Saturday, July 6, 2013

Mencoba (Belajar) Memulai

Hallo, selamat pagi.
Beberapa orang mungkin heran ketika gue sekarang kalo kemana-mana gak membawa motor putih gue itu. Yap, gue emang udah beberapa bulan ini ga menggunakan sepeda motor gue kalo jalan kemana-mana, termasuk ke daerah-daerah yang sering gue kunjungi seperti Kalibata, Pasar Minggu, Depok atau daerah lain-lainnya. Mereka lebih heran lagi (mungkin) ketika bertanya kenapa gue gak pake motor itu lagi. Rusak? Engga. Males? Engga juga. Terus apa?

Oke. Mungkin di postingan kali ini lo akan menemukan sebuah jawaban yang lo bisa anggap sebagai jawaban paling naif se-Indonesia. Sambil diakhiri dengan kalimat: "MAN, HARI GENE??". Bagi orang-orang yang kaya gitu, gapapa. Gue udah memaafkan kalian sebelum kalian begitu kok. Selow. Tapi ini dia jawaban gue kepada temen-temen gue yang nanya itu: "Iya, gue ikut bantu pemerintah. Supaya jalanan ga macet. Mulai sekarang, gue naik kendaraan umum".

Yap, jawaban itu sekali lagi, mungkin bisa lo kategorikan sebagai jawaban paling tai yang ada di muka bumi ini. Gapapa. Tapi, sebenernya dari hati gue yang terdalam, sebenernya gue muak pada orang-orang yang muak pada macetnya Jakarta, tapi ga pernah melakukan pengorbanan sekecil-kecilnya pada jalanan yang dia tempuh. Naik kendaraan umum, sebagai contohnya. Sebagian orang yang tai itu, kadang nge-tweet "Anjir, Jakarta macet mulu" di tengah antrian (barangkali ga ngantri sih tapi berjejalan) mobil-mobil di jalanan protokol ibukota dalam jam sibuk pulang kantor dan ia lakukan di dalam mobil yang berpendingin udara. So, sebenernya bagi orang-orang tai ini, mereka cuma sekedar memikirkan apa yang baik bagi mereka tanpa berusaha untuk melakukan atau seenggaknya ikut kontribusi bagi perubahan (jalan ga macet) yang selama ini juga mereka dambakan.

Karena kemuakan itu, gue rasa gue seenggaknya harus jadi satu orang yang beda. Biarinlah gue berhenti ikut arus-arus orang yang menggunakan kendaraan pribadi untuk diri sendiri. Gue harus mencoba memulai dari diri gue sendiri pengorbanan yang bernama menggunakan kendaraan umum kemana-mana untuk mengurangi kemacetan. Terlepas nantinya tetep macet juga, at least gue punya usaha untuk mencoba untuk mengurangi satu motor di jalan raya, dan menambah satu usaha kongkrit demi lancarnya jalanan raya kita bersama.

Emang sih, setelah kenaikan bbm ini, gue rada kesel juga kenapa harga-harga angkot naik. Seharusnya pemerintah kalo bener-bener serius dengan usahanya mengurangi kemacetan dia harus melakukan tiga usaha ini: pertama, membangun fasilitas sarana dan prasarana transportasi umum massal. Kedua, menekan harga transportasi umum massal tersebut semurah-murahnya. Ketiga, menghentikan arus kendaraan roda dua dan roda empat di Jabodetabek. Usaha pemerintah masih mentok di nomor satu, itupun ga selesai-selesai, entah mau berapa banyak lagi uang yang dikorupsi. Huft. Nah, nomor dua dan nomor tiga ini yang ga dijalanin sama pemerintah.

Untuk nomor tiga, gue menilai bahwa seenggaknya ada tiga cara paling minimal menghentikan arus kendaraan roda dua dan roda empat di Jabodetabek: Penghentian penjualan kendaraan untuk kendaraan pribadi (menghentikan kredit motor.mobil); Pembatasan plat nomor (plat nomor ganjil/genap); dan Pemberian nilai harga jalan (membatasi kendaraan dengan nilai tertentu untuk masuk ke jalan yang telah ditentukan). Ya tentunya dengan langkah-langkah kongkrit lainnya gue rasa sih kemacetan di jalanan bisa aja diurai dan kita bisa lancar kemana-mana tanpa harus melulu kejebak macet.

Dan untuk itulah, gue pikir sekarang adalah masanya masyarakat menjadikan kendaraan roda dua dan roda empat menjadi barang mewah lagi. Agar minyak bumi yang dipakai ga selalu terbuang di jalanan ibukota kita, sehingga yang di pedesaan jauh dan pedalaman sana bisa tetep menikmati juga. Ya logikanya, kalo lo bisa beli barang mewah masa lo gabisa beli bbm yang harusnya mahal juga sih. Kalo lo ga sanggup beli bbm, ya jangan belagu lah.. Gausah teriak-teriak pemerintah inilah itulah.. Sini naik kendaraan umum. Toh, kualitas kepribadian lo ga otomatis jadi nambah baik kok dengan menggunakan kendaraan pribadi untuk diri sendiri.

Tapi sekali lagi, gausah banyak ngeluh juga naik kendaraan umum. Logikanya, ga cuma lo doang yang naik kendaraan umum. Namanya juga kendaraan umum, minimal lo tuker-tukeran keringet lah. Emang begitu lah keadaannya sekarang ini, revolusi/perubahan ga bisa terjadi dalam waktu sehari semalem. Perlu pengorbanan, perlu konsistensi, dan perlu loyalitas plus kepercayaan dari kita semua kalau perubahan itu pasti bisa kita lakukan bersama-sama. Gue yakin kok pelayanan Transjakarta akan bisa lebih baik lagi, tinggal nunggu waktu aja. Begitupun PT. Kereta Api Indonesia dan Monorel.

Gue, Nihaqus Yuhamus. Berbagi cerita untuk optimisme perubahan bersama. Ini pengorbanan gue, apa pengorbanan lo?

*Cheers*

No comments:

Post a Comment

Kalo mau komen pake bahasa yang santun dan sopan ya saudara-saudari!