Wednesday, July 31, 2013

Padamu Negeri

"Padamu negeri kami berjanji 
Padamu negeri kami berbakti
 Padamu negeri kami mengabdi 
Bagimu negeri jiwa raga kami"

                                           -Kusbini

Jadi ceritanya, dulu banget sewaktu gue masih jadi mahasiswa dan masih kemana-mana naik motor, gue pernah bengong dalam perjalanan balik dari Depok menuju rumah. Waktu itu sih sekitaran jam 12 malem. Di daerah Bambu Apus yang emang hawanya bikin bengong banget. Bukan bengong jorok atau bengong ngelamun masa depan, tapi entah kenapa random aja gue dalam kebengongan gue itu terlintas (harus mikirin) lagu Padamu Negeri. Iya men, Padamu Negeri. Lagu nasional yang sangat terkenal, sampe si pencipta lagunya kalah terkenal daripada ciptaannya sendiri.

Tapi pernah ga sih lo, merhatiin liriknya? Apa cuma sekedar nyanyi karena emang kewajiban jaman dulu disuruh nyanyi begituan waktu upacara dan ketika lo baru mau merhatiin liriknya eh lagunya udah abis?
  
Iya sih, sebenernya wajar kalo anak-anak jaman sekarang ga terlalu merhatiin lirik lagu Padamu Negeri. Ngapain? Euforia masa-masa kemerdekaan udah lewat, penjajahan di atas dunia udah dihapuskan dan sudah ditentang dimana-mana seperti yang ditulis di pembukaan UUD 1945, perekonomian kita udah keluar dari krisis, dan negeri kita sudah lama sekali merdeka dan menjadi negeri berpolitik bebas aktif. Jadi emang wajarlah ketika lirik lagu-lagu ini udah ga dilirik lagi (baca: udah ga laku). Mungkin aja, gue adalah spesies anak-anak jaman sekarang yang langka karena randomnya udah keterlaluan, sampe kepikiran aja ngelirik lagi lirik lagu Padamu Negeri di jaman dimana lirik lagu cinta-cintaan Maroon 5 udah jadi bahan apalan anak-anak SD jaman sekarang yang ngalahin apalan pelajaran..

Nah iya lagu ini sebenernya termasuk lagu cepet. Ga sampe 5 menit lagu ini udah selesai. Biasanya dinyanyiin dengan paduan suara biar bikin efek dramatis dan khusyuk. Lirik lagu ini menurut gue, cukup singkat namun padat. Cuma empat bait. Tiap bait berisi 10 suku kata, kecuali bait terakhir yang 11 suku kata. Ah, tapi lebih daripada itu, hal yang membuat gue bengong yaitu arti dan makna dari lagu ini. Ketika lo nyanyiin lagu ini, lo langsung berjanji men. Perjanjian yang sebenernya ga sadar lo ucapkan. Perjanjian untuk berbakti dan mengabdi seluruh jiwa raga bagi negeri ini.

Saat gue sadarin bahwa secara ga sadar gue udah berjanji untuk melakukan semua itu untuk negeri ini dan melihat realita bahwa udah 60-an tahun Indonesia merdeka justru banyak keterbelakangan yang belakangan ini dilakukan oleh banyak orang di negeri ini, gue justru makin bengong. Anjir. Ngapain gue mesti repot-repot janji ngurusin negeri ini yang belakangan udah ancur banget ini? Negeri yang harus gue bom nuklir dulu satu generasi dan dibangun dari nol supaya jadi bener. Negeri yang harus gue tutup dulu dari pengaruh asing dan membenahi dan membangun ideologi dan karakter bangsa supaya fundamen kebangsaan rakyatnya kuat. Negeri yang belakangan ini ga pernah mau menghargai dan ga pernah mau percaya pada kemampuan yang dimiliki masyarakatnya sendiri? 

Pesimis banget? Iye, emang. Ciri khas Pisces begitu. Tapi kepesimisan gue ini justru jadi optimisme yang lain. Optimisme bahwa nantinya ada orang yang mau mewujudkan impian gue untuk mengumpulkan dan memilih orang-orang terbaik di bidang mereka masing-masing dan memiliki integritas pada negeri ini melebihi kepentingan diri, kelompok atau partai. Mengevakuasi mereka untuk sementara waktu sambil memberikan beasiswa supaya mereka belajar lagi hingga bisa mempertajam ilmu dari bidang mereka masing-masing. Menghapuskan satu generasi yang tidak diperlukan di Indonesia ini lalu menarik kembali orang-orang terbaik itu untuk bertugas membangun lagi negeri ini dari awal. Pemikiran boleh beragam, tapi Ideologi harus satu. Supaya kita tetap berada dalam ideologi yang satu itu, perlu dibentuk sebuah desain besar terhadap arah dan tujuan negeri tersebut. Siapapun yang melenceng dari situ, dipersilakan untuk mencari suaka ke negeri yang mengakomodasi ideologi mereka. Negeri ini ga perlu penduduk yang banyak secara kuantitas, tapi kita perlu banyak penduduk yang berkualitas dan berdisiplin ideologi. Kita membutuhkan penduduk terpilih yang layak untuk berada di negeri ini dan bertanggung-jawab secara jiwa dan raga terhadap negeri ini. Kita butuh orang-orang yang tegas berada dalam rel ideologi negara dan melakukan semua kepentingan kita berdasarkan pada ideologi tersebut. Kita harus membenahi mental inferior yang sudah kadung terpatri dan jadi warisan kolonialis ini dengan cara meningkatkan kualitas dan martabat kita dengan belajar, memproduksi dan menentukan jalan negara ini sendiri.

Serem? Gue sendiri juga serem kalo misalnya ada presiden yang begitu. Tapi mending begitu sih daripada kita cuma menuh-menuhin negeri ini dengan orang-orang yang ga berkualitas. Jadi, ketika gue malem itu balik dari Depok dan sampe rumah dengan selamat, gue berdoa supaya gue ga jadi presiden. Karena kalo itu kejadian, gue bakal jadi presiden yang begitu. Masalahnya ketika lo pikirin hal sekompleks itu dari kerandoman lo dengerin lagu Padamu Negeri itu agak gimaanaaa gitu. Hahaha. Sering banget kadang kerandoman gue jadi masalah serius yang nguing-nguing di kepala gue sendiri.

Intinya, gue gamau janji apa-apa buat negeri ini. Kalo gue harus berjanji untuk melakukan bakti dan pengabdian untuk negeri ini, yang bakal gue lakukan udah gue ungkapkan tadi. Hehe. Tapi yaudahlah, berhubung gue bukan presiden, kita santai aja. Kita bakal menikmati (entah-sampai-kapan) negeri kita yang katanya indah dan berseri ini. Kita bakal menikmati keragaman berbagai macam pemikiran-pemikiran orang yang beragam tapi tidak pernah berdisiplin ikut dalam aturan, jadi bikin ancur sendiri negeri ini pelan-pelan. Kita santai aja sampe kita ketemu orang yang mau mewujudkan impian gue. Tapi lo santai aja karena nemu orang yang mau mewujudkan kerandoman gue ini mungkin mustahil.

*Cheers*

No comments:

Post a Comment

Kalo mau komen pake bahasa yang santun dan sopan ya saudara-saudari!