Alkisah terdapatlah seorang penyanyi yang diberkati Tuhan dengan
suaranya yang aduhai begitu merdu. Penyanyi itu dilahirkan dengan jenis
kelamin perempuan, bahkan status kepenyanyiannya telah diketahui lebih
dulu oleh dokter ketimbang jenis kelaminnya. Karena pada saat keluar
dari lubang vagina ibunya, si bayi mungil ini langsung berteriak dengan
keras: Weeeeeee are the champions, ma freen~
Dokter
yang terkejut ketika itu tidak memberitahukan kasus ini pada siapapun.
Pertama karena para perawat sedang mempersiapkan inkubator untuk si bayi
kecil ini. Kedua karena ibu si bayi langsung pingsan setelah berhasil
melahirkan bayi ini. Ketiga karena bapak si bayi tidak berani masuk
ruang persalinan karena trauma dengan darah. Dokter lalu menggendong
bayi perempuan ini yang masih melanjutkan lagu dari Queen tersebut. Hal
ini menurutnya tidak boleh diberitakan pada siapapun karena ini adalah
keajaiban dan mukjizat yang tidak pernah terjadi lagi setelah kasus Nabi
Isa yang bisa langsung ngobrol pas bayi.
Tapi berhubung gue yang nulis cerita, jadi yang tau kisah ini selain dokter itu ya gua. Mau apa lo?
***
Tujuh
belas tahun kemudian, bayi ini telah tumbuh ranum menjadi mangga yang
siap petik. Wangi gadis ini setelah mandi sudah bukan wangi Zwitsal atau
Kodomo lagi, namun sudah berganti jadi wangi Pucelle dan Rexona
Roll-On. Biasalah, gadis dalam masa pertumbuhan begitu memang menyimpan
aroma singit yang harus ditutupi dengan berbagai macam wewangian.
Suara
si gadis pun juga makin syahdu aduhai. Vibrasinya makin mantap dan
lengkingan suaranya juga sangat luar biasa. Padahal musik yang
dimainkannya sejenis musik keroncong dan campursari. Musik yang dengan
improvisasi yang jarang dari para penyanyinya. Karena vibrasi dan
lengkingan suaranya yang membahana, maka terciptalah sebuah sub-genre
baru yang dinamakan Keroncurok. Keroncong campur Rock. Begitulah,
akhirnya genre ini dikenal luas karena VCD bajakannya yang menayangkan
grup musik si gadis ketika konser live di berbagai acara sunatan
tersebar luas dimana-mana.
***
Selama dua tahun
konsisten mengarungi jalan kemahsyurannya sendiri dengen genre
Keroncuroknya, si gadis mulai dikenal luas oleh masyarakat. Regi
Travolta menjadi nama panggung yang setiap dikumandangkan oleh MC,
beberapa lelaki langsung melampiaskan syahwatnya dengan sholat
berjamaah.
Ternyata, pemain bass dari grup Keroncurok yang
bernama Orsun (Orkes Sunatan) Sumenep Berjaya itu menyimpan hati juga
pada Regi Travolta. Lelaki kurus kumel dengan rambut gondrong perawakan
khas orang Jawa itu bernama Margi. Nama yang cukup keren kedengerannya.
Padahal orangtua Margi dulu nulis di akta kelahiran dengan nama
Margiyono yang tak terpisah. Namun karena tuntutan zaman, Margi merasa
malu kalau tetep membawa Yono di namanya. Akhirnya setelah berijtihad,
Margi memerdekakan diri dari Yono. Nama Yono ini lalu diambil oleh Siti
Habibah dari Pacitan untuk menambahi nama untuk anaknya yang sering
sakit ingus kronis. Nama anak itu sebelum ditambahi Yono adalah Susilo
Bambang Yudho.
Oke. Balik ke cerita Margi dan Regi. Margi
ternyata selama ini memendam rasa kepada Regi, tapi rasa itu tak pernah
ia utarakan langsung pada Regi. Ia hanya cari-cari perhatian aja selama
ini supaya Regi melihatnya, dengan cara memvariasikan permainan bas yang
ia mainkan dengan lagu yang sedang ia iringi. Contoh paling terakhir
adalah ia sukses membuat Regi melihatnya ketika Regi sedang membawakan
lagu klasik Final Countdown dari Europe, tiba-tiba Margi
memvariasikannya dengan petikan bass lagu Lima Perkara dari Raihan.
***
Orangtua
Regi adalah orangtua biasa saja. Bapaknya adalah akademisi, lulusan S3
Universitas di Cambridge. Namun setelah balik ke Indonesia bapaknya
malah jadi tukang pukul karena jadi akademisi di sini kurang begitu
dihargai. Atau harga seorang akademisi jauh lebih murah ketimbang jadi
tukang pukul. Ibunya adalah ibu rumah tangga. Maksudnya, Ibu yang
menjual seluruh rumah bertangga yang ada di perusahaan properti Agung
Sedayu dan Podomoro Group.
Regi sudah kebelet pengen kawin.
