Selama itu juga, gue kenal dan tahu sebuah band yang lahir dari rahim FIB UI. Payung Teduh. Sebuah band yang tadinya cuma berisi musisi-musisi pengisi musik teater Pagupon. Lama-lama mereka yang memusikalisasi puisi-puisi untuk Teater Pagupon makin lama makin tenar dengan cara ngamen gerilyanya. Sebuah usaha yang patut diapresiasi. Gue inget dulu Payung Teduh masih berdua doang, Is dan Comi dibantu Gita. Waktu itu gue masih maba. Liat mereka rutin ngamen di kancut lama.
Semalem, gue nonton mereka lagi. Banyak temen-temen yang dateng. Suasananya juga gila.
Some chit-chat with Wano brings back a lot of memories. Is tadi nyanyi macem jadi backsound kita ngobrol aja. Ada dua lagu Payung Teduh yang bikin gue Bregg pas gue nonton tadi.
"Kucari kamu.. kutemui.. kau tiadaa... | Kucari kamu.. kutemui.. kau berubaaah.."Bregg. Seketika gue galau. Bukan.. Bukan karena mikirin seseorang. Justru perasaan itu berkecamuk ketika gue bilang ke Wano dan Yoel, "ini lagu, dari gue buat Tesas". Dan seketika itu juga semacam slide-slide memori bermunculan tentang masa-masa gue dulu di Teater Sastra. Ya.. pas latihan alam, latihan Macbeth, thanksgiving HIV, thanksgiving Macbeth, dan lalalili yang lainnya...
Sekarang bahkan gue masih galau dengan seseuatu yang pernah gue anggep jadi rumah kedua gue. Semuanya begitu berubah. Kita semua emang harus berubah. Tapi kenapa ketika perubahan itu adalah keniscayaan, beberapa orang menganggap perubahan itu adalah sesuatu yang
Lagu kedua Payung Teduh yang bikin Bregg adalah lagu "Sisa-Sisa Keikhlasan Yang Tak Diikhlaskan". Ergh. Kenapa haq? Jadi begini... Ergggh.... Gabisa jelasinnyah... Ergghh.. Pokoknya... Erghh.. Pusing. Gue ngantuk. Udahan ah. Bye.
*Cheers*
No comments:
Post a Comment
Kalo mau komen pake bahasa yang santun dan sopan ya saudara-saudari!