

Lebaran Part 2




Bagi sebagian orang, Muntilan adalah sebuah tempat yang asing, tidak terkenal dan tidak terlalu terekspos dengan begitu baik. Sepertinya betul, jika pendapat itu muncul 10-15 tahun yang lalu dimana internet belum muncul di dunia. Bagi gue sendiri, Muntilan bukanlah sebuah tempat yang asing. Justru tempat yang asik.

Hampir setiap tahun, di masa kecil gue, gue pulang kampung ke Muntilan. Muntilan adalah sebuah kecamatan di Magelang, Jawa Tengah (15 Kilo dari Magelang, 25 Kilo dari Yogya) tempat mbah kakung dan mbah putri tinggal. Mereka adalah orangtua dari bokap gue, yang berlima-belas saudara. Tapi ketika mbah kakung dan mbah putri udah meninggal, Muntilan bukan lagi tempat kumpul-kumpul tahunan.

Baru tahun 2013 ini, kami akhirnya kembali lagi ke Muntilan dan berlebaran di sana. Well, gue ga mau nyeritain masalah remeh temeh lebarannya kaya gimana. Standarlah. Keluarga besar kumpul, Makanan enak, berkuah santan, dan berlemak ada dimana-mana. Hahaha. Di sini, gue cuma mau ngasih tau bahwa lebaran di Muntilan tahun ini adalah sesuatu yang berbeda banget daripada tahun sebelum-sebelumnya. Lebaran tahun ini membawa banyak dampak positif dari segi spiritual maupun segi sosial terutama, bagi gue sendiri.

Tahun ini, gue sholat ied di Lapangan Pasturan. Letaknya masih ada di Muntilan, tapi sebenernya, itu adalah wilayah yang kanan-kirinya banyak bangunan mirip gereja walaupun pada nyatanya itu adalah bangunan dari komplek Misionaris Muntilan. Muntilan memang dikenal sebagai pusat persebaran Katolik terbesar di Jawa Tengah, walaupun pengaruh Islam lewat Muhammadiyah juga besar disana. Jejak Katolik di Muntilan dicatat lewat persebaran yang dilakukan Romo Van Lith.

Satu hal yang bikin gue kagum adalah bagaimana Muhammadiyah bisa menjalin kekerabatan dan kekompakan dengan para warga yang umumnya beragama non-Islam (di tempat itu), dan bagaimana para warga di tempat itu sangat toleran dan sangat terbuka berbagi perayaan umat Islam ini. Bayangin aja, penggunaan sound system yang sangat banyak membuat suara takbir berkumandang dengan megah tapi warga non-Islam yang berada di sana tidak merasa terganggu, justru beberapa ada yang membantu menjadi panitia pelaksanaan Sholat Ied ini dengan menjadi juru parkir, membagi koran kepada jamaah, memberikan lahan parkir, memberikan tempat bagi jamaah yang tidak kebagian tempat sholat, dsb. Sungguh-sungguh sesuatu yang layak dipuji dan patut ditiru, ketika kita hidup dan dihadirkan pada banyaknya ormas-ormas keagamaan yang mengatasnamakan Islam sekarang-sekarang ini justru lebih mengedepankan aksi konfrontatif bagi mereka yang berbeda ideologi.

Abis sholat ied, gue masuk ke dalem komplek itu. Di dalemnya ada gereja, ada museum dan beberapa tempat belajar buat pastor dan lapangan yang diperuntukkan pada saat itu untuk parkir kendaraan jemaah yang sholat ied. Arsitekturnya masih Belanda banget, mungkin ga diubah sama sekali. Gue sempet foto-foto di sana karena mataharinya lagi bagus banget. Yaudah deh, nih beberapa foto yang gue ambil dari dalem komplek tersebut.



Patung Romo Van Lith untuk mengenang jasa beliau yang telah menyebarkan Katolik di Jawa.

Van Lith dengan latar belakang Museum Misi Muntilan

Segitu aja dulu tulisan telat gue kali ini. Hehe. Minal Aidin Wal Faidzin. Klise sih, tapi semoga kita bisa selalu toleran pada yang berbeda agama dengan kita.

Minal Aidin Wal Faidzin
*Cheers!*














No comments:

Post a Comment

Kalo mau komen pake bahasa yang santun dan sopan ya saudara-saudari!