Masalahnya adalah ia terlalu sering kawin. Makanya ia bingung menentukan
pilihannya, mau kawin sama siapa. Si X begini. Si Y begitu. Si Z kurang
ini. Si W lebih disitu. Semua penuh pertimbangan. Maklumlah Regi selain
anak satu-satunya sehingga berstatus dilindungi juga seorang perempuan
yang punya banyak lelaki di setiap Kota. Nah! Hal yang pertama itu
diketahui semua orang, sedang yang terakhir hanya Regi sendiri yang
mengetahui. Sesungguhnya ia berperilaku demikian karena dulu waktu SMP menjadi bahan olok-olok perempuan-perempuan lainnya karena gayanya yang cupu waktu sekolah. Iya, dulu seragamnya dia masukin, roknya dia naikkin seperut. Terus roknya dibikin ngatung tiga perempat, dan dia pake kaos kaki panjang putih. Sementara tren perempuan-perempuan SMP gaul pada saat itu adalah yang berjilbab panjang dan roknya juga panjang. Yah, kalah suaralah intinya. Sehingga, cowok-cowok di sekolah ikut-ikutan menjauhi Regi. Makanya sekarang ia nekat jadi perempuan yang liar dan nakal supaya gaul dan bisa ngecengin balik temen-temen SMPnya yang kebanyakan udah pada nikah karena hamil duluan.
Tapi berhubung gue yang nulis cerita, jadi yang tau kisah ini selain Regi itu ya gua juga. Mau apa lo?
***
Guna mencari lelaki yang tepat, Regi mengadakan sayembara. Barangsiapa yang bisa menarik perhatiannya akan dia jadikan suami dan ayah dari anak-anaknya nanti. Pengumuman disebar ke seluruh negeri lewat media Youtube. Total pengunjung sudah melebihi 7 juta akun. Namun yang datang ke tempat yang sudah ditentukan Regi hanya 10 orang. Naas. Tapi Regi tetap mensyukurinya. Dari kesepuluh orang itu, Margi jadi salah satu yang ikut jadi kontestan. Regi kaget. Baru kali ini Margi memberanikan diri untuk dilihat Regi selain salah-salah variasi main bass-nya.
Oke kesepuluh orang itu mulai menunjukkan kemampuannya masing-masing. Satu persatu mereka maju, setelah mengisi formulir daftar ulang peserta sayembara ini. Orang pertama, mirip Agung Hercules. Ia membawa barbel kemana-mana. Kemampuannya hanyalah membentuk otot semata. Ketika ia ditanya oleh Regi dengan pertanyaan "hasil dari satu tambah satu sama dengan?", orang pertama tidak mampu menjawab. Akhirnya orang pertama gagal melanjutkan ke fase berikutnya. Orang kedua lalu maju. Ia mirip Indra L. Bruggman. Putih, tinggi, besar, bergigi gingsul yang menarik perhatian. Namun ketika ia ditanya oleh Regi apa motivasinya mengikuti sayembara ini, si orang kedua menjawab bahwa ia janjian mau ketemu orang ketiga yang mirip sama Bertrand Antolin. Akhirnya, orang kedua dan orang ketiga bertemu. Mereka berciuman di depan umum. Mereka pun masa bodoh gagal melanjutkan ke fase berikutnya.
Orang keempat lalu maju, ia mirip Jaja Miharja. Matanya bisa tertutup sebelah sementara sebelahnya lagi tetap membuka sempurna. Keahliannya hanya itu. Regi tidak tertarik pada kemampuan orang keempat, maka dari itu orang keempat pun gagal melanjutkan ke fase berikutnya. Sampai orang kesembilan, Regi tidak menemukan orang yang mampu menarik perhatiannya hingga kesempatan terakhir yang akan diberikan untuk orang kesepuluh: Margi.
Si pemain bass ini lalu maju kedepan. Herannya, ia tidak membawa bassnya yang selama ini mampu membuat banyak perempuan becek kala melihatnya membetot-betot senar bas yang tebel-tebel itu. Ia lalu melihat Regi dalam-dalam. Lalu Margi berbicara pada Regi,
"Aku ga bakal mainin bass, karena kamu udah tau semua rahasia permainan bass-ku. Aku kesini cuma bawa BPKB mobil BMW merah tuh yang ku parkir di depan itu lengkap sama STNKnya atas nama kamu. Abis itu, aku bawa sertifikat tanahku yang aku punya di Lapangan Banteng. Sama satu lagi, aku punya label rekaman Gun-Gul Records. Gundah Gulana Records. Label rekaman yang sengaja aku bikin karena aku galauin kamu. Nah, kalo kamu ga terima pinangan ini, mungkin itu label rekaman bakal aku bakar seisi-isinya. Bodo amatlah kalo ternyata di dalemnya ada orang yang lagi rekaman juga.. Jadi gimana?"
Mendengar ucapan Margi, Regi langsung loncat bahagia. Ia berlari menghampiri Margi dan memeluknya. Akhirnya Regi menetapkan pilihannya. Ia telah memilih Margi sebagai suaminya. Seluruh warga RT dan RW yang mendatangi acara sayembara itu langsung bersorak gembira. Pak RT selaku wali dan ketua panitia sayembara akhirnya meresmikan pilihan itu dan mengumumkan hari bahagia yang akan dilaksanakan selanjutnya yaitu hari pernikahan antara Regi dan Margi. Ayah Regi juga tersenyum simpul. Ia tidak bisa menjadi ketua panitia karena ia satu-satunya tukang pukul di wilayah itu, hingga ia harus menjaga keamanan acara anaknya di baris paling depan.
***
Hari pernikahan pun tiba. Semua gembira dan Regi serta Margi hidup bahagia selama-lamanya.
***
Sayangnya ini cuma cerita.
Adios.